Ikuti Kami

Kajian

Tiga Prinsip Kesetaraan Gender dalam Islam

prinsip kesetaraan gender

BincangMuslimah.Com – Kesetaraan gender termuat dalam ajaran agama Islam. Dalam irisan nilai-nilai tersebut, ada dua prinsip yang melatarbelakanginya. Apa saja prinsip kesetaraan gender dalam Islam dan bagaimana penjelasannya?

Nasaruddin Umar dalam Argumen Kesetaraan Gender Perspektif al-Qur’an (1990) menuliskan bahwa ada beberapa variabel yang bisa dijadikan sebagai standar dalam menganalisa prinsip-prinsip kesetaraan gender dalam al-Qur’an. Variabel-variabel adalah sebagai berikut:

Pertama, dalam Islam, laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki kedudukan sebagai Hamba.
Salah satu tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada Allah Swt. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Q.S. az- Zariyat: 56 artinya sebagai berikut:

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S. az- Zariyat: 56)

Dalam kapasitas manusia sebagai hamba Allah Swt., maka sama sekali tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Mengapa demikian? Sebab, siapa yang banyak amal ibadahnya, maka dialah yang mendapat pahala lebih besar tanpa harus melihat dan mempertimbangkan jenis kelaminnya terlebih dahulu.

Perempuan dan laki-laki sama-sama berpotensi dan peluang yang sama untuk menjadi hamba ideal. Hamba ideal dalam al-Qur’an adalah istilah untuk orang bertaqwa atau muttaqûn). Agar bisa mencapai derajat muttaqûn, seorang Muslim tidak mengenal perbedaan jenis kelamin, suku bangsa atau kelompok etnis tertentu.

Kedua, baik perempuan maupun laki-laki diciptakan sebagai khalifah di bumi.

Selain untuk menjadi hamba atau âbid yang tunduk dan patuh kepada Allah Swt., maksud dan tujuan penciptaan manusia di muka bumi ini adalah untuk menjadi khalifah di bumi atau khalifah fî al-ard.

Tentang kapasitas manusia sebagai khalifah di bumi sudah ditegaskan di dalam QS. al-An’am: 165 sebagai berikut:

Baca Juga:  Apakah Skincare dan Kosmetik Istri Termasuk Nafkah yang Wajib Suami Penuhi?

وَهُوَ ٱلَّذِى جَعَلَكُمْ خَلَٰٓئِفَ ٱلْأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَٰتٍ لِّيَبْلُوَكُمْ فِى مَآ ءَاتَىٰكُمْ ۗ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ ٱلْعِقَابِ وَإِنَّهُۥ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌۢ

Artinya: “Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-An’am: 16)

Kata khalifah dalam ayat di atas tidak merujuk pada salah satu jenis kelamin atau kelompok etnis tertentu. Perempuan dan laki-laki memiliki peran yang sama sebagai khalifah, di mana keduanya akan mempertanggungjawabkan tugas-tugas kekhalifahan di bumi. Hal tersebut sama dengan keharusan manusia bertanggungjawab sebagai hamba Tuhan.

Ketiga, perempuan dan laki-laki menerima perjanjian primordial.

Perempuan dan laki-laki memiliki tugas yang sama yakni mengemban amanah dan menerima perjanjian primordial dengan Allah Swt. Menjelang seorang anak manusia keluar dari rahim ibunya, ia terlebih dahulu mesti menerima perjanjian dengan Tuhannya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam QS. al-A’raf: 172 sebagai berikut:

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَآ ۛ أَن تَقُولُوا۟ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَٰفِلِينَ

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan),” (QS. al-A’raf: 172)

Baca Juga:  Hukum Perempuan Haid Membaca Tahlil

Fakhr al-Razi atau yang biasa disebut Al-Razi saja menyatakan bahwa tidak ada seorang pun anak manusia yang lahir di muka bumi ini yang tidak berikrar akan keberadaan Tuhan. Ikrar mereka tersebut disaksikan oleh para malaikat.

Ia menambahkan bahwa tidak ada seorang pun yang mengatakan “tidak”. Dalam ajaran agama Islam, tanggungjawab individual dan kemandirian sudah ada sejak dini, yakni semenjak dalam kandungan, atau bisa juga disebut sejak awal sejarah manusia.

Demikianlah prinsip kesetaraan gender, dalam Islam tidak dikenal adanya diskriminasi jenis kelamin. Perempuan dan laki-laki sama-sama menyatakan ikrar ketuhanan yang sama. Rasa percaya diri seorang perempuan dalam Islam mestinya sudah terbentuk sejak lahir, sebab sejak awal para perempuan tidak pernah diberikan beban khusus tertentu.[]

Rekomendasi

Empat Perspektif Kesetaraan Menurut Huzaemah T. Yanggo

Murtadha Muthahhari: Perempuan Butuh Kesetaraan, Bukan Keseragaman

zainab al-ghazali zainab al-ghazali

Zainab Al-Ghazali; Mufassir Perempuan Pelopor Feminisme Islam

meneladani rasulullah anti rasisme meneladani rasulullah anti rasisme

Meneladani Rasulullah yang Mengajarkan Sikap Anti Rasisme

Ditulis oleh

Tim Redaksi Bincang Muslimah

Komentari

Komentari

Terbaru

Ratna Indraswari Ibrahim: Perempuan Difabel yang Berdaya Ratna Indraswari Ibrahim: Perempuan Difabel yang Berdaya

Ratna Indraswari Ibrahim: Perempuan Difabel yang Berdaya

Tak Berkategori

Kesopanan Lebih Dihargai Daripada Umur: Etika Berbahasa dan Tanggung Jawab Kesopanan Lebih Dihargai Daripada Umur: Etika Berbahasa dan Tanggung Jawab

Kesopanan Lebih Dihargai Daripada Umur: Etika Berbahasa dan Tanggung Jawab

Muslimah Daily

Enam Hal yang Membatalkan Wudhu Enam Hal yang Membatalkan Wudhu

Benarkah Wudhu Dapat Menggugurkan Dosa?

Ibadah

Konsekuensi Ketiadaan Suara Perempuan di Lembaga Legislatif Konsekuensi Ketiadaan Suara Perempuan di Lembaga Legislatif

Konsekuensi Ketiadaan Suara Perempuan di Lembaga Legislatif

Muslimah Talk

pendidikan perempuan pendidikan perempuan

Profesi-profesi Perempuan di Masa Nabi Saw

Muslimah Daily

Tafsir Hadis: Benarkah Perempuan Kurang dalam Hal Akal dan Spiritual? Tafsir Hadis: Benarkah Perempuan Kurang dalam Hal Akal dan Spiritual?

Tafsir Hadis: Benarkah Perempuan Kurang dalam Hal Akal dan Spiritual?

Muslimah Talk

Lubna al-Qurthubiyah: Pejuang Literasi dari Cordoba Lubna al-Qurthubiyah: Pejuang Literasi dari Cordoba

Lubna al-Qurthubiyah: Pejuang Literasi dari Cordoba

Muslimah Talk

Rida Al-Tubuly: Farmakolog Pejuang Kesetaraan

Muslimah Talk

Trending

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

Kata Nabi Tentang Seseorang yang Senang Membully Temannya

Kajian

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Siapa yang Paling Berhak Memasukkan Jenazah Perempuan Ke Kuburnya?

Ibadah

ratu bilqis ratu bilqis

Tafsir Q.S An-Naml Ayat 23: Meneladani Kepemimpinan Ratu Balqis dalam Politik

Kajian

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Bolehkah Akikah Anak Kembar dengan Satu Kambing?

Ibadah

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

Connect