BincangMuslimah.Com – Dewasa ini tayangan Drama Korea atau yang populer disebut sebagai Drakor, mulai membooming dan disukai oleh publik, tak hanya digemari oleh kalangan perempuan masa kini, bahkan dikalangan pria pun banyak pula yang mengemari film atau serial Drama Korea, khususnya film Parasite, yang populer beberapa waktu yang lalu.
Jadi drama korea saat ni tidak hanya digemari oleh kalangan tertentu, seperti K-Popers, bahkan para penggemar Drakor pun banyak diantaranya adalah para muslimah. Mengenakan kain hijab dan menutup wajah dengan niqab, rasanya bukan menjadi alasan untuk tidak menggemari Drakor.
Saya sendiri sangat menyayangkan beberapa ustadz di media sosial sering mengatakan bahwa Drama Korea tidak memiliki faidah sama sekali, bahkan ada ustadz yang secara gegabah mengataka bahwa Drama Korea itu haram! Fatwa dan juga kesimpulan negatif mereka terhadap Drakor sebenarnya adalah pandangan subjektif yang membawa agama sebagai alat untuk melegitimasi.
Bagi perempuan dan para Muslimah sendiri, Drakor bukan sekedar hiburan atau pencuci mata, lebih jauh lagi jika kita simak alur ceritanya, banyak cerita dalam Drakor yang justru membawa nilai-nilai yang mengangkat semangat feminisme atau kesetaraan gender.
***
Sejak abad ke-21 isu gender telah menjadi tantangan global mengingat konstruksi sosial yang tercipta dalam budaya mainstream telah menciptakan ketidakadilan gender berupa masalah diskriminasi, subordinasi dan marginalisasi yang meliputi berbagai aspek termasuk aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek politik. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar korban dari ketidakadilan gender adalah perempuan, dimana perempuan dianggap sebagai warga kelas dua sehingga masih dibatasi pergerakannya.
Adanya hubungan subordinasi yang dialami oleh perempuan menimbulkan perlawanan dari banyak kelompok di tengah masyarakat global, termasuk di antaranya kelompok feminis. Mereka menuntut agar adanya kesetaraan dan kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Dengan adanya perlawanan yang dilakukan oleh masyarakat, maka muncul lah sebuah istilah baru berupa “emansipasi”. Emansipasi juga didukung oleh wacana demokrasi dimana demokrasi sendiri mendukung adanya keadilan gender, terutama di ruang-ruang publik.
Seiring dengan perkembangan zaman, emansipasi tidak hanya mempengaruhi aspek ekonomi dan politik saja, tetapi juga mempengaruhi pola yang ada di dalam industri hiburan termasuk Drama Korea. Bagi sebagian orang, Drama Korea mungkin tidak lebih dari sekadar kisah percintaan dengan alur cerita yang sangat klasik. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian dari Drama Korea memiliki jalan cerita yang cenderung begitu-begitu saja dengan ending yang mudah ditebak.
Akan tetapi, beberapa tahun belakangan gaya dalam pembuatan Drama Korea mulai berubah dengan menunjukkan nilai-nilai pemberdayaan perempuan melalui peran utama perempuan yang progresif dengan karier dan pemikiran yang cemerlang. Berikut adalah beberapa Drama Korea dengan nilai-nilai pemberdayaan perempuan yang patut ditonton di tengah waktu luang:
Pertama, Drama Korea yang berjudul Weightlifting Fairy Kim Bok Joo. Kim Bok Joo merupakan peran utama perempuan dalam drama ini yang berprofesi sebagai atlet angkat besi dengan prestasi yang cukup cemerlang. Meskipun prestasinya cukup cemerlang, Bok Joo sempat merasa tidak percaya diri dengan profesi dan fisiknya karena masih terjebak pada standar kecantikan yang ada. Bahkan Bok Joo sampai harus menutupi identitas dirinya yang sebenarnya dan menjalani diet ketat demi laki-laki yang disukainya. Hal ini pun menjadi kendala bagi kariernya sebagai atlet angkat besi dan membuat orang-orang di dekatnya merasa kecewa. Meskipun begitu, pada akhirnya Bok joo kembali mendapati kepercayaan dirinya dan berhasil menjadi atlet angkat besi nasional di Korea.
Kedua, sekuel Dr. Romantic yang terdiri dari Dr. Romantic dan Dr. Romantic 2. Dalam kedua sekuel drama ini, kedua peran utama perempuannya berprofesi sebagai dokter resident di sebuah rumah sakit di Korea. Meskipun konflik dari kedua drama ini berbeda, akan tetapi nilai-nilai pemberdayaan perempuannya cukup kental dan wajib ditonton sebagai pencerahan.
Ketiga, drama Korea yang satu ini tayang pada tahun 2018 sampai awal 2019 yang lalu dengan judul Encounter atau Boyfriend. Di dalam drama ini, tokoh utama perempuannya dikisahkan sebagai seorang janda sekaligus CEO dari sebuah hotel ternama di Korea. Meskipun hotel tersebut merupakan tunjangan perceraian dari sang mantan suami, akan tetapi Cha Soo Hyun mampu menyelamatkan hotel tersebut dari kebangkrutan bahkan mampu membuka cabangnya sampai ke luar negeri. Selain itu, Cha Soo Hyun juga digambarkan sebagai perempuan yang kuat dan mampu menghadapi berbagai macam konflik yang disebabkan oleh keluarganya sendiri dan mantan suaminya. Meskipun drama ini bergenre romantis, akan tetapi nilai-nilai pemberdayaan perempuannya masih sangat kental.
Dari beberapa contoh drama di atas, dapat disimpulkan bahwa industri hiburan, khususnya industri Drama Korea mulai mengalami pergeseran nilai. Tidak sedikit penulis yang terinspirasi dari adanya emansipasi yang terus berkembang di tengah-tengah masyarakat. Sebagai penikmat Drakor, kita pun tidak hanya disuguhkan dengan cerita-cerita romantis layaknya negeri dongeng, tetapi juga nilai-nilai pemberdayaan perempuan yang dapat kita realisasikan di dalam kehidupan sehari-hari. Nyatanya, perempuan juga bisa menjadi sosok yang kompeten, kompetitif dan berdikari apabila kita mau terus belajar serta berusaha terlepas dari image domestifikasi.