Ikuti Kami

Muslimah Talk

Tragedi Ibu dan Anak di Bandung, Mengapa Kasus Filisida Masih Terjadi di Indonesia?

Tragedi Ibu dan Anak di Bandung, Mengapa Kasus Filisida Masih Terjadi di Indonesia?
Freepik.com

BincangMuslimah.Com – Kabar pilu tidak tiada henti datang bertubi-tubi di pemberitaan. Kali ini, kabar memilukan itu datang dari daerah Bandung. Seorang ibu berinisial EN ditemukan tidak bernyawa, yang diduga kuat, mengakhiri nyawanya.  Sementara kedua anaknya yang baru berusia 11 bulan dan 9 tahun, tergeletak tak bernyawa di dalam kamar mereka.

Lewat pemberitaan pula, pihak kepolisian menyatakan bahwa kejadian ini diduga merupakan kasus bunuh diri bersama (murder-suicide). Di mana ibu tersebut terlebih dahulu memberikan racun kepada kedua anaknya sebelum mengakhiri hidupnya.)

Apa Faktor yang Mempengaruhi Pelaku Filisida?

Dugaan ini pun diperkuat dengan aparat yang menemukan sebuah surat wasiat yang dibuat oleh EN. Dalam isi surat tersebut, ia menyampaikan permintaan maaf kepada keluarga dan anak-anaknya. Di dalam surat tersebut juga disertai pengungkapan mengenai permasalahan rumah tangga yang tengah dihadapinya.

Masih di dalam surat yang sama, disebutkan juga bahwa beban utang menjadi faktor tekanan batin yang sangat membebani sang ibu.

Dari awal hingga akhir, kisah ini menggambarkan betapa beratnya beban psikologis yang mungkin tidak terlihat secara kasat mata. Surat wasiat menjadi pengakuan terakhir dari seorang ibu yang merasa tidak mampu menghadapi kesengsaraan yang melilit hidupnya.

Lelahnya terhimpit utang yang diceritakan di dalam surat wasiat korban menggambarkan mental burden yang luar biasa. Bagi sebagian orang, tekanan finansial dapat menjadi pemicu krisis batin yang berujung kepada tindakan ekstrem, termasuk tindakan mencelakakan diri dan orang terdekat.

Kasus yang mengiris relung jiwa ini bukan baru satu kali terjadi. Tak sampai satu dasawarsa, di tahun 2022, masih di provinsi Jawa Barat, tepatnya di Garut, seorang ibu melakukan tindakan serupa.

Baca Juga:  Fathimah dari Nisyapur: Ahli Makrifat Terbesar pada Zamannya

Ia mengakhiri nyawanya sendiri usai merenggut nyawa kedua anaknya yang masih berusia 5 tahun dan 11 bulan. Perselingkuhan diduga kuat menjadi alasan kenapa peristiwa tragis ini terjadi. Dan masih banyak lagi deretan kasus serupa yang bisa ditemukan di tanah air. Lalu, mengapa kasus ini bisa terjadi lagi dan lagi?

Tidak ada jawaban yang pasti, karena korban sudah tiada, sehingga tidak ada tempat untuk bertanya. Tapi ada beberapa dugaan yang bisa ditarik menjadi jawaban.  Kasus seorang ibu yang mengakhiri hidupnya bersama anaknya dikenal dalam kajian medis dan psikologi sebagai bagian dari fenomena filisida, yaitu pembunuhan anak oleh orang tuanya. Filicide atau filisida sering kali diikuti dengan bunuh diri orang tua, terutama pada kasus ibu.

Mengapa Kasus Ini Bisa Terjadi, Lagi?

Melansir dari Journal of the American Academy of Psychiatry and the Law, ada beberapa poin penting yang bisa menjelaskan kenapa hal ini bisa terjadi:

Pertama, gangguan kesehatan mental sangat dominan. Banyak ibu yang melakukan filicide ternyata mengalami depresi berat atau psikosis (misalnya skizofrenia). Studi menunjukkan lebih dari 60–70 persen ibu pelaku filicide memiliki riwayat gangguan kejiwaan.

Ada kasus di mana ibu mengalami delusi (keyakinan salah) atau merasa anaknya harus “diselamatkan dari penderitaan”, lalu membunuh anaknya dengan niat altruistik.

Kedua, stres sosial dan keterbatasan dukungan. Banyak ibu berada dalam kondisi stres berat: kesulitan ekonomi, pengangguran, konflik rumah tangga, kekerasan pasangan, atau tidak ada dukungan keluarga. Peran sebagai pengasuh utama sering kali membuat ibu merasa terjebak dan putus asa.

Ketiga, pola dari pengalaman hidup ibu sendiri. Masih dalam jurnal yang sama, beberapa penelitian menemukan ibu yang melakukan filicide punya riwayat trauma masa kecil, misalnya pernah mengalami pelecehan atau kekerasan. Kondisi ini bisa memengaruhi cara mereka menghadapi stres dan membangun relasi dengan anak.

Baca Juga:  Pandangan Imam Empat Mazhab Perihal Kentut dari Vagina

Keempat, keterkaitan dengan upaya bunuh diri. Tidak jarang, filisida terjadi bersamaan dengan rencana bunuh diri ibu. Dalam banyak kasus, ibu merasa jika ia mati, anak-anaknya juga harus ikut karena ia takut meninggalkan mereka tanpa perlindungan.

Terakhir, usia anak juga berpengaruh. Neonaticide (pembunuhan bayi baru lahir) biasanya dilakukan oleh ibu yang masih muda, tidak menikah, dan sering menyembunyikan kehamilan. filisida anak lebih besar sering terkait dengan depresi, psikosis, atau konflik keluarga.

Bagaimana Sebaiknya?

Kasus seorang ibu yang memilih mengakhiri hidupnya bersama anak-anaknya bukanlah hal yang muncul tiba-tiba. Di balik keputusan tragis itu biasanya ada tumpukan masalah, yaitu rasa tertekan secara ekonomi, beban sosial yang berat, dan gangguan psikologis yang tak tertangani.

Di Indonesia, situasi ini diperparah oleh stigma. Banyak orang takut dicap “gila” jika mengaku depresi atau mencari pertolongan ke psikiater. Padahal, penelitian menunjukkan bahwa depresi pada ibu terutama saat hamil atau setelah melahirkan.

Kondisi ini sangat nyata dan bisa dideteksi lebih awal dengan tes sederhana seperti Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS), yang sudah diuji di konteks Asia dan Indonesia Jika ditangani tepat waktu, kondisi ini bisa diobati, dan tragedi bisa dicegah.

Masalah ekonomi juga sering menjadi pemicu. Ketika kebutuhan sehari-hari tidak terpenuhi, rasa putus asa mudah muncul. Evaluasi terhadap Program Keluarga Harapan (PKH) misalnya, menunjukkan bahwa bantuan tunai bersyarat membantu mengurangi tekanan keuangan keluarga miskin dan memberi sedikit ruang bernapas. Artinya, jaring pengaman ekonomi benar-benar penting untuk menekan risiko.

Dari sisi sosial, ibu yang merasa sendirian, terjebak dalam konflik rumah tangga, atau menjadi korban kekerasan pasangan juga lebih rentan. Oleh karena itu, penting dukungan komunitas dan integrasi layanan kesehatan jiwa ke layanan ibu dan anak. Misalnya kelompok ibu di posyandu atau PKK—telah terbukti menurunkan rasa kesepian dan mengurangi depresi

Baca Juga:  Lies Marcoes Natsir: Cita-cita Islam Adalah Kesetaraan

Jadi, apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah kasus ini berulang?

Di layanan kesehatan, bidan dan tenaga puskesmas bisa melakukan skrining sederhana untuk mendeteksi depresi pada ibu, lalu merujuk bila ada tanda bahaya. Di masyarakat, kita perlu melawan stigma. Bicara tentang kesehatan jiwa bukan aib. Dukungan dari keluarga, tetangga, dan tokoh masyarakat bisa membuat seorang ibu merasa tidak sendirian.

Dari sisi ekonomi, keluarga berisiko harus cepat mendapat akses bantuan sosial, agar tekanan keuangan tidak berubah menjadi keputusasaan.  Pencegahan tragedi seperti ini tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja.

Tenaga kesehatan, keluarga, tetangga, tokoh agama, pemerintah, sampai masyarakat luas perlu bergerak bersama. Karena pada akhirnya, seorang ibu yang merasa dipahami, didukung, dan dibantu, akan jauh lebih kuat untuk bertahan dan anak-anaknya pun bisa tumbuh dengan selamat.

 

Rekomendasi

Cara Shalat Gerhana Bulan Cara Shalat Gerhana Bulan

3 Amalan yang Bisa Dilakukan Saat Gerhana Bulan

Pencegahan Gangguan Menstruasi Pencegahan Gangguan Menstruasi

Bolehkah Perempuan Haid Ikut Menghadiri Acara Maulid Nabi?

Memaknai Maulid Nabi Muhammad Sebagai Perayaan Memuliakan Perempuan Memaknai Maulid Nabi Muhammad Sebagai Perayaan Memuliakan Perempuan

Memaknai Maulid Nabi Muhammad Sebagai Perayaan Memuliakan Perempuan

Mengenali Dampak Kekerasan dan Upaya Membersamai Korban Mengenali Dampak Kekerasan dan Upaya Membersamai Korban

Mengenali Dampak Kekerasan dan Upaya Membersamai Korban

Ditulis oleh

Melayu udik yang berniat jadi abadi. Pernah berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan Jurnalistik (2014), aktif di LPM Institut (2017), dan Reporter Watchdoc (2019). Baca juga karya Aisyah lainnya di Wattpad @Desstre dan Blog pribadi https://tulisanaisyahnursyamsi.blogspot.com

14 Komentar

14 Comments

Komentari

Terbaru

Pentingnya Pengalaman Perempuan dalam Mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender

Kajian

tantangan menjalani i'tikaf ramadhan tantangan menjalani i'tikaf ramadhan

Amalan yang Dianjurkan Ulama Saleh di Bulan Maulid Nabi

Ibadah

Cara Shalat Gerhana Bulan Cara Shalat Gerhana Bulan

3 Amalan yang Bisa Dilakukan Saat Gerhana Bulan

Kajian

Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah? Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah?

Memperingati Maulid Nabi dengan Tradisi Marhabanan

Diari

Pencegahan Gangguan Menstruasi Pencegahan Gangguan Menstruasi

Bolehkah Perempuan Haid Ikut Menghadiri Acara Maulid Nabi?

Kajian

Memaknai Maulid Nabi Muhammad Sebagai Perayaan Memuliakan Perempuan Memaknai Maulid Nabi Muhammad Sebagai Perayaan Memuliakan Perempuan

Memaknai Maulid Nabi Muhammad Sebagai Perayaan Memuliakan Perempuan

Kajian

Mengenali Dampak Kekerasan dan Upaya Membersamai Korban Mengenali Dampak Kekerasan dan Upaya Membersamai Korban

Mengenali Dampak Kekerasan dan Upaya Membersamai Korban

Muslimah Talk

Doa agar Terhindar dari Bisikan Setan Doa agar Terhindar dari Bisikan Setan

Doa agar Terhindar dari Bisikan Setan

Ibadah

Trending

Pencegahan Gangguan Menstruasi Pencegahan Gangguan Menstruasi

Bolehkah Perempuan Haid Ikut Menghadiri Acara Maulid Nabi?

Kajian

Benarkah Islam Agama yang Menganjurkan Monogami?

Kajian

Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah? Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah?

Memperingati Maulid Nabi dengan Tradisi Marhabanan

Diari

Rahmah El-Yunusiyah: Pahlawan yang Memperjuangkan Kesetaraan Pendidikan Bagi Perempuan

Muslimah Talk

Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah? Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah?

Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah?

Kajian

Doa agar Terhindar dari Bisikan Setan Doa agar Terhindar dari Bisikan Setan

Doa agar Terhindar dari Bisikan Setan

Ibadah

Pentingnya Pengalaman Perempuan dalam Mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender

Kajian

Kenapa Harus Hanya Perempuan yang Tidak Boleh Menampilkan Foto Profil?

Diari

Connect