Ikuti Kami

Kajian

Siti Badilah Zuber, Perintis Aisyiyah

Siti Badilah Zuber
republika

BincangMuslimah.Com – Bicara tentang  Aisyiyah menjadi topik menarik, tidak hanya tentang perjuangan dan pergerakannya, namun Aisyiyah sebagai organisasi perempuan pertama di Indonesia. Dalam perjuangan dan pergerakan Aisyiyah, kita tidak bisa memungkiri kontribusi seorang perintisnya yakni Siti Badilah Zuber.

Siti Badilah Zuber merupakan seorang murid dan kader langsung dari Kiai Haji Ahmad Dahlan. Beliau dilahirkan di Yogyakarta pada 15 Mei 1903 merupakan anak ketiga dari sembilan berssaudara keluarga H. Muhammad bin Khotib Wetan, seorang pengusaha batik. Beliau dikenal seorang yang cerdas, berani, gemar membaca, dan mahir berbahasa Belanda dan Inggris. Kemahirannya dalam berbahasa asing digunakan untuk mencari bahan materi pengajian yang ada di Ensiklopedi.

Siti Badilah menempuh pendidikan di Sekolah Netral dan mengikuti forum kursus dengan Kiai Haji Ahmad Dahlan untuk belajar agama. Di rumahnya juga disediakan berbagai macam alat permainan untuk anak-anak sebagai wadah menyalurkan bakat dan hobi-hobi masing.

Selain itu, beliau juga memperoleh pendidikan di MULO. Pada tahun 1979 dikutip dari wawancara pada Suara Muhammadiyah no.13 tahun ke-59/1979. “Guru-guru pada masa itu betul-betul ahli sehingga segala pelajaran yang diberikan benar-benar terikat di otak pada pelajar,” ungkapnya.

Setelah menyelesaikan sekolah di MULO, beliau dikirim K.H Ahmad Dahlan mengisi pengajian di kalangan umum terpelajar, salah satunya di Kweekschool baik di Yogyakarta maupun di luar kota. (Cikal Bakal Sekolah Muhammadiyah, yang ditulis oleh Bisron Ahmadi).

Peran Siti Badilah di Aisyiyah

Siti Badilah merupakan seorang perempuan Indonesia yang berhasil mendobrak kebekuan kaum perempuan dalam dunia pendidikan, meskipun beliau hanya menempuh pendidikan sampai di MULO. Pada 1916, beliau dan kawan-kawan memiliki gagasan pembentukan organisasi perempuan. Gagasan tersebut disampaikan kepada H.Muchtar, tokoh HB Muhammadiyah yang dikenal bertangan dingin, sebagai bentuk memperoleh persetujuan dan arahan. Organisasi perempuan yang akhirnya dibentuk adalah Aisyiyah. Aisyiyah resmi pada tahun 1917 dengan 9 orang pengurus.

Baca Juga:  Argumentasi dan Dalil Hukum Kekerasan Seksual

Dalam memperluas dan memperlancar gerak langkah Aisyiyah, ditunjuklah pemimpin harian. Salah satunya beliau, Siti Badilah bersama Siti  Munjiah, dan Ssiti Bariah. Siti Badilah bertindak sebagai sekretaris membantu Siti Bariyah yang menjadi ketua pertama Aisyiyah, saat itu beliau baru berumur 14 tahun. Di bawah pimpinan tiga serangkai, Aisyiyah mengalami perkembangan pesat.

Cara mereka memimpin tidak hanya di belakang layar, namun langsung turun ke lapangan. Hampir semua cabang dan daerah Aisyiyah di Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan dan Sulawesi pernah dijelajahi. Pada tahun 1987, Siti Badilah tinggal seorang diri, dikarenakan kedua sahabatnya telah meninggal dunia.

Selain semangat berorganisasi, Siti Badilah juga dikenal sebagai penulis. Namanya tercatat sebagai redaksi pertama Majalah Soera Aisyiyah.  Beliau juga beberapa kali terpilih menjadi ketua Aisyiyah yakni pada kongres Muhammadiyah ke-29 di Yogyakarta tahun 1941 periode kepemimpinan hingga 1943. Pada kongres ke-31, Siti Badilah terpilih kembali dengan masa kepemimpinan dari 1951-1953. Pun pada periode selanjutnya beliau  terpilih kembali sebagai ketua.

 

Keteladanan Siti Badilah

Dalam Majalah Sooera ditulis bahwa meskipun Siti Badilah tidak menjadi pengurus pusat lagi, namun kepemimpinan beliau masih diperlukan Cabang Gondomanan. Tanggungjawab ini pun diterimanya. Beliau tetap bekerja dengan giat dan penuh tanggungjawab. Di bawah bimbingan beliau Gondomanan mengalami  kemajuan yang sangat berarti.

Pada 1983 Pimpinan Aisyiyah Gondomanan diadakan peremajaan, Siti Badilah tidak terpilih lagi karena usianya sudah mencapai 80 tahun. Kalimat terakhir yang sempat terekam setelah tidak menjabat sebagai pimpinan Aisyiyah ialah “Saya tidak dapat pisah dengan Aisyiyah”.

Siti Badilah meninggal pada Rabu, 10  Agustus 1988. Alamrhumah meninggal dalam usia 85 tahun. ( Manauskrip Dinamika  Aisyiyah Sepanjang Abad XX ditulis oleh Chussnul Hayati)

Baca Juga:  Peran Ibu Sangat Istimewa dalam Islam

*Artikel ini ditulis dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional tanggal 22 Oktober 2020

Rekomendasi

Rohana Kudus: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia

Ummu Ri‘lah al-Qusyairiyah Ummu Ri‘lah al-Qusyairiyah

Ummu Ri‘lah al-Qusyairiyah, Pejuang Hak Perempuan di Masa Rasulullah

laksamana malahayati laksamana malahayati

Laksamana Malahayati: Memimpin Armada Laut untuk Lawan Penjajah

Nushrat al-Amin Nushrat al-Amin

Sayyidah Nushrat al-Amin: Mufassir Perempuan Pertama dengan Karya 30 Juz

Ditulis oleh

Mahasiswi UIN Jakarta dan volunter di Lapor Covid

Komentari

Komentari

Terbaru

ajarkan kesetaraan laki-laki perempuan ajarkan kesetaraan laki-laki perempuan

Mengenal Lebih Jauh Macam-macam Pendekatan Gender

Kajian

Kisah cinta Zainab binti Rasulullah Kisah cinta Zainab binti Rasulullah

Kisah Cinta Sayyidah Zainab binti Rasulullah

Muslimah Talk

Hukum kremasi jenazah mualaf Hukum kremasi jenazah mualaf

Hukum Kremasi Jenazah Mualaf

Kajian

Rembuk Ide Rembuk Ide

El-Bukhari Institute Gelar Rembuk Ide, Bahas Moderasi Beragama untuk Gen Z

Berita

Bincang Thaharah; Wudhu Tidak Berurutan, Apakah Tetap Sah?

Video

Perbedaan Haji dan Umrah Perbedaan Haji dan Umrah

Tiga Perbedaan Haji dan Umrah

Ibadah

Syarat-syarat dikabulkannya doa Syarat-syarat dikabulkannya doa

Fungsi dan Syarat-syarat Dikabulkannya Doa  

Ibadah

Larangan bagi Perempuan Haid Larangan bagi Perempuan Haid

Larangan bagi Perempuan Istihadhah

Kajian

Trending

Doa keguguran Doa keguguran

Kehilangan Buah Hati Akibat Keguguran, Baca Doa yang Diajarkan Rasulullah Ini

Ibadah

masa iddah hadis keutamaan menikah masa iddah hadis keutamaan menikah

10 Hadis Tentang Keutamaan Menikah

Kajian

Tujuh Keutamaan Membaca Shalawat Tujuh Keutamaan Membaca Shalawat

Doa agar Terhindar dari Prasangka Buruk pada Allah

Ibadah

Mengenal Rufaidah al-Aslamiyah: Perawat Perempuan Pertama dalam Sejarah Islam

Muslimah Talk

Mandi junub dan haid Mandi junub dan haid

Empat Hal yang Perlu Diperhatikan Ketika Mandi Wajib

Ibadah

Resensi Buku Pernah Tenggelam Resensi Buku Pernah Tenggelam

Resensi Buku Pernah Tenggelam: Halu Berlebihan Menenggelamkan Keimanan?

Diari

Shafiyah binti Huyay Teungku Fakinah Shafiyah binti Huyay Teungku Fakinah

Kisah Bulan Madu Rasul dengan Shafiyah binti Huyay

Muslimah Talk

muslimah mencukur habis rambutnya muslimah mencukur habis rambutnya

Bolehkah Muslimah Mencukur Habis Rambutnya?

Kajian

Connect