BincangMuslimah.Com – Di zaman Rasulullah, ada beberapa jenis pakaian yang hanya dikenakan oleh perempuan atau laki-laki, atau bisa dikenakan oleh keduanya. Pembeda pada pakaian tersebut, baik bagian penutup kepala, wajah, badan, kaki, atau tangan adalah dikembalikan pada fungsinya. Berikut beberapa macam pakaian laki-laki di era Rasulullah yang berfungsi sebagai penutup kepala.
Disadur dari karya Muhamamd bin Faris al-Jamil dalam bukunya, “al-Libas fii ‘Ashri ar-Rasul”, ada tiga macam pakaian laki-laki era Rasulullah khusus bagian kepala.
Pertama, Al-‘Ishobah. Abu Manshur al-Azhari (W. 981 M), seorang ahli tata bahasa Arab berdarah Afghanistan mendefinisikan Ishobah sebagai berikut,
وكل شيء استدار بشيء فقد عصب يه
Artinya: Segala benda yang melingkari benda lainnya ia akan jadi terbalut olehnya (benda pertama).
Kalau melihat definisi ini, kita bisa membayangkan bahwa ishobah adalah bandana yang melingkari kepala. Dalam bahasa Arab, bentuk verbal dari ‘Ishobah adalah ‘Ashaba (عصب). Ditemukan dalam hadis Nabi dari Ibnu Abbas,
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ـ رضى الله عنهما ـ قَالَ صَعِدَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم الْمِنْبَرَ وَكَانَ آخِرَ مَجْلِسٍ جَلَسَهُ مُتَعَطِّفًا مِلْحَفَةً عَلَى مَنْكِبَيْهِ، قَدْ عَصَبَ رَأْسَهُ بِعِصَابَةٍ دَسِمَةٍ
Artinya: dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah naik ke atas mimbar dan itu adalah majlisnya yang terakhir (sebelum wafat), beliau berselimut dengan kain tebal di atas kedua pundaknya dan melilitkan kepalanya dengan perban yang berminyak.” (HR. Bukhari)
Dalam hadis lain juga disebutkan,
عن ثوبان -رضي الله عنه-، قال: «بعث رسول الله -صلى الله عليه وسلم- سَرِيَّةً، فأصابهم البَرْد فلما قَدِموا على رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أمَرَهُم أن يَمْسَحوا على الْعَصَائِب والتَّسَاخِين
Artinya: Dari Ṡaubān -raḍiyallāhu ‘anhu- ia berkata: “Rasulullah -șallallāhu ‘alaihi wa sallam- mengirim pasukan, lalu mereka tertimpa hawa dingin. Saat mereka tiba di hadapan Rasulullah -șallallāhu ‘alaihi wa sallam- (mereka mengeluhkan hawa dingin yang menimpa mereka tersebut), maka beliau memerintahkan mereka untuk mengusap serban dan sepatu.” (HR. Abu Daud dan Ahmad)
Hadis ini menerangkan tentang syari’at mengusah khuffah saat berwudhu kala musim dingin dan cuaca begitu ekstrim. Saat berwudhu, mereka tak wajib membuka kaus kaki dan serban di kepala, cukup dengan mengusapnya dengan air.
Dalam hadis ini, ditemukan lafaz العصائب (al-‘Asha`ib) yang merupakan bentuk plural dari lafaz العصابة (al-‘Ishobah). Maka bisa dipahami bahwa al-‘Ishobah merupakan penutup kepala yang atau kain yang dililitkan di kepala dan digunakan juga saat musim dingin.
Dalam riwayat lain juga disebutkan, bahwa beberapa sahabat Nabi seperti Ibnu Abi Hadraj al- Aslamy yang pergi ke pasar dan ia menggunakan al-Ashobah.
Kedua, al-‘Amamah (العمامة). Al-‘Amamah adalah penutup kepala yang sudah maklum. Dalam bahasa Indonesia juga disebut dengan turban atau sorban. Adapun bentuk plural dari al-‘Amamah adalah al-‘Amam`im (العمائم). Penyebutan al-‘Amamah dalam hadis Nabi banyak bermunculan yang artinya menunjukkan bahwa jenis penutup kepala ini banyak digunakan di masa Nabi.
Misal dalam hadis yang tercatat dalam Sunan Abi Daud,
فرق ما بيننا وبين الكفار لبس العمائم على القلانس
Artinya: Perbedaan kita dengan orang-orang kafir adalah memakai al-‘Imamah di atas al-Qalansuwah.
Dalam kitab ‘Awnul Ma’bud karya Muhammad Syamsul Haq Abadi (W. 1911), seorang ulama ahli hadis berkebangsaan India. Pada masa itu, ciri khas seorang muslim, terutama saat shalat adalah menggunakan al-‘Imamah dan al-Qalansuwah. Sedangkan orang non muslim hanya menggunakan al-‘Imamah. Fungsi al-Qalansuwan yang kemudian akan kita sebut peci adalah agar sorban atau turban yang digunakan tidak jatuh.
Adapun cara Nabi memakai sorban diterangkan dalam hadis riwayat Tirmizi dari Ibnu Umar,
كان النبيُّ صلى الله عليه وسلم إذا اعتمَّ سدلَ عمامتَه بين كتِفيه
Artinya: Nabi Muhammad (biasanya) apabila menggunakan sorban, ia menguraikan sorbannya di antara dua pundaknya.
Dalam beberapa riwayat lain, Nabi Muhammad dan beberapa sahabat biasanya hanya mengenakan sorban dengan satu model saja. Yaitu, dengan menguraikan kedua ujung sorban ke belakang pundak. Biasanya, Rasulullah juga menggunakan sorban berwarna hitam, seperti yang terjadi saat peristiwa Fathu Makkah.
Ketiga, al-Qalansuwah. Lafaz ini tidak banyak ditemukan dalam hadis Nabi, hanya beberapa saja jika dibandingkan dengan penyebutan al-‘Imamah. Saat ini, penyebutannya dalam bahasa Indonesia adalah kopyah atau peci.
Sebagaimana hadis yang telah dijelaskan dalam penggunaan sorban, al-Qalansuwah disebut dalam bentuk plural, al-Qalanis (القلانس).
Dalam hadis riwayat Muslimd ari Abdullah bin Umar,
إن رسول الله ذهب لعيادة سعد بن عبادة فقمنا معه ونحن بضعة عشر. ما علينا نعال ولا خفاف ولا قلانس ولا قمص. نمشي في تلك السباخ.
Artinya: Sesungguhnya Rasulullah pergi mengunjungi Sa’ad bin Ibadah, kemudian kami berdiri bersamanya dan kami berjumlah puluhan. Kami tidak menggunakan sandal, tidak menggunakan kaus kaki, tidak menggunakan peci, dan gamis. Kami berjalan di atas rawa.
Dalam sebuah hadis lain, Umar mendengar bahwa Rasulullah bersabda,
الشُّهَدَاءُ ثَلَاثَةٌ رَجُلٌ مُؤْمِنٌ جَيِّدُ الْإِيمَانِ لَقِيَ الْعَدُوَّ فَصَدَقَ اللَّهَ حَتَّى قُتِلَ فَذَلِكَ الَّذِي يَرْفَعُ إِلَيْهِ النَّاسُ أَعْنَاقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأْسَهُ حَتَّى وَقَعَتْ قَلَنْسُوَتُهُ أَوْ قَلَنْسُوَةُ عُمَرَ….
Artinya: “Orang yang mati syahid itu ada tiga orang; seorang lelaki mukmin yang bagus keimanannya bertemu dengan musuh kemudian dia berlaku jujur kepada Allah hingga terbunuh, maka pada hari Kiamat orang-orang akan melongokkan lehernya untuk melihat kepadanya, ” dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga melongokkan lehernya, sampai kopyah beliau terjatuh atau kopyah Umar terjatuh….
Akan tetapi, al-Qalansuwah atau kopyah dalam bahasa Indonesia juga ditemukan di Mesir. Sehingga bisa diduga bahwa kopyah ini tidak murni dikenakan oleh bangsa Arab, tapi ia juga ditemukan di masa Rasulullah. Adapun penggunaan di kalangan sahabat Rasul biasanya bersama sorban atau al-‘Imamah.
Demikian tiga macam pakaian Rasulullah edisi penutup kepala. Ketiga pakaian ini juga mencerminkan budaya dan fungsi pada zaman itu.