BincangMuslimah.Com – Dalam merespons kemoderenan, muncul banyak pemikiran yang menggunakan pendekatan gender. Beberapa pendekatan yang muncul di antaranya adalah pemikiran apologis, reformis, transformatif, rasionalis, rejeksionis, dan posmodernis. Enam kalangan tersebut adalah macam-macam pendekatan gender yang sampai saat ini masih berkembang.
Pertama, kalangan apologis.
Kalangan apologis memberikan semua hak yang dibutuhkan oleh kedua jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan. Dalam pendekatan apologis, ketimpangan yang terjadi dalam praktik pembagian tugas gender disebabkan oleh penyimpangan dari ketentuan teks. Tipologi tersebut diwakili oleh mayoritas pemikir keagamaan yang memiliki komitmen terhadap Islam sebagai doktrin, pedoman untuk kehidupan.
Kedua, kalangan reformis.
Kalangan kedua yakni kalangan reformis yang memiliki keyakinan bahwa antara teks-teks otoritatif dan praktik kultural, keduanya mesti dilaksanakan dengan selaras. Menurut kalangan reformis, teks-teks otoritatif telah disalahtafsirkan. Maka, yang menjadi persoalan utama adalah perbedaan antara teks-teks otoritatif dan tafsiran-tafsirannya.
Dalam buku Kesetaraan Gender Dalam Al-Quran (2015) karya Yunahar Ilyas, di antara tokoh-tokoh kalangan reformis adalah Muhammad Abduh dan Qasim Amin.
Ketiga, kalangan transformatif.
Kalangan transformatif berupaya untuk memperbaharui tradisi secara menyeluruh. Bagi kalangan ini, pembaharuan masih bisa dilakukan selama masih berada dalam wacana Islam klasik. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Abdullah Yusuf Ali dan Mahmūd Muhammad Taha.
Keempat, kalangan rasionalis.
Dalam mengimplemetasikan pendekatan gender, kalangan rasionalis berusaha untuk mengkompromikan kekuatan intelektual dengan teks-teks otoritatif. Pendekatan ini adalah metode yang dilakukan oleh Fazlur Rahman dan Riffat Hassan.
Kelima, kalangan rejeksionis.
Selanjutnya, ada kalangan rejeksionis yang menolak semua argumen. Kalangan ini menolak argumen dari manapun sumbernya, baik argumen yang bernuansa misoginis maupun seksis. Tokoh kalangan rejeksionis di antaranya Tasleema Nasreen dari Bangladesh dan Fatima Mernisi.
Keenam, kalangan postmodernis.
Kalangan postmodernis berusaha melakukan ex-centralism atau biasa diartikan keluar dari kecenderungan apa saja yang meletakkan laki-laki sebagai pusat yang sangat penting dari kehidupan sosial dan spiritual perempuan.
Kalangan ini meyakini bahwa semua bentuk sentralisme adalah totalitarianisme yang harus ditolak. Bagi mereka, kesetaraan gender di hadapan Allah Swt. membuat semua wacana keislaman menjadi tidak sejalan dengan kesetaraan relasi.
Bagi kalangan ini, makna tentang perempuan dan laki-laki yang sejati mesti direkonstruksi. Salah satu tokoh yang masuk ke kalangan ini adalah Asghar Ali Enginer, seorang feminis Muslim yang berasal dari India.
Itulah macam-macam pendekatan gender.