Ikuti Kami

Kajian

Mengelap Air Bekas Wudhu, Bagaimana Hukumnya?

dua qullah wadah tabung
gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Setelah melaksanakan wudhu, hal yang menjadi keniscayaan adalah adanya bekas air wudhu yang masih tersisa pada anggota wudhu. Bagi orang yang merasa “tidak nyaman” akan hal demikian, biasanya akan segera membersihkan/mengelap bekas air wudhu tersebut dengan sejenis kain, seperti handuk, baju dan lain sebagainya. Akan tetapi, bagi sebagian yang lain, mereka membiarkannya dengan beragam alasan.

Pada dasarnya mengelap air bekas wudhu di anggota wudhu bukanlah merupakan perkara halal atau haram, berdosa atau tidak berdosa, melainkan perkara yang lebih ringan dari itu. Namun, bukan berarti hal itu dapat disepelekan begitu saja.

Mengenai persoalan mengelap bekas air wudhu ini, terdapat hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dari Maimunah yang telah dijadikan pedoman. Sebagaimana berikut,

مَيْمُونَةَ قَالَتْ وَضَعْتُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلنَّبِيِّ غُسْلًا يَغْتَسِلُ مِنْ الْجَنَابَةِ فَأَكْفَأَ الْإِنَاءَ عَلَى يَدِهِ الْيُمْنَى فَغَسَلَهَا مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا ثُمَّ صَبَّ عَلَى فَرْجِهِ فَغَسَلَ فَرْجَهُ بِشِمَالِهِ ثُمَّ ضَرَبَ بِيَدِهِ الْأَرْضَ فَغَسَلَهَا ثُمَّ تَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ وَغَسَلَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ ثُمَّ صَبَّ عَلَى رَأْسِهِ وَجَسَدِهِ ثُمَّ تَنَحَّى نَاحِيَةً فَغَسَلَ رِجْلَيْهِ فَنَاوَلْتُهُ الْمِنْدِيلَ فَلَمْ يَأْخُذْهُ وَجَعَلَ يَنْفُضُ الْمَاءَ عَنْ جَسَدِهِ

Artinya: Maimunah berkata, “Aku pernah meletakkan air mandi Nabi Saw. untuk mandi junub. Beliau menuangkan bejana air itu ke tangan kanan beliau, lalu membasuhnya dua atau tiga kali, kemudian beliau menuangkannya ke kemaluannya dan membasuhnya dengan tangan kiri, lalu beliau menggosokkan tangannya ke tanah, lalu kemudian mencucinya. Setelah itu beliau berkumur-kumur, beristinsyaq (menghirup air) dan beristintsar (memuntahkannya). Kemudian membasuh muka dan kedua tangannya, setelah itu menuangkan air ke atas kepala dan tubuhnya. Kemudian beliau pindah tempat, lalu membasuh kedua kakinva. Sesudah itu, aku ambilkan handuk untuknya, namun beliau tidak mengambilnya dan mengibaskan air dari tubuhnya…” (HR. Abu Dawud)

Baca Juga:  Menikah Beda Agama, Sahkah?

Imam Abi Thayyib Muhammad Syamsul Haq Al-Adzim dalam kitabnya Aunul Ma’bud li Syarh Sunan Abi Dawud menjelaskan bahwa benar para ulama berbeda pendapat mengenai hukum mengelap air bekas wudhu, ada yang mengatakan makruh, ada juga yang mengatakan boleh. Namun Imam Abu Thayib lebih menguatkan pendapat ulama yang mengatakan boleh, artinya boleh mengelap bekas air wudhu.

Perbedaan pendapat para ulama (mengenai mengelap bekas air wudhu yang tersisa di anggota wudhu) ini diabadikan oleh Imam Nawawi dalam kitabnya Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab, sebagaimana berikut,

ﻓﻲ ﻣﺬاﻫﺐ اﻟﺴﻠﻒ ﻓﻲ اﻟﺘﻨﺸﻴﻒ ﻗﺪ ﺫﻛﺮﻧﺎ ﺃﻥ اﻟﺼﺤﻴﺢ ﻓﻲ ﻣﺬﻫﺒﻨﺎ ﺃﻧﻪ ﻳﺴﺘﺤﺐ ﺗﺮﻛﻪ ﻭﻻ ﻳﻘﺎﻝ اﻟﺘﻨﺸﻴﻒ ﻣﻜﺮﻭﻩ ﻭﺣﻜﻰ اﺑﻦ اﻟﻤﻨﺬﺭ ﺇﺑﺎﺣﺔ اﻟﺘﻨﺸﻴﻒ ﻋﻦ ﻋﺜﻤﺎﻥ ﺑﻦ ﻋﻔﺎﻥ ﻭاﻟﺤﺴﻦ ﺑﻦ ﻋﻠﻲ ﻭﺃﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﻭﺑﺸﻴﺮ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻣﺴﻌﻮﺩ ﻭاﻟﺤﺴﻦ اﻟﺒﺼﺮﻱ ﻭاﺑﻦ ﺳﻴﺮﻳﻦ ﻭﻋﻠﻘﻤﺔ ﻭاﻷﺳﻮﺩ ﻭﻣﺴﺮﻭﻕ ﻭاﻟﻀﺤﺎﻙ ﻭﻣﺎﻟﻚ ﻭاﻟﺜﻮﺭﻱ ﻭﺃﺻﺤﺎﺏ اﻟﺮﺃﻱ ﻭﺃﺣﻤﺪ ﻭﺇﺳﺤﺎﻕ ﻭﺣﻜﻰ ﻛﺮاﻫﺘﻪ ﻋﻦ ﺟﺎﺑﺮ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻠﻪ ﻭﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻟﻴﻠﻰ ﻭﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ اﻟﻤﺴﻴﺐ ﻭاﻟﻨﺨﻌﻲ ﻭﻣﺠﺎﻫﺪ ﻭﺃﺑﻲ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ ﻭﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﻛﺮاﻫﺘﻪ ﻓﻲ اﻟﻮﺿﻮء ﺩﻭﻥ اﻟﻐﺴﻞ ﻗﺎﻝ اﺑﻦ اﻟﻤﻨﺬﺭ ﻛﻞ ﺫﻟﻚ ﻣﺒﺎﺡ ﻭﻧﻘﻞ اﻟﻤﺤﺎﻣﻠﻲ اﻹﺟﻤﺎﻉ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺤﺮﻡ ﻭﺇﻧﻤﺎ اﻟﺨﻼﻑ ﻓﻲ اﻟﻜﺮاﻫﺔ

Artinya: Di dalam beberapa pendapat yang telah kami sampaikan di awal bahwa pendapat yang shahih menurut kami adalah sunnah untuk tidak mengelap air bekas dari wudhu yang tersisa di anggota wudhu, akan tetapi bukan berarti jika mengelapnya dihukumi makruh. Adapun menurut Ibnu Mundzir dari Utsman bin Affan dari Hasan bin Ali dari Anas bin Malik, Basyir bin Abi Mas’ud, Hasan Basri, Ibnu Sirin, Al-qamah, Aswad, Masruq, Dhahak, Tsauri, Ahli ra’y, Ahmad dan Ishaq menghukuminya dengan boleh. Sementara menurut Jabir bin Abdullah, Abdurrahman bin Abi Laila, Said bin Musayyab, Nakha’i, Mujahid, Abi Aliyah, Ibnu Abas mengelapnya dihukumi makruh, namun hanya bagi wudhu saja, tidak bagi mandi. Sedangkan menurut Ibnu Mundzir, baik bagi wudhu maupun mandi sama saja, semuanya boleh mengelapnya. Menurut Jalaluddin al-Mahalli yang menuqil pendapat ijma’, tidak ada yang mengharamkan mengelap bekas wudhu, hanya saja berbeda pendapat dalam kemakruhannya. (Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab, juz 1 hal: 462)

Baca Juga:  Batas Usia yang Bisa Membatalkan Wudhu Saat Bersentuhan Kulit dengan Lawan Jenis

Berdasarkan redaksi di atas maka jelas, ada yang mengatakan sunnah tidak dilap, namun dengan mengelapnya tidak dihukumi makruh, ada yang mengatakan boleh, ada juga yang mengatakan makruh.

Itulah sedikit penjelasan mengenai hukum mengelap air bekas wudhu. Semoga bermanfaat. Wallahua’lam.

 

Rekomendasi

Wudhu Perempuan Eyeliner Waterproof Wudhu Perempuan Eyeliner Waterproof

Sahkah Wudhu Perempuan yang Memakai Eyeliner Waterproof?

Wudhu Perempuan Keputihan Terus-menerus Wudhu Perempuan Keputihan Terus-menerus

Tata Cara Wudhu bagi Perempuan yang Alami Keputihan Terus-menerus

hukum wudhu bagi perempuan haid hukum wudhu bagi perempuan haid

Hukum Wudhu Bagi Perempuan Haid

dua qullah wadah tabung dua qullah wadah tabung

Jika Istri Dilarang Menggunakan Air oleh Suami, Bolehkah Bertayamum? 

Ditulis oleh

Santri Tahfidz Pondok Pesantren Miftahul Ulum Banyuwangi Jawa Timur

Komentari

Komentari

Terbaru

Surah ar-Ra’du Ayat 28: Menjaga kesehatan Mental dengan Berzikir Surah ar-Ra’du Ayat 28: Menjaga kesehatan Mental dengan Berzikir

Surah al-Ra’du Ayat 28: Menjaga kesehatan Mental dengan Berzikir

Muslimah Daily

Dua Pendapat Imam As-Syafi’i Mengenai Air Musta’mal Dua Pendapat Imam As-Syafi’i Mengenai Air Musta’mal

Dua Pendapat Imam As-Syafi’i Mengenai Air Musta’mal

Ibadah

Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan

Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan

Berita

Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga

Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga

Berita

Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif

Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif

Berita

Apakah Komentar Seksis Termasuk Pelecehan Seksual?

Diari

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Trending

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Siapa yang Paling Berhak Memasukkan Jenazah Perempuan Ke Kuburnya?

Ibadah

keadaan dibolehkan memandang perempuan keadaan dibolehkan memandang perempuan

Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

Kajian

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak

Hukum Orangtua Menyakiti Hati Anak

Keluarga

ayat landasan mendiskriminasi perempuan ayat landasan mendiskriminasi perempuan

Manfaat Membaca Surat Al-Waqiah Setiap Hari

Ibadah

Connect