BincangMuslimah.Com – Bukan jadi rahasia jika kedatangan Islam, mencerabut segala perilaku bengis masyarakat jahiliyah pada perempuan. Sejarah banyak mencatat bagaimana perempuan diperlakukan dengan tidak adil pada masa jahiliyah.
Bahkan ketidakadilan tersebut diterima sejak masih kecil. Pernah dikisahkan ketika lahir anak perempuan kala itu, bukan kegembiraan yang datang. Melainkan rasa marah dan malu yang tidak tertanggungkan.
Karena malu yang tidak tertahankan, orang tua bahkan tega mengubur bayi mereka hidup-hidup. Beberapa tradisi di wilayah tertentu juga ditemukan masih mendiskreditkan perempuan.
Di sisi lain posisi perempuan juga ditempatkan sebagai objek, bukan manusia. Ia tidak bisa mengemukakan pendapat, bersuara atas dirinya, hingga tidak punya hak menolak saat dinikahkan secara paksa.
Namun setelah Islam datang, tindakan diskriminasi tersebut hilang. Nabi Muhammad Saw, lewat risalahnya menentang perlakuan buruk yang diterima oleh perempuan.
Rasulullah pun mengembalikan hak-hak kemanusiaan yang tercerabut dari perempuan. Serta menyampaikan sebuah pernyataan bahwa antara laki-laki dan perempuan punya derajat yang sama. Yang membedakan hanyalah iman dan takwa.
Nabi Muhammad Saw mengembalikan posisi dan martabat kemanusiaan pada perempuan. Hal ini disampaikan pada sebuah hadis.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا». رواه الترمذي في سننه، رقم الحديث: 1195، كتاب الرضاع، باب مَا جَاءَ فِى حَقِّ الْمَرْأَةِ عَلَى زَوْجِهَا.
“Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna adalah mereka yang memiliki akhlak mulia dan sebaik-baik kamu adalah dia yang berperilaku baik terhadap perempuan”. (Sunan Turmudzi, no. Hadis: 1195)
Menurut Faqihuddin Abdul Kodir di dalam bukunya yang berjudul 60 Hadis Shahih, teks di atas berprilaku baik kepada perempuan menjadi indikator orang terpilih. Tindakan ini juga menjadi salah satu syarat dari keimanan.
Tentunya teks di atas juga menjadi sebuah penegasan jika perempuan mesti diperlakukan setara sebagai manusia yang bermartabat. Bukan menjadi objek yang diam ketika mendapatkan perilaku kekerasan.
Ia punya sikap atas dirinya, sehingga pantang untuk mendapatkan segala bentuk pelecehan. Teks di atas, telah mengejewantahkan segala perbuatan tidak adil yang menimpa perempuan di zaman pra Islam.
Masih di dalam buku yang sama, Faqihuddin berpendapat jika dibaca secara mubadalah hadis ini juga dapat bersifat timbal balik.
Bahwa perempuan mukmin yang terpilih berbuat baik terhadap keluarga. Baik antara suami, anak-anak maupun dengan saudara. Di sisi lain, Rasulullah juga selalu menekankan untuk berbuat baik kepada siapa pun.
Berbuat baik beragam jenisnya. Dimulai dari meringankan beban sesama manusia, hingga saling menghargai satu sama lain. Tersenyum pada orang lain pun masih terhitung dalam sebuah kebaikan.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa seorang muslim dan mukmin sejati menurut teks di atas adalah mereka berbuat baik dan memiliki akhlak mulia. Baik laki-laki kepada perempuan,begitu pula sebaliknya. Mungkin bisa dimulai dari lini terdekat yaitu keluarga. Dan jika mampu, kebaikan bisa disebar pada masyarakat umum.
1 Comment