BincangMuslimah.Com- Tidak bisa dipungkiri bahwa kini segala sesuatu di dunia ini memerlukan uang. Makan membutuhkan uang, minum membutuhkan uang, berpakaian membutuhkan uang, tempat tinggal membutuhkan uang, dan sekolah membutuhkan uang.
Dengan banyaknya tuntutan uang ini, manusia berlomba-lomba untuk mencari dan membuat lapangan pekerjaan demi untuk memenuhi kebutuhannya.
Karena kebutuhan yang banyak terhadap uang, hanya segelintir orang yang mau mengeluarkan hartanya untuk sekedar berbagi karena menghitung uang yang jika dikalkulasikan tidak bisa memenuhi kebutuhannya.
Padahal, di antara rezeki yang Allah Swt. berikan kepada kita terdapat rezeki orang lain yang Allah selipkan. Dengan demikian, sudah semestinya kita berbagi tanpa takut kekurangan sedikitpun.
Kita tidak perlu khawatir karena Allah telah berjanji dalam firman-Nya pada QS. Al-Thalaq ayat 2-3 dan berbicara mengenai konsep rezeki yang tidak bisa dihitung dan diduga oleh manusia,
…وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجٗا ٢ وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمۡرِهِۦۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَيۡءٖ قَدۡرٗا
Artinya: “Barang siapa bertakwa kepada niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya (2) dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusannya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu (3)”.
Di dalam ayat ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Jalaluddin di dalam kitab tafsirnya, al-Tafsir al-Jalalain hal.748-749 bahwa barangsiapa yang bertakwa kepada Allah maka akan dibukakan jalan keluar baginya baik dari kesusahan di dunia maupun di akhirat dan ia akan diberi rezeki dari arah yang tidak ia sangka yang tidak pernah terlintas di benaknya.
Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah dalam urusannya maka Allah akan mencukupkannya, Allah akan melaksanakan urusannya dan Allah telah membuat ketentuan pada setiap sesuatu.
Imam Fakhruddin Ar-Razi juga turut menafsiri kata مخرجا di dalam ayat itu, banyak pendapat yang beliau kumpulkan dan sampaikan dalam tafsirnya, Mafatih Al-Ghaib, juz 30 halaman 562,
وَقَالَ غَيْرُهُ: مَخْرَجًا مِنْ كُلِّ أَمْرٍ ضَاقَ عَلَى النَّاسِ، قَالَ الْكَلْبِيُّ: وَمَنْ يَصْبِرْ عَلَى الْمُصِيبَةِ يَجْعَلِ اللَّه لَهُ مَخْرَجًا مِنَ النَّارِ إِلَى الْجَنَّةِ، وَقَرَأَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: مَخْرَجًا مِنْ شُبُهَاتِ الدُّنْيَا وَمِنْ غَمَرَاتِ الْمَوْتِ، وَمِنْ شَدَائِدِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ
Artinya: “berkata sebagian ulama : kata مخرجا yang bermakna “jalan keluar” itu berarti keluar dari semua perkara yang menyempitkan manusia. Imam Al-Kalbi berkata : barang siapa yang sabar atas musibah yang menimpa, maka allah akan membukakan jalan keluar dari neraka menuju surga.
Rasulullah Saw bersabda : kata مخرجا itu adalah jalan keluar dari kesyubhatan dunia dan dari gelapnya kematian serta jalan keluar dari hiruk pikuk hari kiamat”
Dari dua penafsiran di atas, jalan dalam rezeki yang diberikan oleh Allah Swt. adalah dengan berserah dan berusaha dengan semaksimal mungkin kepada Allah Swt. Ganjaran dari apa yang kita sedekahkan di jalan Allah Swt. tidak akan pernah bisa ditebak dengan perhitungan manusia. Tidak bisa dipungkiri bahwa perhitungan kita dan Allah Swt berbeda.
Jika kita menghitung 10 – 1 = 9, maka tidak dengan matematika Allah. Karena ketika harta kita berkurang dikarenakan berbagi, sejatinya harta tersebut tidak berkurang sama sekali justru harta tersebut akan berkembang dan bertambah banyak dengan jalan yang terkadang tidak kita sadari.
Dengan demikian tidak ada lagi alasan kita untuk tidak saling berbagi. Bukankah tidak merasa kesusahan sudah mengindikasikan bahwa kita berkecukupan? Hemat bukan berarti pelit, berbagilah walau sedikit.
Sekian tentang tafsir Surah At-Thalaq ayat 2-3 mengenai konsep rezeki yang seringkali tidak bisa dihitung oleh manusia dan diduga-duga kedatangannya. Semoga bermanfaat!