Ikuti Kami

Kajian

Tips Agar Tidak Melakukan Ghibah Dari Imam Ghazali (2)

melebur dosa ghibah doa
Credit: Gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Setelah mengetahui tips agar tidak melakukan ghibah versi universal ala Imam Ghazali, mari kita sama-sama ketahui tips secara rinci dan detail. Sebab dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin, Imam Ghazali membagi caranya menjadi dua, umum dan khusus atau rinci. Berikut cara atau tips yang lebih rinci untuk menghindari diri dari melakukan ghibah.

Cara atau tips yang rinci dari Imam Ghazali adalah dengan melihat sebab yang mendorong kita melakukan ghibah. Karena sungguh, obat dari penyakit adalah menghentikan sebabnya. Ghibah adalah penyakit, beberapa cara menghentikan sebab-sebab seseorang melakukan ghibah adalah sebagai berikut.

Pertama, menghentikan marah. Biasanya saat kita marah dan tidak bisa melampiaskannya secara langsung adalah dengan menjelek-jelekkannya dari belakang sebagai ekspresi kemarahan. Kita harus sering mensugesti diri kita agar mengendalikan amarah. Imam Ghazali menyarankan agar kita memikirkan risiko jika mengeskspresikan marah dengan ghibah. Salah satu risikonya adalah mendapat murka di hari pembalasan. Sebab Allah sudah melarang kita berbuat ghibah dalam Alquran (QS. Al-Hujurat ayat 12).

Emosi marah adalah emosi yang spontan dan secara reflek muncul dari diri kita jika merasa terhina. Padahal, menahan amarah adalah lebih utama daripada melampiaskannya dengan cara yang tidak patut. Rasulullah Saw pun bersabda:

مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وهوَ قادِرٌ على أنْ يُنْفِذَهُ ؛ دعاهُ اللهُ سبحانَهُ على رُؤوسِ الخَلائِق يومَ القيامةِ حتى يُخَيِّرَهُ مِن الحُورِ العِينِ ما شاءَ .

Artinya: Barangsiapa menahan amarah padahal ia mampu melakukannya, pada hari Kiamat Allah akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk, kemudian Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang ia sukai” [HR Ahmad (III/440), Abu Dawud (no. 4777), at-Tirmidzi (no. 2021), dan Ibnu Majah (no. 4286)]

Baca Juga:  Sindiran Imam Ghazali Terhadap Orang yang Bermegahan Membangun Masjid

Kedua, menyadari bahwa Allah akan murka jika kita rela mencari ridho temen dengan turut mengghibahi seseorang. Seorang budak tentu lebih mendahulukan ridho tuannya daripada temannya. Sebagaimana kita sebagai seorang hamba jika benar-benar beriman pasti mendahulukan ridho Allah.

Misal, seringkali dalam sebuah kelompok yang sedang menjelekkan seseorang yang katanya melakukan tindakan pelanggaran agama, lalu jika kita tidak turut membicarakannya kita disangka membelanya atau setuju dengan perbuatannya. Padahal kita cukup mengingkari perbuatannya saja, tidak suka perbuatannya, tanpa perlu membicarakan keburukan yang lain atau terang-terangan menyebut nama.

Ketiga, menyadari bahwa merasa lebih baik tidak perlu membicarakan orang lain. Bahkan merasa lebih baik dari orang lain pun tidak Allah. Karena sungguh, Allah akan murka jika kita melakukan ghibah dan merasa lebih baik ini.  Lalu betul-betul menyadari bahwa murka Allah benar nyatanya. Kesadaran itulah yang akan membuat kita hati-hati untuk membicarakan keburukan orang lain.

Keempat, merenungkan perbuatan yang boleh diikuti dan tidak. Seringkali kita melakukan perbuatan hanya karena ikut-ikutan saja tanpa memikirkan apa itu benar atau salah. Terlebih jika kita mengikuti perbuatan yang dilarang oleh Allah, salah satunya adalah ghibah hanya karena ikut-ikutan sungguh itu merupakan tindakan bodoh. Ini adalah perbuatan yang bahaya dan bodoh, menjustifikasi kesalahan dan mencari-cari alasan melakukan kesalahan tersebut.

Kelima, menyadari dan memikirkan jika membicarakan orang lain justru akan merendahkan diri sendiri, dan menghilangkan keunggulan diri yang sudah dianugerahi oleh Allah. Sedangkan diri kita seringkali lebih yakin kalau menjelekkan orang lain akan membuat kita terlihat unggul di mata orang lain. Padahal belum tentu orang lain akan menganggap kita unggul dengan mencela orang lain, bisa jadi malah sebaliknya.

Baca Juga:  Sikap Mandiri yang Diajarkan Oleh Rasulullah

Keenam, memikirkan kerugian jika kamu melakukan ghibah hanya dengan tujuan ingin merendahkan orang lain. Kerugian berupa balasan di hari kiamat, di hari ketika keburukan orang yang kita ghibahi justru akan berpindah ketika. Sebaliknya, kebaikan-kebaikan yang kita lakukan ganjarannya dipindah kepada orang yang kita bicarakan keburukannya. Sungguh, kerugian akan lebih besar dan nyata daripada keuntungan itu sendiri.

Ketujuh, mengendalikan diri saat merasa kasihan ketika seseorang melakukan dosa. Memang bagus saat kita merasa kasihan dan peduli melihat orang lain melakukan dosa. Tapi bukan berarti kita bebas menjustifikasi dan mengurai-urai kesalahannya yang lain. Itu bukanlah hak kita menelitinya dari masa lalu. Justru, tugas kita adalah mengajaknya pada kebaikan, menutupi aib-aibnya, dan fokus pada perbaikan diri.

Kedelapan, mewanti-wanti diri agar tidak merasa bangga saat bisa mengurai keburukan orang lain. Bagaimana bisa kita merasa banggat sedangkan kita telah berbuat dosa? Maka alangkah baiknya untuk terus menjaga diri, lisan dan jemari dari melakukan ghibah hanya karena rasa bangga bisa menjelek-jelekkan orang lain.

Demikian beberapa tips yang diberikan oleh Imam Ghazali agar tidak terjerumus pada dosa ghibah. Imam Ghazali mengajarkan pada kita agar kita selalu mengingat Allah di manapun berada, meyakini balasan yang nyata dan terus mengoreksi diri sendiri. Wallahu a’lam bisshowab.

Rekomendasi

Mengenal Berbagai Nama Lain Bulan Ramadan Mengenal Berbagai Nama Lain Bulan Ramadan

Tingkatan Puasa Dalam Perspektif Imam Al-Ghazali

Seni Bercanda dalam Dakwah: Jangan Sampai Menyakitkan Seni Bercanda dalam Dakwah: Jangan Sampai Menyakitkan

Empat Macam Manusia Menurut Imam Al-Ghazali

kategori marah imam ghazali kategori marah imam ghazali

Kategori Marah Menurut Imam Ghazali

menjaga lisan Imam al-Ghazali menjaga lisan Imam al-Ghazali

Pentingnya Menjaga Lisan Menurut Imam al-Ghazali

Ditulis oleh

Sarjana Studi Islam dan Redaktur Bincang Muslimah

Komentari

Komentari

Terbaru

QS At-Taubah Ayat 103: Manfaat Zakat dalam Dimensi Sosial QS At-Taubah Ayat 103: Manfaat Zakat dalam Dimensi Sosial

QS At-Taubah Ayat 103: Manfaat Zakat dalam Dimensi Sosial

Kajian

Sedang Haid, Apa Tetap DiAnjurkan Mandi Sunnah Idulfitri Sedang Haid, Apa Tetap DiAnjurkan Mandi Sunnah Idulfitri

Sedang Haid, Apa Tetap DiAnjurkan Mandi Sunnah Idulfitri

Ibadah

Anjuran Saling Mendoakan dengan Doa Ini di Hari Raya Idul Fitri

Ibadah

Bolehkah Menggabungkan Salat Qada Subuh dan Salat Idulfitri? Bolehkah Menggabungkan Salat Qada Subuh dan Salat Idulfitri?

Bolehkah Menggabungkan Salat Qada Subuh dan Salat Idulfitri?

Ibadah

kisah fatimah idul fitri kisah fatimah idul fitri

Kisah Sayyidah Fatimah Merayakan Idul Fitri

Khazanah

Kesedihan Ramadan 58 Hijriah: Tahun Wafat Sayyidah Aisyah Kesedihan Ramadan 58 Hijriah: Tahun Wafat Sayyidah Aisyah

Kesedihan Ramadan 58 Hijriah: Tahun Wafat Sayyidah Aisyah

Muslimah Talk

Kapan Seorang Istri Dapat Keluar Rumah Tanpa Izin Suami? Kapan Seorang Istri Dapat Keluar Rumah Tanpa Izin Suami?

Ummu Mahjan: Reprentasi Peran Perempuan di Masjid pada Masa Nabi

Muslimah Talk

Puasa dalam Perspektif Kesehatan: Manfaat dan Penjelasannya Puasa dalam Perspektif Kesehatan: Manfaat dan Penjelasannya

Puasa dalam Perspektif Kesehatan: Manfaat dan Penjelasannya

Diari

Trending

Ini Tata Cara I’tikaf bagi Perempuan Istihadhah

Video

Ketentuan dan Syarat Iktikaf bagi Perempuan

Video

tips menghindari overthingking tips menghindari overthingking

Problematika Perempuan Saat Puasa Ramadhan (Bagian 3)

Ibadah

Tuan Guru KH Zainuddin Abdul Madjid Tuan Guru KH Zainuddin Abdul Madjid

Tuan Guru KH Zainuddin Abdul Madjid: Pelopor Pendidikan Perempuan dari NTB

Kajian

malam jumat atau lailatul qadar malam jumat atau lailatul qadar

Doa Lailatul Qadar yang Diajarkan Rasulullah pada Siti Aisyah

Ibadah

Anjuran Saling Mendoakan dengan Doa Ini di Hari Raya Idul Fitri

Ibadah

mengajarkan kesabaran anak berpuasa mengajarkan kesabaran anak berpuasa

Parenting Islami : Hukum Mengajarkan Puasa pada Anak Kecil yang Belum Baligh

Keluarga

Puasa Tapi Maksiat Terus, Apakah Puasa Batal?

Video

Connect