Ikuti Kami

Khazanah

Pentingnya Sikap Toleransi dalam Kajian Hadis Nabi

BincangMuslimah.Com – Pentingnya sikap toleransi terdapat dalam kajian hadis Nabi. Secara bahasa, toleransi sendiri berasal dari bahasa latin tolerare yang berarti sabar dan menahan diri. Adapun secara terminologi, makna toleransi yakni sikap menghargai, menghormati, dan menerima perbedaan-perbedaan yang ada di sekitar kita, baik itu perbedaan agama, budaya, ras, pandangan politik, atau pendapat.

Toleransi juga melibatkan pengertian bahwa setiap orang berhak memiliki keyakinan, nilai, dan cara hidup yang berbeda. Perbedaan tersebut tidak seharusnya menjadi alasan untuk diskriminasi, konflik, atau kekerasan. Maka dari itu, toleransi memiliki peranan penting dalam menjaga perdamaian dan mengawal kerukunan, khususnya masyarakat Indonesia yang mempunyai banyak nilai keberagaman.

Islam dan Toleransi

Dalam Islam, toleransi dikenal dengan istilah “tasamuh”.  Tasamuh sendiri berasal dari kata bahasa Arab yang bermakna toleran, berlapang dada, atau memaklumi. Islam sangat menjunjung tinggi sikap toleransi, selama tidak berbentur dengan perkara iman maupun akidah.

Ajaran toleransi banyak terdapat dalam Al-Quran. Salah satu yang paling populer adalah Surat Al-Kafirun ayat 6 yang artinya, “bagimu agamamu dan bagiku agamaku.”

Dari beberapa tafsir terkait potongan ayat tersebut, perlu kiranya menggarisbawahi satu poin, yakni tidak adanya paksaan dalam beragama. Setiap manusia mempunyai hak dalam memilih agama yang menurutnya sebagai kebenaran.

Setiap manusia diciptakan dengan akal serta cara berpikir yang bervariasi. Maka, layaknya kebebasan dalam beragama, hal tersebut berlaku juga pada kebebasan berpendapat. Dengan modal sikap toleransi, maka keanekaragaman suatu bangsa atau bahkan manusia di seluruh dunia, akan mudah menyatu. Yakni dalam bingkai persaudaraan dan kekeluargaan. Tanpa harus khawatir terjadinya konflik antar satu kelompok dengan kelompok yang lain.

Toleransi dalam Beragama

Sebagai sosok suri teladan bagi umatnya, Rasulullah selalu memberikan contoh yang baik. Termasuk salah satunya bagaimana bersikap bijak dan toleran terhadap sebuah perbedaan. Pentingnya sikap toleransi dalam kajian hadis Nabi tercermin dari salah satu hadis riwayat Ibnu ‘Abbas. Berikut bunyi hadisnya.

Baca Juga:  Tindik Telinga pada Bayi dan Pandangan Islam Terhadapnya

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْأَدْيَانِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ

“Dari Ibnu Abbas, ia berkata: ‘Ditanyakan kepada Rasulullah SAW, ‘Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?’, maka beliau bersabda: ‘Al-hanifiyyah as-samhah atau agama yang lurus lagi toleran [maksudnya agama Islam],” (HR. Ahmad).

Berdasarkan teks hadis di atas, menurut kitab Hasyiyah Musnad Ahmad, kata ‘Al-hanifiyyah bermakna agama yang mencegah dan menolak segala bentuk tindakan yang dapat menyebabkan kebatilan. Adapun as-samhah bermakna segala sesuatu, baik sikap maupun tindakan yang dapat mempermudah aktifitas maupun interaksi antar manusia, sehingga roda kehidupan dapat berputar dengan aman. Dari sinilah, semakin jelas bahwa sejatinya agama Islam menghendaki persatuan dan perdamaian antar umat manusia.

Toleransi dalam Bertetangga

Islam juga mengajarkan toleransi dalam bersosialisasi, seperti interaksi dengan tetangga. Dalam hadis menyebutkan, bahwa keimanan seorang mukmin belum sempurna apabila belum baik dalam bergaul dengan tetangga. Pergaulan yang baik bisa berupa membantu tetangga yang membutuhkan, menghargai perbedaan pendapat dalam bermusyawarah, sikap tenggang rasa, dan lainnya. Salah satu hadis yang menyebutkan adab bertetangga adalah sebagai berikut.

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُحِبَّ لِجَارِهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ – أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ وَ أَبُو يَعْلَى

“Dari Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda: “Demi (Allah) yang nyawaku di tangan-Nya, tidaklah beriman seorang hamba sehingga dia mencintai tetangganya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (HR Muslim dan Abu Ya’la).

Toleransi terhadap Warna Kulit

Selain toleransi dalam beragama dan bertetangga, menyebutkan pula dalam salah satu hadis bahwa Rasulullah Saw. menyiratkan tentang semua manusia itu sama. Tidak perlu mempermasalahkan perbedaan ras, suku, maupun warna kulit karena seharusnya tidak menjadi perbedaan. Satu hal yang membedakan hanyalah ketakwaannya kepada Allah.

Baca Juga:  Haruskah Menjawab Salam dari Pemeluk Agama Lain?

Salah satu tanda ketakwaan dari seorang mukmin adalah meninggalkan hal-hal yang batil. Hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan, konflik termasuk perpecahan umat manusia. Pentingnya sikap toleransi dalam kajian hadis nabi yakni hadis yang riwayat Imam Ahmad.

عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ: “انْظُرْ، فَإِنَّكَ لَسْتَ بِخَيْرٍ مِنْ أَحْمَرَ وَلَا أَسْوَدَ إِلَّا أَنْ تَفْضُلَهُ بِتَقْوَى

“Dari Abu Zar [Al-Ghifari] yang mengatakan bahwa sesungguhnya Nabi SAW pernah bersabda kepadanya: ‘Perhatikanlah, sesungguhnya kebaikanmu bukan karena kamu dari kulit merah dan tidak pula dari kulit hitam, melainkan kamu beroleh keutamaan karena takwa kepada Allah SWT,” (H.R. Ahmad).

 

Rekomendasi

Tafsir Surah al-Mumtahanah Ayat 8: Menghormati Pemeluk Agama Lain

Perempuan Datang dalam Rupa Setan Perempuan Datang dalam Rupa Setan

Kajian Hadis: Perempuan Datang dalam Rupa Setan

Ipar adalah Maut dalam Kajian Hadis Ipar adalah Maut dalam Kajian Hadis

Ipar adalah Maut dalam Kajian Hadis

Perempuan Pelaku Fitnah Pertama Perempuan Pelaku Fitnah Pertama

Kajian Hadis: Perempuan Pelaku Fitnah Pertama

Ditulis oleh

Pegiat Kajian Hadis dan Mahasantri Darus-Sunnah International Institute For Hadits Sciences

3 Komentar

3 Comments

Komentari

Terbaru

Retno Marsudi: Diplomat Handal dengan Segudang Prestasi

Diari

Cara mendidik anak Nabi Ibrahim Cara mendidik anak Nabi Ibrahim

Teladan Rasulullah Sebagai Kepala Keluarga

Khazanah

Bolehkah Perempuan Haid Membaca Maulid? Bolehkah Perempuan Haid Membaca Maulid?

Bolehkah Perempuan Haid Membaca Maulid?

Kajian

Khalil Gibran dan Cintanya yang Abadi

Diari

Tafsir Surah al-Ahzab Ayat 21: Rasulullah Teladan Bagi Manusia

Khazanah

Etika Mengadakan Acara di dalam Masjid

Kajian

Ummu Sulaim Ummu Sulaim

Ibu Sempurna dalam Pandangan Masyarakat

Diari

Kisah Nabi Muhammad Bergurau Dengan Istrinya Kisah Nabi Muhammad Bergurau Dengan Istrinya

Kisah Nabi Muhammad Bergurau Dengan Istrinya

Keluarga

Trending

Hukum Masturbasi dalam Islam Hukum Masturbasi dalam Islam

Hukum Menghisap Kemaluan Suami

Kajian

doa baru masuk islam doa baru masuk islam

Doa yang Diajarkan Rasulullah pada Seseorang yang Baru Masuk Islam

Ibadah

Doa Nabi Adam dan Siti Hawa saat Meminta Ampunan kepada Allah

Ibadah

Doa menyembelih hewan akikah Doa menyembelih hewan akikah

Doa yang Diucapkan Ketika Menyembelih Hewan Akikah

Ibadah

Murtadha Muthahhari: Perempuan Butuh Kesetaraan, Bukan Keseragaman

Kajian

Mengeraskan Bacaan Niat Puasa Mengeraskan Bacaan Niat Puasa

Doa Qunut: Bacaan dan Waktu Pelaksanaannya

Ibadah

Khalil Gibran dan Cintanya yang Abadi

Diari

mona haedari pernikahan anak kdrt mona haedari pernikahan anak kdrt

Suami Boleh Saja Memukul Istri, Tapi Perhatikan Syaratnya!

Kajian

Connect