Ikuti Kami

Ibadah

Jika Istri Dilarang Menggunakan Air oleh Suami, Bolehkah Bertayamum? 

dua qullah wadah tabung
gettyimages.com

BincangMuslimah. Com – Dalam kehidupan sehari-hari, umat Islam menjadikan air sebagai alat pertama dalam bersesuci dari hadas kecil (wudhu) mapun besar (mandi wajib). Jika tidak bisa menggunakan air maka tayamum sebagai alternatifnya, seperti sakit atau tidak ada air. Lantas, bolehkah tayamum menjadi solusi jika istri dilarang menggunakan air oleh suami? Berikut ini penjelasannya.

Pengertian dan Dalil Tayamum

Secara etimologi, tayamum mempunyai arti kesengajaan (القصد). Sedangkan dalam terminologi fikih, tayamum adalah ibadah pengganti wudu atau mandi wajib dengan debu yang diusapkan pada wajah dan kedua tangan dengan syarat-syarat yang tertentu. (Ibnu Qosim al-Ghazi, Fath al-Qarib, hal 8)

Dalam Surah An-Nisa’ ayat 43 Allah Swt berfirman,

وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا

Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan debu yang baik (suci dan mensucikan); sapulah mukamu dan tanganmu dengan debu itu. Sesungguhnya Allah maha pengampun”. (Q.S An-Nisa’: 43)

Seluruh ulama fikih sepakat bahwa ayat di atas menunjukkan legalitas tayamum sebagai ibadah pengganti wudu. Adapun tayamum sebagai pengganti dari mandi wajib, masih diperdebatkan oleh ulama. Menurut mayoritas ulama fikih, tayamum bisa dijadikan pengganti mandi wajib. (Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid, hal 65)

Sedangkan dalil bahwa tayamum juga sebagai pengganti dari mandi wajib adalah hadis yang diriwayatkan oleh sahabat ‘Imron bin Hushain RA,

كنا في سفر مع النبي صلى الله عليه و سلم وفيه : فصلى بالناس فلما انفتل من صلاته إذا هو برجل معتزل لم يصل مع القوم . قال ما منعك يا فلان أن تصلي مع القوم ؟ قال : أصابتني جنابة ولا ماء قال عليك بالصعيد فإنه يكفيك

Baca Juga:  Macam-macam Air yang Bisa Digunakan Bersuci

 “Pada waktu itu kami pernah melakukan perjalanan bersama Nabi Muhammad Saw. Ditengah perjalan kami berhenti sejenak guna melakukan sholat berjamaah yang dipimpin oleh Nabi Muhammad Saw. Seusai dari sholat, tiba-tiba Nabi melihat seseorang yang lagi menyendiri, tidak ikut sholat berjamaah. Kemudian Nabi bertanya kepada laki-laki tersebut “Apa yang mencegahmu untuk sholat bersama golongan ini?”. Laki-laki tersebut menjawab “Saya masih dalam kondisi junub (hadas besar) dan tidak ada air yang bisa saya gunakan”. Nabi kemudian menimpali “Kamu wajib menggunakan debu (tayamum) karena hal itu sudah cukup (sebagi ganti dari mandi wajib)”. (Imam al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, jus 1, hal 337)

Dikarenakan tayamum hanyalah pengganti dari wudu atau mandi wajib maka sejatinya tayamamum adalah alternatif bersesuci setelah wudu atau mandi wajib yang penggunaanya hanya pada kondisi-kondisi tertentu. Secara global, kondisi-kondisi ini dibagi menjadi dua: Ketika tidak menemukan air dan tidak mampu menggunakan air. (Abdurrahman al-Jaziri, al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-‘Arba’ah, jus 1, hal 147)

Siapa Saja yang Boleh Bertayamum?

Ulama fikih sepakat bahwa hanya ada dua orang yang boleh melakukan tayamum, yaitu orang yang sakit dan orang yang tidak menemukan air dalam keadaan bepergian (musafir). Hal itu dikarenakan dalil yang memerintah tayamum di atas hanyalah menyebutkan dua orang tersebut. Sementara dalam selain dua kondisi ini, masih terjadi silang pendapat di kalangan ulama, termasuk ketika dipaksa (mukroh) bertayamum. (Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid, hal 67)

Menurut mayoritas ulama mazhab, hukum tayamum bagi orang yang tidak mampu menggunakan air (selain dua yang disepakati di atas) adalah diperbolehkan, seperti orang yang dipaksa untuk tayamum atau dilarang untuk berwudu, orang yang ditahan atau dipenjara sehingga tidak bisa menemukan air, orang yang dikekang dengan tali, orang yang takut untuk mengambil air karena ada hewan buas di dekat air atau pencuri dan semisalnya. (Wahbah al-Zuhailiy, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, 1, 504)

Baca Juga:  Fungsi dan Syarat-syarat Dikabulkannya Doa  

Hal ini didasarkan pada keumuman Hadis Nabi Muhammad saw,

إن الصعيد الطيب طهور المسلم، وإن لم يجد الماء عشر سنين، فإذا وجد الماء فليمسه بشرته، فإن ذلك خير

Sesungguhnya debu yang baik (suci dan mensucikan) dapat digunakan untuk bersesuci bagi seorang muslim (ketika bertayamum) sekalipun dia tidak menemukan air selama sepuluh tahun. Jika telah menemukan air maka usapkanlah air pada tubuhnya (ketika bersesuci) karena hal itu lebih baik (harus diutamakan dari pada tayamum)”. (Muhammad bin Isa al-Turmudzi, Sunan al-Turmudzi, jus 1, hal 211)

Yang dimaksud umum pada Hadis di atas terletak pada kata “وإن لم يجد الماء”, artinya kata ini mencakup pada kondisi tidak menemukan air baik secara hissi (panca indra), seperti tidak ada air untuk digunakan sama sekali maupun syar’i (syariat Islam), seperti orang yang didekatnya ada air namun karena di tahan, dia tidak bisa menggunakan air tersebut (seperti sampel-sampel yang telah disebutkan di atas). (Wahbah al-Zuhailiy, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, 1, 504)

Jika Istri Dilarang Menggunakan Air oleh Suami, Bolehkah Bertayamum?

Prinsip disyariatkannya tayamum adalah mempermudah jalan seseorang yang hendak bersesuci guna melakukan ibadah kepada Allah Swt. Mengingat bahwa tayamum itu sendiri adalah rukhsoh (keringanan) bagi umat Islam yang tidak bisa menggunakan air baik secara hissiy (panca indra) maupun syar’iy (syariat Islam). (Abu Yahya Zakariya al-Anshari, Asna al-Mathalib fi Raudhah al-Thalib, jus 1, hal 72)

Salah satu sebab bolehnya menggunakan rukhsoh adalah adanya masyaqqah (kesulitan). Dalam kaidah fikih disebutkan,

المشقة تجلب التيسير

Segala kesulitan dapat mendatangkan kemudahan”. (Abdurrahman bin Abi Bakr al-Suyuthi, al-Asybah wa al-Nazhair, jus 1, hal 7)

Baca Juga:  Hukum Wudhu Bagi Perempuan Haid

Namun perlu digaris bawahi, kebolehan mengambil rukhsoh dibatasi sepanjang uzur tersebut ada. Ketika sudah tidak ada maka rukhsoh tidak bisa digunakan. Dalam kaidah fikih disebutkan,

إذَا ضَاقَ اتَّسَعَ ، وَإِذَا اتَّسَعَ ضَاقَ

 “Jika kondisinya sulit maka hukumnya dipermudah. Dan jika kondisinya normal maka hukumnya diperketat.” (Zainul abidin bin Ibrahim bin Nujaim, al-Asybah wa al-Nazhair, jus 1, hal 84)

Berangkat dari sini, istri yang dilarang oleh suaminya menggunakan air sejatinya termasuk orang yang tidak mampu menggunkan air secara syar’i. Oleh karena itu, bagi istri diperbolehkan untuk bertayamum selama larangan itu masih ada, baik sebagai pengganti dari wudu ataupun mandi wajib.

Wallahu A’lam….

Rekomendasi

Wudhu Perempuan Eyeliner Waterproof Wudhu Perempuan Eyeliner Waterproof

Sahkah Wudhu Perempuan yang Memakai Eyeliner Waterproof?

Wudhu Perempuan Keputihan Terus-menerus Wudhu Perempuan Keputihan Terus-menerus

Tata Cara Wudhu bagi Perempuan yang Alami Keputihan Terus-menerus

hukum wudhu bagi perempuan haid hukum wudhu bagi perempuan haid

Hukum Wudhu Bagi Perempuan Haid

Mandi junub dan haid Mandi junub dan haid

Empat Hal yang Perlu Diperhatikan Ketika Mandi Wajib

Ditulis oleh

Mahasiswa Universitas Ibrahimy Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo dan Aktivis IKSASS (Ikatan Santri dan Alumni Salafiyah Syafiiyah)

Komentari

Komentari

Terbaru

Masihkan Hak Waris Perempuan Dihargai Satu Banding Dua?

Kajian

krisis quarter life krisis quarter life

Bersyukur di Saat Terpuruk

Diari

Peneliti Asal Belanda Ungkap Peran Moderasi Beragama dalam Mengatasi Isu Krisis Lingkungan Peneliti Asal Belanda Ungkap Peran Moderasi Beragama dalam Mengatasi Isu Krisis Lingkungan

Peneliti Asal Belanda Ungkap Peran Moderasi Beragama dalam Mengatasi Isu Krisis Lingkungan

Berita

ICROM 2024 Berjalan Sukses, Direktur El-Bukhari Institute Sampaikan Terima Kasih ICROM 2024 Berjalan Sukses, Direktur El-Bukhari Institute Sampaikan Terima Kasih

Direktur El-Bukhari Institute Ucapkan Terimakasih Pasca Suksesnya ICROM 2024

Berita

ayat landasan mendiskriminasi perempuan ayat landasan mendiskriminasi perempuan

Manfaat Membaca Surat Al-Waqiah Setiap Hari

Ibadah

Ngaji Gus Baha: Besarnya Jasa Perempuan Bagi Peradaban Islam Ngaji Gus Baha: Besarnya Jasa Perempuan Bagi Peradaban Islam

Ngaji Gus Baha: Besarnya Jasa Perempuan Bagi Peradaban Islam

Khazanah

poligami poligami

Narasi Poligami, di Mana Suara Perempuan?

Diari

Hukum Shalat yang Belum Ditunaikan oleh Orang yang Telah Wafat Hukum Shalat yang Belum Ditunaikan oleh Orang yang Telah Wafat

Hukum Shalat yang Belum Ditunaikan oleh Orang yang Telah Wafat

Kajian

Trending

keadaan dibolehkan memandang perempuan keadaan dibolehkan memandang perempuan

Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

Kajian

Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Pondok Pesantren Sunan Pandanaran

Tiga Tradisi Bersalawat yang Rutin Diadakan di Pesantren Sunan Pandanaran

Muslimah Daily

ayat landasan mendiskriminasi perempuan ayat landasan mendiskriminasi perempuan

Manfaat Membaca Surat Al-Waqiah Setiap Hari

Ibadah

Perjalanan Hagia Sophia, dari Gereja Hingga Jadi Museum dan Masjid

Khazanah

Ingin Memantaskan Diri Menjelang Pernikahan? Simak Ulasan Berikut

Ibadah

Konsep Cinta Dalam Alquran Konsep Cinta Dalam Alquran

Perbedaan Jatuh Cinta dan Benar-Benar Mencintai Seseorang Menurut Buya Syakur Yasin

Muslimah Daily

Mengenal Fatima al-Fihri, Perempuan Muslim Pendiri Universitas Pertama di Dunia Mengenal Fatima al-Fihri, Perempuan Muslim Pendiri Universitas Pertama di Dunia

Mengenal Fatima al-Fihri, Perempuan Muslim Pendiri Universitas Pertama di Dunia

Muslimah Talk

Bukan Cengeng: Menangis adalah Hak Setiap Orang Tidak Hanya Perempuan

Diari

Connect