Ikuti Kami

Muslimah Talk

Biografi Siti Suryani Thahir: Perintis Majelis Taklim Jakarta

Biografi Siti Suryani Thahir

BincangMuslimah.Com– Hj. Siti Suryani Thahir dalam catatan sejarah merupakan tokoh sentral di balik berdirinya perguruan ternama di Jakarta, yakni Yayasan Perguruan Atthahiriyah. Sama seperti halnya Prof. Zakiah Daradjat, beliau juga salah seorang yang mewakili gerakan perempuan di masa Orde Baru. 

Fokus utama yang menjadi perhatian Suryani adalah mengembangkan pengajian khusus kaum perempuan atau yang dikenal dengan majelis taklim. Berikut biografi lengkap Siti Suryani Thahir disertai dengan kiprahnya dalam merintis majelis taklim di Jakarta. 

Lahirnya Suryani Thahir

Suryani Thahir lahir di Tebet, Jakarta Selatan pada 1 Januari 1940 dari pasangan KH. Thahir Rahili dan Ny. Salbiyah Ramli. Ia adalah perempuan dari kalangan berada dan sangat disegani oleh masyarakat Betawi. Ayahnya memiliki yayasan pendidikan yang bernama Sa’dutthoriqain, yang pada nantinya dikenal dengan Atthahiriyah, sejak tahun 1951.

Riwayat Pendidikan

Pendidikan yang ia tempuh dimulai di Sekolah Rakyat Bukit Pasir Duri, Kebon Baru, Jakarta Selatan, untuk pagi hari. Sedangkan setiap sorenya ia belajar agama di Madrasah Diniyah Awwaliyah asy-Syafi’iyah yang berada di Jln. Matraman. Di madrasah inilah beliau belajar di bawah asuhan KH. Abdullah Syafi’i.

Perjuangan Merintis Majelis Taklim

Bersama sembilan temannya, Suryani melanjutkan studi ke Mesir. Sekembalinya dari Mesir, pada tahun 1967 ia mulai terjun untuk berdakwah di tanah kelahirannya. Faktor yang melatarbelakanginya adalah karena pada saat itu pengajian khusus perempuan masih langka. Di samping itu, masih sangat kentara ketimpangan pengetahuan agama antara kaum laki-laki dan perempuan. 

Modernisasi pembangunan ekonomi di masa Orde Baru tidak memberikan dampak yang signifikan pada kaum perempuan. Suryani melihat bahwa kaum perempuan hampir secara keseluruhan masih tertinggal di bidang pendidikan. Keadaan ini membuat beliau prihatin yang kemudian mendorongnya untuk mendirikan majelis taklim kaum perempuan di mushalla al-Taqwa, di wilayah komplek Perguruan Atthahiriyah.

Baca Juga:  Kredibilitas Kepemimpinan Perempuan dalam Islam

Majelis ini semula hanya diikuti dua belas orang saja. Ketika jamaahnya semakin bertambah, sebab antusias yang luar biasa, Suryani akhirnya meresmikan majelisnya dengan nama Majelis Ta’lim Kaum Ibu at-Thahiritah (MTKIA).

Dalam metode dakwah di majelis taklimnya, Suryani tidak lagi menggunakan cara tradisional bahwa jamaahnya hanya mendengarkan penjelasan dari sang penceramah. Ia mulai melakukan reorientasi dan reformulasi terhadap metodologi pengajaran Islam. Menurutnya, majelis taklim bukanlah proses belajar-mengajar searah, namun sebaliknya.

Maka dari itu, Suryani mencoba metode lain, yakni dengan memberikan kesempatan kepada anggota majelis taklimnya untuk membaca sendiri kitab kuning yang akan dibahas. Kemudian, beliau memberikan penjelasan dan dilanjutkan dengan dialog interaktif. Metode ini ternyata bisa menarik minat jamaah, sehingga anggotanya terus bertambah.

Agar tidak monoton dalam setiap pengajiannya, selain mengaji kitab kuning, Suryani juga kerap mengadakan seminar agar jamaah juga mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan. Perjuangan Suryani tak berhenti di situ saja, beliau juga mendirikan kampus yakni Universitas Islam at-Thahiriyah (UNIAT).

Mereka berdua kemudian dikenal sebagai pendakwah di majelis-majelis taklim, tidak hanya di Jabotabek, melainkan hingga ke Singapura, Brunei Darussalam. Jika Suryani mandiri MTKIA, suaminya juga mendirikan lembaga pendidikan yang diberi nama Kursus Bahasa Arab dan Agama (KURBA). 

Dalam perjalanan dakwahnya, Suryani tidak sendiri. Suaminya, H. Syathiry Ahmad, juga ikut serta turut andil. Tidak hanya sampai di situ, beliau berdua juga mendirikan biro haji dan umrah. Selain itu, ia juga mendirikan Lembaga Pendidikan Islam Addiniyah Attahiriyah (LPIAA) yang di dalamnya menaungi pendidikan mulai dari TK hingga Aliyah, dan pondok pesantren. Untuk menunjang mutu pendidikannya, diadakanlah kursus-kursus, yaitu kursus agama, bahasa Arab, dan Inggris. 

Baca Juga:  Zainab Fawwaz, Penggerak Pembebasan Perempuan Mesir

Dengan semakin berkembangnya lembaga pendidikan tersebut maka didirikanlah Universitas Islam Atthahiriyah (UNIAT) pada 9 Juli 1969. Dari kampus inilah tercetak banyak mahasiswanya yang memperoleh beasiswa ke Timur Tengah, di antaranya Universitas al-Azhar Mesir, Universitas Baghdad Irak, Universitas Damsyik Suriah, Universitas Ummul Qura Mekah, Universitas King Abdul Aziz Jeddah dan Universitas Kuwait.

Itulah biografi Siti Suryani Thahir dan kiprahnya merintis mejelis taklim di Jakarta. Berkat kegigihannya, majelis taklim telah berkembang menjadi satu gerakan sosial-keagamaan perempuan, khususnya bagi mereka yang berasal dari kaum santri.

 

Sumber Bacaan:

Kana Kurniawan, Perempuan dalam Perspektid Hukum Islam dan HAM, 170.

Amelia Fauzia, Oman Fathurahman, Tentang Perempuan Islam, 90-100.

Kusnadi, Peran Ulama Habaib Betawi dalam Lintasan Sejarah, 82-83.

 

Rekomendasi

Ning Khilma Anis Ning Khilma Anis

Ning Khilma Anis; Bu Nyai Muda yang Berdakwah Melalui Karya Sastra

Biografi Yenny Wahid Biografi Yenny Wahid

Biografi Alissa Wahid: Pejuang Moderasi Beragama Perempuan Indonesia

butet manurung model barbie butet manurung model barbie

Butet Manurung, Dari Sokola Rimba Hingga Global Role Model Barbie

Pendakwah Perempuan Kalangan Milenial Pendakwah Perempuan Kalangan Milenial

5 Pendakwah Perempuan di Kalangan Milenial

Ditulis oleh

Alumni prodi Ilmu Alquran dan Tafsir UIN Sunan Ampel, Surabaya. Minat pada kajian Islam dan Alquran. Kini juga aktif sebagai penulis di tafsirquran.id.

Komentari

Komentari

Terbaru

Apakah Komentar Seksis Termasuk Pelecehan Seksual?

Diari

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Muslimah Talk

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Mapan Dulu, Baru Nikah! Mapan Dulu, Baru Nikah!

Mapan Dulu, Baru Nikah!

Keluarga

Melatih Kemandirian Anak Melatih Kemandirian Anak

Parenting Islami ; Bagaimana Cara Mendidik Anak Untuk Perempuan Karir?

Keluarga

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

Trending

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Siapa yang Paling Berhak Memasukkan Jenazah Perempuan Ke Kuburnya?

Ibadah

keadaan dibolehkan memandang perempuan keadaan dibolehkan memandang perempuan

Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

Kajian

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak

Hukum Orangtua Menyakiti Hati Anak

Keluarga

Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Pondok Pesantren Sunan Pandanaran

Tiga Tradisi Bersalawat yang Rutin Diadakan di Pesantren Sunan Pandanaran

Muslimah Daily

Connect