BincangMuslimah.Com – Indonesia adalah negara yang kaya akan keragaman, baik dalam hal etnis, budaya, bahasa, maupun agama.
Dalam perspektif Islam, keberagaman ini adalah sunnatullah, yaitu ketetapan Allah yang harus menyikapinya dengan bijaksana.
Bagaimana Menyikapi Keragaman Menurut Ajaran Islam?
Al-Quran sebagai pedoman ajaran Islam telah menegaskan bahwa penciptaan manusia dalam berbagai suku dan bangsa agar saling mengenal yang ditegaskan dalam ayat berikut.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
(Q.S. 49 Al Hujuraat 13)
Oleh karena itu, Islam mengajarkan umatnya untuk menghargai perbedaan dan menjadikan keragaman sebagai sarana untuk memperkuat persatuan, bukan sebagai sumber perpecahan.
Dalam konteks Indonesia yang memiliki berbagai pemahaman keislaman, misalnya antara Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persis, dan kelompok-kelompok Islam lainnya, perbedaan dalam praktik ibadah dan pemikiran keagamaan sering kali muncul.
Namun, Islam mengajarkan prinsip tasamuh (toleransi), yang berarti menghormati perbedaan. Juga tidak mudah menghakimi pihak lain dalam perkara ijtihadiyah (hal-hal yang masih bisa ditafsirkan).
Dalam hal ini, menuntut umat Islam di Indonesia untuk mengedepankan ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim). Serta ukhuwah wathaniyah (persaudaraan kebangsaan) agar tetap menjaga harmoni di tengah perbedaan.
Interaksi Ideal Antar Umat Beragama
Selain itu, Islam juga memberikan panduan dalam berinteraksi dengan pemeluk agama lain. Indonesia bukan hanya dihuni oleh umat Islam, tetapi juga oleh umat Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu, serta kepercayaan-kepercayaan lokal.
Dalam ajaran Islam, hidup berdampingan dengan damai bersama pemeluk agama lain adalah sesuatu yang diperintahkan.
Rasulullah sendiri telah memberikan contoh dalam Piagam Madinah, dimana beliau membangun masyarakat yang harmonis dan saling menghormati di antara berbagai kelompok agama yang berbeda.
Ketika menghadapi perbedaan dan keragaman di Indonesia, umat Islam perlu meneguhkan nilai-nilai moderasi yaitu sikap tengah yang tidak ekstrem dalam beragama.
Dengan sikap ini, umat Islam dapat menjadi perekat persatuan bangsa dan menjaga keseimbangan antara berpegang teguh pada prinsip agama dengan menghormati keberagaman yang ada.
Sehingga, perbedaan bukan lagi menjadi sumber konflik, tetapi menjadi kekuatan untuk membangun Indonesia yang damai dan harmonis sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Sikap dalam Menyikapi Perbedaan di Indonesia
Dalam menghadapi perbedaan, setiap warga negara harus memiliki semangat kebersamaan dan menjaga persatuan. Islam mengajarkan bahwa meskipun terdapat perbedaan, seluruh masyarakat Indonesia tetap satu dalam bingkai negara.
Mengedepankan kepentingan bersama daripada perbedaan yang bersifat individu atau kelompok adalah kunci dalam menjaga stabilitas dan kedamaian.
Sikap adil dalam menghadapi perbedaan berarti tidak memihak hanya kepada kelompok sendiri, tetapi juga bersikap objektif terhadap orang lain.
Fanatisme yang berlebihan terhadap suatu kelompok, baik dalam agama, politik, atau budaya, sering kali menjadi pemicu konflik. Oleh karena itu, Islam mengajarkan untuk tidak terjebak dalam ekstremisme yang dapat merusak keharmonisan sosial.
Ketika menghadapi perbedaan pendapat atau konflik, penting untuk menyelesaikannya dengan dialog dan musyawarah.
Islam mengajarkan bahwa sebaiknya menyelesaikan segala urusan dengan cara yang baik dan penuh hikmah. Dengan berdialog, setiap pihak bisa saling memahami sudut pandang masing-masing dan menemukan titik temu yang semua pihak dapat menerimanya.
Meskipun ada perbedaan, sebagai bangsa yang satu, masyarakat Indonesia harus tetap mengutamakan sikap gotong royong dan saling membantu.
Dalam Islam, konsep ta’awun (tolong-menolong dalam kebaikan) sangat menekankan terciptanya masyarakat yang harmonis. Tidak peduli latar belakang agama atau suku, sikap saling membantu akan memperkuat hubungan sosial dan mengurangi potensi konflik.
Dengan menerapkan sikap-sikap tersebut, masyarakat Indonesia dapat menjaga keharmonisan dan memperkuat rasa persatuan di tengah keberagaman yang ada.