Ikuti Kami

Kajian

Perempuan dalam Belenggu Terorisme

BincangMuslimah.Com – Banyak penelitian menyimpulkan bahwa perempuan sangat rentan menjadi sasaran kelompok radikalisme agama. Sebab, atas nama agama, kelompok tersebut merasa memiliki legitimasi mengontrol dan menyerang perempuan. Disebutkan oleh Karen Armstrong dalam bukunya “Sejarah Tuhan” bahwa para penafsir fundamental yang benci pada perempuan (mysogini),menjadikan perempuan sebagai sasaran diskriminasi dan eksploitasi. Selain itu, nilai-nilai budaya yang secara umum berwatak patriarkis dan bias gender juga turut menjadi pendukung.

Jauh sebelum perempuan dilibatkan sebagai pelaku terorisme, mereka adalah korban utama dan pertama dalam berbagai aksi-aksi terorisme. Budaya patriarki yang masih mengental di masyarakat menjadikan perempuan dipandang sebagai kelompok rentan dan tak berdaya. Perempuan juga dianggap sebagai simbol kemurnian sebuah kelompok. Alhasil kelompok-kelompok terorisme memilih perempuan sebagai sandera atau korban berbagai bentuk kekerasan seksual untuk menyebarkan rasa takut dan memicu penyerahan diri target-target sebenarnya.

Lihat saja kejadian di Nigeria tahun 2014, dimana kelompok Islam garis keras, Boko Haram menculik ratusan siswi dalam aksi terornya. Mereka menyakini bahwa sistem pendidikan Barat merupakan dosa dan perempuan tidak perlu pendidikan. Perempuan harusnya di rumah saja, membesarkan anak dan melayani suami. Kelompok Boko Haram juga melakukan pengeboman sekolah-sekolah yang menewaskan ratusan pelajar.

Perempuan mempunyai dua sisi dalam dunia terorisme. Selain sebagai korban, modus baru terorisme menjadikan perempuan sebagai pelaku aksi terorisme. Di tingkat internasional, aksi terorisme perempuan sudah berlangsung lama, seperti Marian dan Dolores Price melakukan aksi pengeboman di Old Bailey yang menyebabkan 216 korban luka dan 1 meninggal pada tahun 1973. Sedangkan di Indonesia sendiri telah banyak sekali catatan terorisme yang melibatkan perempuan, seperti tertangkapnya Dian yulia Novi, pelaku “bom panci” di Bekasi pada penghujung tahun 2016. Tragedi tersebut menyibak fakta keterlibatan sejumlah perempuan dalam gerakan terorisme di Indonesia.

Baca Juga:  Keajaiban Istighfar; Kisah Imam Ahmad dan Penjual Roti

Hal tersebut menunjukkan bahwa belakangan ini perempuan tidak lagi ditempatkan sebagai “pemain pembantu” yang menyiapkan logistik atau menyiapkan perlengkapan perang. Akan tetapi, telah “naik kelas” menjadi eksekutor dan pasukan perang. Bahkan menjadi aktor kunci pemenangan aksi terorisme.

Strategi dan taktik NIIS Internaonal juga menggunakan perempuan sebagi pasukan artileri dan pelaku bom bunuh diri. Alasannya yakni karena perempuan adalah kelompok paling diandalkan dalam loyalitas, kesetiaan dan kepatuhan. Perempuan paling mudah percaya dan tunduk pada segala hal bernuansa agama.

Motivasi perempuan Indonesia terbelenggu dalam gerakan terorisme bersifat teologis. Awalnya mereka terpapar ideologi islam radikal, seperti keyakinan bahwa wajib hukumnya bagi seorang muslim membunuh orang kafir (non-muslim), menyakini tegaknya negara Islam dan khilafahislamiyah dengan jihad menumpak ketidakadilan, walau dengan cara membunuh. Mereka menganggap bahwa Islam tertindas dan harus diselamatkan dengan jihad. Jihad menurut mereka adalah membunuh semua musuh Islam dengan istilah thogut.

Fathali M. Moghaddam, seorang pengamat gerakan terorisme menyebutkan ada 4 tahapan yang dilalui kelompok radikal Islam sebelum bermetaformosis menjadi teroris. Pertama, mereka merasa teraniaya, terpinggirkan dan tidak berdaya. Kedua, sudah saatnya untuk melampiaskan kemarahan dan dendam kepada yang dipersepsikan sebagai “thogut”. Ketiga, yakin bawa aksi terorisme merupakan strategi paling mungkin dan paling sah agar kemenangan segera tercapai. Keempat,  mereka yakin bahwa terorisme merupakan jihad terbesar untuk menjadi syahid, isy kariman aw mut syahidan (hiduplah secara terhormat dan matilah dengan syahid).

Ada banyak hipotesis pula yang muncul mengapa para perempuan Indonesia bersedia melakukan tindakan terorisme. Salah satu faktornya yakni karena lekatnya pengaruh dan strategi ISIS dalam jaringan teroris di Indonesia. Personil laki-laki ISIS sudah banyak yang tewas dalam gencatan senjata. Oleh karena itu, untuk melanjutkan misinya, ISIS merekrut perempuan untuk terjun. Tidak peduli anak-anak atau perempuan. ISIS berdalih bahwa perempuan mudah dipengaruhi, sangat loyal pada ajaran dan ideologi agama. Apalagi bagi perempuan yang mempunyai masalah keluarga, KDRT dan trauma perceraian. Ketika dicuci otak dengan Islam radikal, para perempuan ini bisa lebih militan dari laki-laki.

Baca Juga:  Alasan Perempuan Indonesia Masih Rentan Terpapar Paham Ekstrimisme

Menarik memang bahwa sebagian besar perempuan yang terbelenggu dalam terorisme bukanlah dari kalangan bodoh dan tidak terdidik. Kebanyakan bahkan lulusan perguruan tinggi, pesantren, dan sebagian SMA. Dari aspek ekonomi, banyak dari mereka yang berasal dari kalangan atas. Sebagian dari para perempuan yang terlibat dengan terorisme direkrut melalui pernikahan. Dimana dari pihak suami atau istri merupakan anggota Jamaah Islamiyah, Jamaah Ansharut Tauhid, gerakan Negara Islam, ISIS, Salafi Jihadis, dan organisasi radikal lainnya. Setelah menikah, suami mendoktrin istrinya dengan pemahaman Islam radikal.

Artinya, para perempuan ini sengaja dinikahi untuk dijejali “dicuci otak” dengan ideologi radikal. Bahkan ada pula para perempuan yang dinikahi ketika suaminya masih berada di penjara. Sebaliknya, tidak sedikit pula dari mereka yang justru didoktrinasi terlebih dahulu kemudian dinikahi. Indoktrinasi biasanya dilakukan oleh teman dekat suami atau dari sesama perempuan yang telah aktif dalam jaringan terorisme.

Beberapa perempuan yang terbelungga dalam dunia terorisme yakni: Munfiatun, istri Noordin M.top yang pada 2006 berperan sebagai agen rahasia yang menyembunyikan keberadaan para teroris. Ummu Delima, istri Santoso yang pada 2014 berperan penting mendukung suami dalam gerakan terorisme Poso. Ika Puspita Sari sebagai pelaku bom bunuh diri di purworejo tahun 2016.

Musnah Mulia dalam papernya “Perempuan dalam Gerakan Terorisme di indonesia“, Al-Wardah: Jurnal Kajian Perempuan, Gender, dan Agama, memaparkan bahwa tugas dan peran perempuan dalam gerakan terorisme cukup beragam dan signifikan. Diantara mereka berperan sebagai pendidik (educator), agen perubahan (agent of change), pendakwah (campaigner), pengumpul dana (fund raiser), perekrut (recruiter), penyedia logistik (logistic arranger), pengantin atau pelaku bom bunuh diri (suicide bombers), kurir antar kota atau negara, penghubung rahasia (mata-mata), agen radikal, pengikut dan pendamping setia dari suami yang terlebih dahulu menjadi teroris.

Baca Juga:  Gus Dur, Konsep Jihad dan Reinterpretasi Makna Kafir

Pada akhirnya meskipun perempuan sebagai pelaku aksi terorisme, namun sejatinya mereka juga korban. Korban dari ideologi suaminya atau keluarganya, korban indoktrinasi agama yang tidak memihak kemanusiaan, korban stigmatisasi dari masyarakat, korban media, serta korban dari ekses konflik. Lagi-lagi perempuan hanyalah koran dari kondisi yang diciptakan para elit kekuasaan partiarki.

Oleh karena itu, pendekatan dan sentuhan kemanusiaan perlu diberikan kepada mereka. Pendekatan keamanan saja hanya akan menjadikan mereka mati suri. Dibalik itu, mereka akan tetap beroperasi di bawah tanah dan lebih aktif menata ulang sel-sel rahasia. Suatu saat bisa bergelora dan berujung dengan ledakan yang lebih dahsyat.

Rekomendasi

menjaga toleransi menjaga toleransi

Perempuan Dukung Perempuan: Solusi Pemberantas Poligami Secara Sederhana

Alif Iqra, Guru Al-Quran Eks HTI KUPI II Alif Iqra, Guru Al-Quran Eks HTI KUPI II

Berbincang dengan Salah Satu Eks HTI di KUPI II, Bu Sulis: Ekonomi Menjadi Salah Satu Faktornya

anak muda mengarah ekstrimisme anak muda mengarah ekstrimisme

Fenomena Keagamaan Anak Muda yang Mengarah pada Ekstrimisme

ISIS Rekrut Jihadis Muda ISIS Rekrut Jihadis Muda

Propaganda Lewat Media Sosial: Cara ISIS Rekrut Jihadis Muda

Ditulis oleh

Alumni MA Salafiyah Kajen yang menamatkan kuliah di Program Jurusan Fisika Univesitas Diponegoro. Saat ini sedang merintis perpustakaan dan hobi menulis. Pernah menyabet juara 1 lomba puisi nasional dan menjuarai beberapa Lomba Karya Tulis Ilmiah.

Komentari

Komentari

Terbaru

ajarkan kesetaraan laki-laki perempuan ajarkan kesetaraan laki-laki perempuan

Mengenal Lebih Jauh Macam-macam Pendekatan Gender

Kajian

Kisah cinta Zainab binti Rasulullah Kisah cinta Zainab binti Rasulullah

Kisah Cinta Sayyidah Zainab binti Rasulullah

Muslimah Talk

Hukum kremasi jenazah mualaf Hukum kremasi jenazah mualaf

Hukum Kremasi Jenazah Mualaf

Kajian

Rembuk Ide Rembuk Ide

El-Bukhari Institute Gelar Rembuk Ide, Bahas Moderasi Beragama untuk Gen Z

Berita

Bincang Thaharah; Wudhu Tidak Berurutan, Apakah Tetap Sah?

Video

Perbedaan Haji dan Umrah Perbedaan Haji dan Umrah

Tiga Perbedaan Haji dan Umrah

Ibadah

Syarat-syarat dikabulkannya doa Syarat-syarat dikabulkannya doa

Fungsi dan Syarat-syarat Dikabulkannya Doa  

Ibadah

Larangan bagi Perempuan Haid Larangan bagi Perempuan Haid

Larangan bagi Perempuan Istihadhah

Kajian

Trending

Doa keguguran Doa keguguran

Kehilangan Buah Hati Akibat Keguguran, Baca Doa yang Diajarkan Rasulullah Ini

Ibadah

masa iddah hadis keutamaan menikah masa iddah hadis keutamaan menikah

10 Hadis Tentang Keutamaan Menikah

Kajian

Tujuh Keutamaan Membaca Shalawat Tujuh Keutamaan Membaca Shalawat

Doa agar Terhindar dari Prasangka Buruk pada Allah

Ibadah

Mengenal Rufaidah al-Aslamiyah: Perawat Perempuan Pertama dalam Sejarah Islam

Muslimah Talk

Mandi junub dan haid Mandi junub dan haid

Empat Hal yang Perlu Diperhatikan Ketika Mandi Wajib

Ibadah

Resensi Buku Pernah Tenggelam Resensi Buku Pernah Tenggelam

Resensi Buku Pernah Tenggelam: Halu Berlebihan Menenggelamkan Keimanan?

Diari

Shafiyah binti Huyay Teungku Fakinah Shafiyah binti Huyay Teungku Fakinah

Kisah Bulan Madu Rasul dengan Shafiyah binti Huyay

Muslimah Talk

muslimah mencukur habis rambutnya muslimah mencukur habis rambutnya

Bolehkah Muslimah Mencukur Habis Rambutnya?

Kajian

Connect