Ikuti Kami

Muslimah Talk

Menilik Pengalaman Perempuan Pasca Melahirkan

Melahirkan Sesar Wajib Mandi
gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Kelahiran seorang bayi merupakan salah satu momen sakral dalam kehidupan seseorang. Tidak jarang semua anggota keluarga hingga tetangga turut berbahagia menyambut kelahiran sang bayi. Biasanya para tetangga datang silih berganti menjenguk bayi dengan membawa hadiah. Namun, tidak selesai sampai di situ, karena ada saja orang yang berkomentar negatif tentang bayinya atau ibunya. Padahal, banyak sekali keluhan dan pengalaman perempuan pasca melahirkan yang perlu kita tengok agar bisa menilai dan berempati kepada mereka.

“Eh itu lho si A abis lahiran nangis terus”

“Masa’ ya si B kalau anaknya eek nggak mau nyebokin”

“Si C lho nggak mau nyusuin anaknya sama sekali, katanya sih jijik, dia juga kayak orang gila, teriak-teriak, nggak mau ngurus anaknya sama sekali.”

“Si D abis lahiran marah-marah terus ke suaminya”

Demikian komentar-komentar tersebut pernah saya dengar dari bisik-bisik tetangga. Sekilas nampaknya kalimat tersebut hanya sebagai buah bibir semata. Saya yang waktu itu masih lajang pun sempat merasa heran “Masa’ iya ada ibu yang tega nggak mau nyusuin, ibu macam apa yang nggak mau ngurus anaknya?”

Kondisi yang terjadi pada ibu nifas seperti yang terlontar dari komentar tetangga tersebut, tampaknya menjadi sesuatu yang salah di mata sebagian masyarakat. Sebagian masyarakat, memiliki pandangan menjadi seorang ibu harus kuat dan sabar. Memang, sebagai manusia kita harus kuat menjalani kehidupan. Tidak hanya sebagai ibu saja. 

Pandangan “ibu harus kuat” memiliki dua sisi bagi perempuan sendiri. Sisi pertama, kalimat “Ibu harus kuat” memang bisa menjadi sumber energi bagi ibu nifas selama proses recovery. Sisi yang kedua, justru bisa membuat ibu nifas merasa tertekan akibat sulit meluapkan emosi dan perasaannya karena takut dianggap sebagai ibu yang lemah. 

Baca Juga:  Apakah Air Ketuban Najis?

Pengalaman ibu nifas dengan beragam ekspresi emosional tersebut adalah hal yang normal. Ibu nifas telah melepas bayinya terlahir di dunia setelah mengalami proses kehamilan yang tidak mudah. Pengalaman biologis perempuan seperti, menstruasi, hamil, melahirkan hingga menyusui merupakan pengalaman biologis yang menyakitkan dan melelahkan. Inilah salah satu  contoh wahnan ‘ala wahnin bagi perempuan.

Ibu nifas yang menangis, merasa lelah, dan cemas merupakan sesuatu yang lumrah. Ibu nifas yang sering menangis dan mengeluh bukan berarti dirinya sosok ibu yang lemah. Ibu nifas hanya butuh dukungan dari suami dan keluarga disekitarnya untuk memberi penghiburan dan kenyamanan dalam berbagi cerita dan perasaan yang dialami pasca melahirkan.

Dalam artikel alodokter.com yang ditinjau oleh dr.Meva Nareza, secara medis, perempuan hamil mengalami banyak perubahan hormon dalam dirinya. Hormon estrogen, progesteron, oksitosin, HCG dan prolaktin turut mewarnai perjalanan ibu hamil hingga melahirkan. Hormon tersebut mempengaruhi kondisi ibu hamil, seperti mudah lelah, konstipasi dan keluhan lainnya.

Dalam Talkshow Postpartum Blues and Postpartum Depression (2014), dr.Carla R. Machira, Sp.KJ(K) menjelaskan, bahwa setelah melahirkan hormon progesteron dan estrogen akan menurun drastis. Hal inilah yang memicu kondisi emosional ibu nifas menjadi tidak stabil.

Hormon-hormon tersebut secara alamiah berubah-ubah pada proses ibu hamil hingga menjadi ibu nifas yang tidak terpisahkan. Ini adalah proses yang manusiawi pada perempuan. Bahkan kondisi perubahan hormon tersebut menyebabkan ibu nifas rentan  terserang baby blues hingga PPD (Postpartum Depression) atau depresi pasca melahirkan.

Dalam sebuah diskusi yang bertajuk “Women’s Day 2021 : Pentingkah Melakukan Perawatan Terpadu Pasca Melahirkan?,” Dr.Daniella Satyasari SpKJ menjelaskan bahwa sekitar 70-80 persen ibu nifas mengalami sindrom baby blues, 10-13 persen mengalami PPD (Postpartum Depression) atau depresi pasca melahirkan dan 10 persen lainnya mengalami gangguan kecemasan pasca persalinan.

Baca Juga:  Indonesia Darurat Kekerasan Seksual, RUU TPKS Malah Ditunda Pengesahannya

Saya sebagai ibu muda juga pernah mengalami baby blues. Pasca melahirkan, saya merasa kelelahan panjang dan nyeri di bekas jahitan operasi caesar yang menjalar di sekujur tubuh. Saya juga merasakan kecemasan dan kesedihan. Setiap anak saya tidur lelap, saya sendiri tidak bisa tidur nyenyak. Berulang kali saya menengok anak saya yang tengah tidur hanya untuk memastikan apakah anak saya masih bernafas atau tidak. 

Saya pun akhirnya mengerti, bahwa ibu-ibu nifas yang menjadi bahan ghibah tetangga mungkin tengah menghadapi kecemasan pasca melahirkan seperti saya. Bahkan, bisa jadi yang terjadi pada orang lain lebih parah daripada yang saya alami.

Jadi, bagi para ibu nifas, jika kalian merasa sedih, marah, lelah dan kesal, jangan pernah menghindari perasaan itu. Percayalah, bahwa dirimu bukan satu-satunya ibu nifas yang mengalami fase emosional tersebut. Hal tersebut bukan menandakan bahwa dirimu adalah ibu yang lemah.

Kita semua punya kekuatan mental yang berbeda-beda. Proses adaptasi perempuan menjadi ibu berbeda-beda, tidak bisa dipukul rata. Satu hal yang sama, kita hanya butuh dukungan dari orang-orang sekitar kita. Ceritakan keluh kesah yang dirasakan kepada orang yang dipercaya. Para suami dan keluarga juga harus siaga menjadi teman berbagi cerita dan sambat dari ibu nifas. Sambat bukanlah hal yang buruk, itu adalah hal manusiawi jika tersalurkan dengan baik, terutama di saat kondisi rentan ibu nifas. 

Sayangnya, rasa sedih tersebut kadang dianggap angin lalu oleh orang terdekat dan menganggap bahwa “alah, rasan-rasan tetangga itu sudah biasa, nggak usah ditanggepin.” Kalimat tersebut senada dengan komentar teman saya “Kalau hidup di desa itu kudu tebel telinga, biasalah orang desa mah gitu mulutnya suka julid.”

Baca Juga:  Tiga Portal Khusus Muslimah Masa Kini

Kita memang tidak bisa mengontrol mulut orang lain untuk mengomentari hidup kita. Namun, kita hidup dari generasi ke generasi dimana kita seharusnya bisa dinamis dan progresif, khususnya dalam berpikir dan bersikap. Bagaimanapun, kesehatan mental ibu nifas penting sekali dijaga. Ibu nifas bahagia, bayinya tumbuh dan berkembang dengan baik juga. 

Ibu nifas yang butuh dukungan dan bantuan bukan berarti manja. Justru itu adalah hak perempuan untuk hidup aman dan nyaman bersama keluarga tercinta. Hal inilah yang perlu diingat oleh suami dan anggota keluarga yang lain agar ibu nifas tidak berakhir menjadi ghibahan tetangga. Agar kesehatan mental terjaga dan proses menyusui pun lancar.

Puskesmas sebagai layanan kesehatan paling dekat dengan masyarakat juga harus lebih giat memberikan edukasi pada masyarakat tentang perawatan terpadu ibu nifas. Banyak sekali masyarakat yang masih awam tentang fenomena baby blues dan PPD tersebut. Oleh karena itu sebagian masyarakat kerap merasa heran ketika melihat fenomena ibu nifas yang mengalami baby blues hingga PPD.

 

Rekomendasi

Pentingnya Belajar Fikih Perempuan Sedini Mungkin Pentingnya Belajar Fikih Perempuan Sedini Mungkin

Biografi Ning Amiroh Alauddin; Pendakwah Fikih Perempuan Melalui Media Sosial

Mandi junub dan haid Mandi junub dan haid

Empat Hal yang Perlu Diperhatikan Ketika Mandi Wajib

pendarahan sebelum melahirkan nifas pendarahan sebelum melahirkan nifas

Pendarahan Sebelum Melahirkan, Apakah Termasuk Nifas?

penyebab sujud sahwi cara penyebab sujud sahwi cara

Hukum Sujud Tilawah bagi Perempuan Haid dan Nifas

Komentari

Komentari

Terbaru

Apakah Komentar Seksis Termasuk Pelecehan Seksual?

Diari

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Muslimah Talk

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Mapan Dulu, Baru Nikah! Mapan Dulu, Baru Nikah!

Mapan Dulu, Baru Nikah!

Keluarga

Melatih Kemandirian Anak Melatih Kemandirian Anak

Parenting Islami ; Bagaimana Cara Mendidik Anak Untuk Perempuan Karir?

Keluarga

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

Trending

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Siapa yang Paling Berhak Memasukkan Jenazah Perempuan Ke Kuburnya?

Ibadah

keadaan dibolehkan memandang perempuan keadaan dibolehkan memandang perempuan

Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

Kajian

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak

Hukum Orangtua Menyakiti Hati Anak

Keluarga

Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Pondok Pesantren Sunan Pandanaran

Tiga Tradisi Bersalawat yang Rutin Diadakan di Pesantren Sunan Pandanaran

Muslimah Daily

Connect