BincangMuslimah.Com – Berikut kisah Ibnu Rusyd yang pernah ditolong oleh Yahudi. Sosok Ibnu Rusyd merupakan seorang yang berpikiran terbuka. Itu tak terlepas dari dirinya yang merupakan seorang filsuf kebanggaan Andalusia.
Kejayaan Islam yang sampai hari ini diceritakan oleh para pakar sejarah adalah perkembangan Islam di Andalusia. Bagi sebagian orang, periode Islam di Andalusia mengalami masa keemasan. Hal ini karena ditopang dengan kemajuan pengetahuan yang cukup pesat dengan kondisi pendidikan tinggi yang juga bagus.
Dilihat dari keberadaan pendidikan tinggi, terdapat 17 buah perpustakaan dan salah satunya memiliki 100.000 buah buku. Berdasarkan latar belakang mahasiswa, seperti Islam, Kristen dan Yahudi, banyak berdatangan ke Spanyol untuk belajar di pendidikan tinggi itu.
Semua berlomba-lomba untuk bisa mengenyam pendidikan di Spanyol. Hubungan antara muslim dan Kristen menjadi faktor ketenaran perkembangan Islam di Andalusia (Nur Dinah Fauziah, Peradaban Islam Di Andalusia (Spanyol) “Al-‘Adalah: Jurnal Syariah dan Hukum Islam,” Vol. 1, No.1. Thn. 2016).
Perkembangan Islam di Spanyol, terjadi pada masa khalifah al-Walid, yakni dari bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Perkembangan Islam di Andalusia, terbagi menjadi enam periode. Pertama, masa khalifah al-Walid, selanjutnya periode ke-amiran (panglima tertinggi bergelar Amir).
Amir pertama adalah Abdurrahman ad-Dakhil yang masuk ke Andalusia, periode ini yang menunjukkan kejayaan umat Islam di Andalusia. Pada periode selanjutnya, muslim di Andalusia terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja, golongan atau Muluk al thawaif.
Setelah periode itu, dilanjutkan oleh kekuatan dari muslim Afrika Utara, yakni dinasti Murahbithun dan alMuwahidun. Perlu diketahui pula bahwa, proses penaklukan Islam di Spanyol, terdapat beberapa tentara Islam yang berperan dalam penaklukan itu, diantaranya: Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan musa ibn Nushair.
Pada periode dinasti almuwahidun, tokoh yang masyhur dalam sejarah perkembangan pemikir atau cendekiawan muslim adalah Ibnu Rusyd. Ia dikenal dengan nama Averroes, atau Abu al-Walid Muhammad ibn Ahmad ibn Rusyd.
Perjalanan intelektual Ibnu Rusyd sebagai seorang pemikir yang dikenal oleh negara Barat, terbagi menjadi beberapa periode: Pertama, tahun 1176, Ibnu Rusyd menulis komentar-komentar pendek dan menengah dari karya Aristoteles.
Kedua, antara tahun 1177 hingga 1190, ia menulis karya hasil pemikirannya. Ketiga, periode ketika menjadi dokter istana hingga akhir hidupnya. Buah pemikirannya yakni komentar tentang pemikiran Aristoteles.
Karena pemikirannya itu, Ibnu Rusyd pernah diasingkan atau dibuang, Dalam masa pembuangan itu, ia justru disambut oleh murid-muridnya yang merupakan seorang Yahudi, yakni Maimonides.
Di fase itu pula, banyak sekali orang Yahudi belajar kepada Ibn Rusyd. Dalam proses pengasingan itu, Ibn Rusyd justru fokus terhadap pengembangan dirinya.
Buktinya, ia telah menghasilkan 78 unit buku, yang terdiri dari 28 unit buku filsafat, 20 unit buku medis, 5 unit buku teologi, 8 unit buku mengenai hukum, 4 unit buku astronomi, 2 unit buku sastra serta 11 unit buku di bidang lain. Ibn Rusyd wafat pada 9 Desember 1198 (Ahmad Al-Usairy, At-Tarikh al-Islamiy, terj. Samson Rahman, Sejarah Islam, ( Jakarta: Akbar Media, 2003).
Diantara beberapa karya Ibnu Rusyd, yakni: Bidayatul Mujtahid dalam bidang fikih, Mukhtashar Musthafa dalam bidang Usul Fikih, Syarah Urjuzah ibnu Sina dalam bidang kedokteran, Kulliyat dalam bidang kedokteran, al-Muqaddimat dalam bidang Fikih, al-Hayawan, Jawami’kutub Aristoteles, Syarah kitab an-Nafs, Talkhis al-Illahiyyat li Nocholas, al-Manthiq, Talkhish ma ba’da ath-Thabi’ah li Aristo, Talkhisul Istiqshat li Jalinus, Tahafutut Tahafut, dll.
Ketenaran Ibnu Rusyd menjadi Pelepas dahaga bagi semua umat. Sebab ia memberikan kebermanfaatan tidak hanya kepada umat muslim, melainkan semua agama bisa mengenyam pengetahuan kepadanya.
Di samping itu, relasi yang terbangun antara hubungan muslim dan non-muslim. Ketenaran ilmu pengetahuan, melalui Ibnu Rusyd, sebagai cendekiawan muslim, dipengaruhi oleh non-muslim.
Dari sini, justru kita melihat adanya simbiosis mutualisme yang terjalin antara Ibnu Rusyd dan para pengikutnya. Mereka mendapatkan pengetahuan dengan kekayaan pemikiran yang dimiliki oleh Ibnu Rusyd.
Sedangkan Ibn Rusyd, mendapatkan perlindungan atas pengasingan tersebut. Ini juga berarti catatan kepada para penerusnya seperti kita bahwa, belajar kepada orang lain, tidak perlu melihat latar belakang agama.
Akan tetapi, melihat kemampuan yang dimiliki oleh orang tersebut. Dengan demikian, ego kelompok berdasarkan identitas agama, tidak perlu menjadi alasan rusaknya hubungan dengan orang lain.
Demikian Kisah Ibnu Rusyd yang pernah ditolong oleh Yahudi.
Tulisan ini pernah dimuat di Bincangsyariah.com.
2 Comments