BincangMuslimah.Com- Dewasa ini teknologi informasi mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dan kini teknologi telah menjadi bagian integral dari kehidupan modern. Penggunaan media sosial dan internet telah merubah cara masyarakat berinteraksi, berbagi informasi dan mengakses pengetahuan termasuk cara menyebarkan pesan keagamaan melalui platform digital.
Namun pasalnya, sekarang begitu banyak konten-konten yang kurang pantas tiba-tiba muncul di luar kontrol kita. Memang kita tidak bisa menghilangkan konten-konten itu 100%. Tapi sebagai seorang muslim, kita punya kontribusi penuh menyebarkan dakwah Islam untuk menyeimbangi dan meminimalisir konten-konten negatif yang tersebar.
بلغوا عني ولو آية
Artinya: “Sampaikanlah dariku walau satu ayat”. (HR. Bukhari)
Berdakwah bukan hanya tugas ustadz, kiai atau tokoh-tokoh agama lainnya. Tapi setiap Muslim juga memiliki andil menyebar dakwah sesuai kemampuan yang dimiliki.
Tentu ini menjadi peluang besar bagi seorang muslim untuk menyebarkan dakwah secara lebih efektif dan efisisen. Sebagai transformasi penyebaran pesan keagamaan, kini dakwah tak hanya terbatas pada pertemuan tatap muka saja. Dakwah juga dapat dilakukan melalui berbagai platform digital seperti status, blog, media sosial, podcast dan lain sebagainya.
Manfaat Dakwah Digital
Selain aksesnya mudah, dakwah digital juga memiliki kelebihan lain, di antaranya dakwah digital memungkinkan pesan keislaman menjangkau audiens yang lebih luas. Tak terhalang oleh ruang maupun waktu. Siapapun dapat mengaksesnya dimanapun dan kapanpun.
Dakwah digital juga dapat menjadi ladang pahala jariyah. Konten yang bermanfaat dan menginspirasi banyak orang akan terus mengalir pahalanya, walaupun kita tidak tahu siapa yang membaca atau bahkan mengamalkannya.
Dan manfaat yang tak kalah penting yaitu dakwah digital juga sebagai usaha kita untuk menyeimbangkan dunia digital dari konten-konten negatif yang dapat merugikan, terutama bagi remaja. Sekarang begitu banyak konten-konten yang kurang pantas untuk ditonton tiba-tiba muncul di beranda kita. Karena media sosial itu luas, jadi siapapun dapat membagikan apapun di sana. Jangan sampai generasi muda muslim hanya disuguhi dengan konten-konten yang kurang bermanfaat.
Dalam hal, ini tentu sangat diperlukan kontribusi dari masyarakat Muslim. Tidak harus berdakwah panjang sebagaimana pengajian-pengajian pada umumnya. Kita bisa mulai dengan berdakwah lewat tulisan singkat di story. Membagikan video atau podcast keislaman. Atau bahkan melalui desain pakaian, bagaimana pakaian seorang muslim yang stylish tapi tetap bisa menutup aurat dengan sempurna. Sesederhana itu!
Bisa juga kita buat akun-akun dakwah yang menyentuh hati dan bahkan bisa menarik perhatian masyarakat umum terutama bagi kaum remaja. Coba sesuai kemampuan dan tidak harus sempurna dulu..
Tapi saya bukan ustadz/ustadzah… kalau salah bagaimana?
Maka kita belajar sambil berbagi, jika ada respon positif kita jadikan semangat, jika ada respon negatif kita ambil itu sebagai pelajaran kita untuk berbenah lagi. Yang penting kita sampaikan yang baik dengan niat yang baik dan tidak bersikap sok tahu.
Menggunakan Media Sosial Dengan Bijak
Dunia digital itu seperti gelas, statusnya sesuai dengan apa yang kita masukkan di dalamnya. Kalau gelas itu diisi dengan air zam-zam, hukumnya sunnah untuk diminum. Tapi ketika yang dituangkan adalah khamr, maka hukumnya haram.
Sama persis seperti dunia dunia, ia tergantung dengan apa yang kita gunakan dengannya. Kalau penggunaannya untuk mendengarkan kajian-kajian, bersedekah dan melakukan kebaikan-kabaikan lain, maka ia bermanfaat untuk sesuatu bagi diri kita.
Tapi jika digunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat dan hal-hal yang berbau dosa, maka sama saja ia digunakan untuk merugikan bahkan meracuni fikiran dan diri kita.
Al-Habib Umar bin Hafidz pun juga menyampaikan pesan bagi pengguna media sosial yang penulis kutip dari buku Kompas kehidupan:
حول التلفزيون والانترنت وما يوجد في بيتك من أجزة, حولها من شيء. هادمة إلى خادمة. وإلا ستهدم, ستهدم وأنت تحضك, ويهدم أغلى فيك عقلك. ولبك.. وفكرك.. وخلقك.. ويهذم وانت تضحك
Artinya: “Jadikanlah televisi, handphone, internet dan alat-alat lainnya sebagai pelayan dan pembantu untuk agamamu. Jika tidak, alat-alat itu akan menghancurkanmu, sedangkan engkau malah tertawa (karena tidak menyadarinya), ia akan merusak hatimu, akalmu, akhlakmu dan pikiranmu tanpa kamu sadari. Engkau tertawa bahagia padahal alat-alat itu telah merusak hal-hal paling berharga yang kamu miliki”. (Lora Ismael Amin Kholil, Kompas Kehidupan, Bangkalan: hal. 53)
Semoga tulisan ini bisa menjadi pengingat dan penyemangat kita untuk terus menyebarkan pesan-pesan keagamaan dan meminimalisir konten-konten yang kurang bermanfaat.
Rekomendasi

1 Comment