Ikuti Kami

Kajian

Analisis Kritik Sastra Feminis Kisah Perempuan dalam Al-Qur`an

Analisis Kritik Sastra Feminis Kisah Perempuan dalam Al-Qur`an
pinterest.com

BincangMuslimah.Com – Nilai dan ajaran ideal dalam al-Qur`an untuk memuliakan perempuan berakar dari fenomena ketidakadilan zaman jahiliyah masyarakat Arab. Islam datang dan hadir sebagai penegasan dan pengakuan kesejajaran derajat dan martabat antara laki-laki dan perempuan. Karena itu menarik jika kita mengkaji kisah-kisah perempuan dalam al-Qur’an dengan pendekatan kritik sastra feminis.

Kita tahu bahwa fenomena tentang penindasan terhadap perempuan dulunya didalihkan sebagai kekuatan dari ketentuan agama, yakni syariat Islam. Hal ini sama sekali tidak beralasan dan tidak sesuai dengan tujuan dan esensi Islam itu sendiri, dimana Islam sejatinya adalah agama yang membela hak-hak perempuan dan memperbaiki kedudukan mereka.

Kedudukan perempuan sebagai pandangan ajaran Islam tidak sebagaimana yang dipraktekkan oleh masyarakat jahiliyah kala itu. Ajaran Islam sebagaimana agama-agama yang lain telah membuktikan dengan membawa gagasan pembebasan dan kemaslahatan dan keadilan untuk kehidupan manusia.

Terdapat beberapa pandangan dalam kritik sastra feminis terkait prinsip kesetaraan gender saat mengkaji kisah-kisah perempuan dalam al-Qur’an. Di antaranya:

Pertama, laki-laki dan perempuan berkedudikan sama sebagai hamba sahaya Allah Swt. Dalam Surah az-Zariyat ayat 56 telah dijelaskan, bahwa salah satu tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada Tuhan. Dalam makna sebagai hamba, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Keduanya memiliki peluang dan potensi yang sama untuk menjadi hamba yang baik dengan menilai ketakwaannya.

Kedua, laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai khalifah. Secara jelas dalam Surah al-Baqarah ayat 30 dijelaskan bahwa “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seseorang khalifah di muka bumi”. Kata khalifah secara tersirat tidak hanya merujuk kepada nabi Adam As. Namun merujuk kepada seluruh keturunan Adam As. Oleh karena itu, laki-laki dan perempuan memilki tanggung jawab yang sama yakni mempertanggungjawabkan tugas-tugas kekhalifahannya.

Baca Juga:  Pascamanusia dan Pascaperempuan: Perspektif Feminis di Masa Depan

Ketiga, laki-laki dan perempuan menerima perjanjian pimordial yang sama. Seperti yang dijelaskan dalam Surah al-A’raf yang 172, “dan ingatlah kepada Tuhan, mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari Sulbi mereka dan Allah megambil kesaksian mereka terhadapp jiwa mereka seeaya berfirman :Bukankah aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab (Betul) Engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi”.

Ketiga ayat di atas menunjukkan pandangan yang dijelaskan Al-Qur’an secara nyata dan konkret untuk menolak patriarki dan menegakkan kesetaraan.

Kisah-kisah Perempuan dalam al-Qur’an

Al-Qur’an terdiri dari tiga bagian utama yakni tauhid, cerita dan hukum-hukum yang mengatur kehidupan manusia. Cerita dalam al-Qur’an tidak hanya dongeng belaka, tapi mengandung makna, pelajaran, petunjuk dan tuntutan. Kisah perempuan dalam al-Qur’an telah disebutkan secara tersurat maupun tersirat.

Al-Qur’an secara spesifik membahas jenis perempuan menurut perilaku atau perbuatan mereka. Terdapat beberapa tokoh tokoh perempuan yang dikisahkan al-Qur’an yang sangat inspiratif, yakni sebagai berikut:

Pertama, Kisah Asiyah (Istri Fir`aun)

Dalam Surah at-Tahrim ayat 11 secara impresif Allah ceritakan kisah Asiyah, “Dan Allah membuat istri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman. Ketika ia berkata: Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkan aku dari kaum yang zalim.”

Tokoh Asiyah yang diceritakan dalam ayat ini menghadapi kegetiran, kepedihan dan kesengsaraan sebagai istri Fir’aun. Aisyah mendapatkan perlakuan tidak adil dari Fir’aun karena ketidakberdayaannya sebagai seorang istri yang berbeda pandangan dengan suaminya. Fir’aun mengancam dengan berbagai macam ancaman dan siksaan bagi Asiyah.

Fir’aun, suami Asiyah, mengetahui keimanan istrinya, ia keluar menemui kaumnya lalu bertanya “Apa yang kalian ketahui tentang Asiyah binti Muzahim? Mereka memujinya.

Baca Juga:  Islam dan Feminisme; Sejalankah Keduanya?  

Sedangkan Fir’aun berkata, “Ia menyembah Tuhan selain aku.”

“Kalau begitu bunuhlah dia,” kata mereka.

Maka Fir’aun membuat pasak-pasak untuk istrinya, kemudian mengikat kedua tangan dan kedua kaki istrinya, mengikat kedua tangan dan kaki istrinya, kemudian menyiksanya di bawah terik matahari.

Namun atas izin Allah, setiap kali Fir’aun berlalu darinya, para malaikat menaungi Aisyah dengan sayap-sayap mereka.

Di tengah terik matahari itulah Asiyah berdoa, “Wahai ya Rabbku, bangunkanlah untukku disissiMu sebuah rumah di dalam surga.” Allah Swt mengabulkan doa Asiyah dengan membangunkan sebuah rumah di surga untuknya. Doa tersebut diabadikan dalam al-Qur’an.

Kritik dan pesan moral dari al-Qur’an mengisahkan Asiyah sebagai seorang pejuang. Ia hidup di bawah suami yang melambangkan kezaliman. Ia memberontak dan melawannya serta mempertahankan keyakinanya apapun resiko yang diterimanya. Semua ia lakukan karena ia lebih memilih rumah di surga yang diperoleh dengan perjuangan menegakkan kebenaran. Ayat ini menggambarkan seorang perempuan yang keimanannya semakin bertambah meskipun harus menerima siksaan.

Kedua, Kisah Ibu Musa

Dalam Surah al-Qasas ayat 28, al-Qur’an berbicara sangat halus kepada ibu Musa. Dalam ayat tersebut Allah menjanjikan anak yang dihanyutkan akan kembali lagi. Allah menunjukkan kelembutan-Nya terhadap keinginan perempuan ini untuk menyusui anaknya. Sehingga naluri keibuannya terpenuhi dan kecemasannya mengenai nasib sang anak terhapuskan. Kemudian dalam ayat tersebut juga Allah berfirman akan menjadikan sang anak sebagai rasul.

Menurut Imam Thabari dalam Tafsir al-Thabari, meskipun sang anak selamat sesuai dengan pernyataan Allah Swt. Keinginan ibu Musa untuk menyusukan anaknya bukanlah bagian langsung dari ayat itu secara keseluruhan. Pada kenyataannya, al-Qur’an mengungkapkan aspek tersebut dengan tidak meniadakannya di bagian awal.

Baca Juga:  Asghar Ali Engineer: Kedudukan Perempuan Sama Tinggi dengan Laki-laki

Dalam hal ini makna tersirat terpenting dari ayat tersebut yang sering kali diabaikan adalah bahwa ibu Musa menerima wahyu. Sebagai individu, ibu Musa telah menerima wahyu (komunikasi Illahiyah) dari Allah Swt. Hal ini tidak sama dengan risalah yang berarti seorang individu telah menerima wahyu dari Allah Swt dan bertanggungjawab untuk meneruskannya ke umat manusia seluas-luasnya. Jadi ini menunjukkan bahwa perempuan memang berbeda dalam sejumlah aspek, namun di sisi lain perempuan juga universal terhadap masalah tertentu.

*Artikel ini diolah dari buku Nawal Elsadaawi yang berjudul Tidak ada perempuan di Surga dan buku yang ditulis oleh Soenarjati Djayanegara yang berjudul Kritik Sastra Feminis Sebuah Pengantar.

Rekomendasi

ajarkan kesetaraan laki-laki perempuan ajarkan kesetaraan laki-laki perempuan

Mengenal Lebih Jauh Macam-macam Pendekatan Gender

zainab al-ghazali zainab al-ghazali

Zainab Al-Ghazali; Mufassir Perempuan Pelopor Feminisme Islam

Hubungan Gender dan Tafsir Agama Menurut Quraish Shihab

tafsir Ayat Bias gender tafsir Ayat Bias gender

Tiga Kemungkinan Salah Tafsir Ayat Bias Gender Menurut Kiai Hussein Muhammad

Ditulis oleh

Mahasiswi UIN Jakarta dan volunter di Lapor Covid

Komentari

Komentari

Terbaru

pendidikan perempuan pendidikan perempuan

Cara Islam Menghargai Pendidikan untuk Perempuan

Kajian

Pelajaran Penting dari Kisah Durrah binti Abi Lahab Pelajaran Penting dari Kisah Durrah binti Abi Lahab

Pelajaran Penting dari Kisah Durrah binti Abi Lahab

Khazanah

Mengenang Toeti Heraty: Penyair Kontemporer Terkemuka Indonesia

Khazanah

Hukum Mengonsumsi Kopi Luwak Hukum Mengonsumsi Kopi Luwak

Hukum Mengonsumsi Kopi Luwak

Kajian

Pentingnya Perhatian Kepada Ibu Pasca Melahirkan Pentingnya Perhatian Kepada Ibu Pasca Melahirkan

Pentingnya Perhatian Kepada Ibu Pasca Melahirkan

Muslimah Talk

Aishah al-Ba’uniyyah, Guru Sufi Asal Mesir yang Pandai Menulis

Muslimah Talk

Mengenal Zero Waste Lifestyle Sebagai Gaya Hidup Islami  Mengenal Zero Waste Lifestyle Sebagai Gaya Hidup Islami 

Mengenal Zero Waste Lifestyle Sebagai Gaya Hidup Islami 

Muslimah Daily

sikap rasulullah perempuan yahudi sikap rasulullah perempuan yahudi

Mengenal Nyai Hj Chamnah; Tokoh Sufi Perempuan Tarekat Tijaniyah

Muslimah Talk

Trending

Berapa Kali Sehari Rasulullah Mengucapkan Istighfar?

Ibadah

Citra Perempuan dalam alquran Citra Perempuan dalam alquran

Lima Keutamaan Asiyah Istri Firaun yang Disebut Dalam Hadis dan al-Qur’an

Kajian

Penyakit hati Penyakit hati

Hati-Hati, Ini Ciri Kalau Kamu Punya Penyakit Hati

Kajian

https://www.idntimes.com/ https://www.idntimes.com/

Ratu Kalinyamat: Ratu Jepara yang Memiliki Pasukan Armada Laut Terbesar di Nusantara

Muslimah Talk

Tata Cara Mengurus Bayi yang Meninggal

Kajian

Menunggu Jodoh dengan Elegan; Cerita dari Jomblo untuk Jomblo

Diari

Zikir Ketika Angin Kencang

Ibadah

Mengenal Hamnah Binti Jahsy, Perawat Perempuan di Masa Rasul

Muslimah Talk

Connect