BincangMuslimah.Com – Dalam kehidupan, setiap pergantian waktu dimulai dengan yang namanya ‘hari’. Masyarakat Yunani, sebelum datangnya Islam menyebutkan pergantian waktu dari hari ke hari menggunakan istilah dari dewa-dewa mereka. Hal ini terbukti dari penamaan seperti Sunandaeg atau Sunday, Monandaeg atau Monday, Tiwasdaeg atau Tuesday, dan beberapa hari lainnya. Dari beberapa hari tersebut, jika dipraktikkan dalam Islam, bukankah hal tersebut mengarah pada sifat syirik?
Jauh sebelumnya, Islam juga sudah mempunyai penyebutan istilah hari. Penyebutan istilah hari dalam Islam dimulai dengan bilangan adat hari pertama atau Ahad, hari kedua (Isnain), hari ketiga (Sulasa), hari ke empat (Arbi’a), hari kelima (Khomisah), Jum’ah, dan Sabt. Setiap hari, mempunyai makna tersendiri, baik secara filosofi maupun Alquran.
Dalam Alquran, ada dua hari yang mempunyai sejarah dan maknanya, yaitu hari Jumat dan Sabtu, mengapa kita tidak menyebutnya hari Sittah dan Sab’ah? Dalam hal ini, Allah memberi keistimewaannya. Yuk, mari kita simak keistimewaan hari Jumat dan Sabtu dalam Islam.
Dalam sebuah halaqah, Syekh Mutawalli Asy-Sya’rawi menyampaikan keutamaan hari dalam Islam, tentunya Islam mempunyai sisi filosofis dan hikmah dalam menyampaikan sesuatu.
Pertama, hari Jumat dan Sabtu tidak termasuk ke dalam bilangan dalam Islam, seperti yang sudah dijelaskan di atas. Itu karena Jumat dan Sabtu mempunyai keistimewaan tersendiri. Penyebutan hari Jumat dan Sabtu tidak masuk terhadap bilangan.
Kedua, dalam setiap ayat Alquran yang turun, mempunyai cerita dan hikmah masing-masing. Bahkan, beberapa surat dan penamaan dalam Alquran diambil dari kisah-kisah seseorang yang inspiratif maupun seseorang yang dibenci Allah, kejadian-kejadian dan sebagainya. Dalam Alquran, hari Jumat tertulis sebagai nama surat dalam Alquran dan di beberapa ayat menceritakan hari Sabtu dengan peristiwa kaumnya Nabi Daud atau peristiwa Saba. Di ayat lain, Allah memberi janji kepada umatnya ketika melaksanakan keutamaan di hari Jumat, sebagaimana dalam surah Al-Jumu’ah ayat 9,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا نُودِىَ لِلصَّلَوٰةِ مِن يَوْمِ ٱلْجُمُعَةِ فَٱسْعَوْا۟ إِلَىٰ ذِكْرِ ٱللَّهِ وَذَرُوا۟ ٱلْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya: Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Dari ayat di atas, bahwasannya Allah langsung menunjuk hari Jumat bukan sebagai hari ke enam atau lainnya.
Ketiga, hari Jumat dan Sabtu merupakan hari libur dalam Islam. Dalam penciptaan alam semesta, ada enam hari atau enam masa yang diyakini oleh umat Islam, hari pertama hingga hari kelima, lalu hari Jumat. Dari lima hari tersebut Allah memberikan nama hari Jumat sebagai bentuk memperingati berkumpulnya alam semesta yang telah tersusun. Jum’ah berasal dari kata jama’a atau berkumpul, yang berarti berkumpulnya alam semesta yang telah dibuat. Maka dari itu, karena perkumpulan alam semesta adalah sesuatu yang besar, dalam Islam diperingati sebagai hari raya. Selain itu, hari Jumat diperingati sebagai perkumpulan nikmat Allah.
Kemudian hari Sabtu, yang berasal dari bahasa Arab sabata, yang terdiri dari sin ba dan ta. Yang mempunyai makna terputus, ketenangan, dan senggang. Dalam gramatikal bahasa Arab, Sabtu berasal dari Sabata Yasbitu Sabtan, yang berarti yang berarti menghentikan pekerjaannya untuk menghasilkan ketenangan. Maka dari itu, dalam negara Islam khususnya, mereka bersepakat bahwasannya Jumat dan Sabtu menjadi hari libur nasional, sebagaimana dalam Alquran.
Itulah sekilas tentang keistimewaan hari Jumat dan Sabtu dalam Islam. Keduanya tidak termasuk dalam bilangan dan sering disebutkan dalam Alquran. Apalagi sekarang, Jumat dan Sabtu ditunggu oleh banyak orang karena hari libur dari rutinitas pekerjaan.