BincangMuslimah.Com – Dalam beberapa dekade terakhir, peran perempuan dalam struktur keluarga dan masyarakat telah mengalami perubahan signifikan. Salah satu fenomena yang menonjol adalah munculnya female breadwinner.
Female breadwinner adalah perempuan yang menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga. Fenomena ini terjadi di berbagai belahan dunia dan menjadi cerminan perubahan dalam norma gender serta dinamika ekonomi.
Female breadwinner menantang stereotip tradisional yang selama ini menempatkan laki-laki sebagai penyedia utama kebutuhan ekonomi keluarga.
Meningkatnya Female Breadwinner Di Tengah Arus Modernitas
Arus modernitas telah memainkan peran penting dalam munculnya fenomena female breadwinner. Zaman Modernitas yang ditandai oleh kemajuan teknologi, globalisasi, dan perubahan sosial telah membuka peluang bagi perempuan untuk berpartisipasi lebih aktif dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk pendidikan dan dunia kerja.
Akses yang lebih luas terhadap pendidikan tinggi memungkinkan perempuan memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk bersaing di pasar tenaga kerja.
Selain itu, modernitas juga membawa pergeseran nilai dan norma sosial, yang mulai meninggalkan pandangan tradisional tentang peran gender. Dalam banyak keluarga, perempuan tidak lagi hanya dipandang sebagai pengurus rumah tangga, tetapi juga sebagai mitra ekonomi yang setara.
Fenomena female breadwinner dipengaruhi oleh beberapa latar belakang, diantaranya;
Pertama, meningkatnya partisipasi perempuan dalam pendidikan dan pasar tenaga kerja. Dengan pendidikan yang lebih baik, perempuan memiliki akses lebih luas ke pekerjaan yang sebelumnya didominasi oleh laki-laki.
Kedua, perubahan struktur keluarga seperti meningkatnya jumlah keluarga dengan orang tua tunggal atau pasangan yang membagi tanggung jawab ekonomi secara setara.
Ketiga, pergeseran ekonomi yang membuka peluang baru bagi perempuan, khususnya dalam sektor jasa dan teknologi.
Kombinasi faktor-faktor ini tidak hanya memperluas pilihan perempuan tetapi juga menempatkan mereka sebagai pencari nafkah utama keluarga. Baik secara pilihan maupun karena tuntutan keadaan seperti perubahan struktur keluarga atau dinamika ekonomi.
Relasi Female Breadwinner Dalam Keluarga
Kondisi keluarga dengan female breadwinner sering kali memiliki dinamika yang unik dibandingkan dengan keluarga konvensional dimana laki-laki menjadi pencari nafkah utama.
Dalam keluarga female breadwinner, perempuan tidak hanya memikul tanggung jawab ekonomi tetapi juga sering tetap menjalankan peran tradisional sebagai pengelola rumah tangga dan pengasuh anak.
Hal ini dapat menimbulkan tekanan ganda bagi perempuan, terutama jika tidak ada pembagian tugas yang adil dengan pasangan atau dukungan dari anggota keluarga lainnya.
Di sisi lain, pasangan laki-laki dalam keluarga ini juga dapat mengalami tantangan, terutama di masyarakat yang masih menganut norma patriarki. Peran sebagai pencari nafkah utama sering dikaitkan dengan maskulinitas.
Namun, keluarga dengan female breadwinner juga memiliki potensi untuk membangun hubungan yang lebih egaliter. Kedua belah pihak saling mendukung dan berkolaborasi dalam mengelola keluarga.
Anak-anak dalam keluarga ini sering kali melihat contoh keberanian, ketangguhan, dan kerja keras dari ibu mereka, yang dapat memberikan pengaruh positif terhadap pandangan mereka tentang kesetaraan gender.
Meski begitu, banyak female breadwinner yang berhasil menunjukkan ketangguhan dan kemampuan mereka dalam menghadapi tantangan ini.
Dengan dukungan yang tepat, baik dari pasangan, keluarga, maupun lingkungan kerja, female breadwinner dapat menjadi teladan keberanian dan inovasi dalam kehidupan keluarga modern.
Ketahanan Keluarga Female Breadwinner
Mempertahankan keluarga dengan female breadwinner membutuhkan komitmen, komunikasi yang baik, dan pembagian tanggung jawab yang adil di antara anggota keluarga.
Salah satu kunci utama adalah adanya dukungan emosional dan praktis dari pasangan maupun anggota keluarga lainnya.
Ketika perempuan memikul tanggung jawab ekonomi utama, pasangan atau anggota keluarga lain dapat mengambil peran lebih besar dalam pengelolaan rumah tangga dan pengasuhan anak untuk meringankan beban.
Selain itu, komunikasi yang terbuka mengenai harapan dan kebutuhan masing-masing pihak sangat penting untuk menghindari konflik dan membangun pemahaman bersama.
Masyarakat juga berperan dalam menciptakan lingkungan yang mendukung dengan mengurangi stigma terhadap peran gender non-tradisional. Sehingga keluarga dengan female breadwinner dapat berfungsi secara harmonis tanpa tekanan sosial yang berlebihan.
Adaptasi menjadi kunci penting untuk menghadapi tantangan yang mungkin timbul, agar dapat tetap menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan keluarga.
Referensi:
Robert Drago, David Black dan Mark Wooden. “Female breadwinner families: their existence, persistence and sources”, Journal of Sociology: The Australian Sociological Association, Volume 41(4): 343–362, 2005.