Ikuti Kami

Kajian

Bukan Hanya Umat Nabi Muhammad, Ini 3 Kaum Nabi Lain yang Memiliki Hari Raya

kaum nabi hari raya

BincangMuslimah.com – Hari raya merupakan salah satu momen yang membahagiakan yang tak bisa dirasakan euforianya tiap waktu. Bagi umat muslim sendiri, hari raya idul fitri misalnya merupakan waktu di mana mereka bisa berkumpul dengan sanak saudara, bersua dengan mereka yang sudah lama tak berjumpa sembari menyantap menu lebaran yang beragam. Pada hari ini orang-orang saling meminta maaf atas salah maupun silap yang selama setahun ini mungkin dilakukan.

Namun, ternyata bukan hanya umat Nabi Muhammad saw. saja yang memiliki hari bahagia ini. Ada umat nabi lain yang juga merayakan hari raya. Dalam kitab Al-Ghunyah li Thalib Thariq al-Haqq Azza wa Jalla disebutkan bahwa ada 3 kaum nabi lain yang memiliki hari raya.

Pertama, hari raya kaum Nabi Ibrahim a.s. Allah Swt. berfirman:

فَنَظَرَ نَظْرَةً فِي النُّجُومِ (88) فَقَالَ إِنِّي سَقِيمٌ (89)

Artinya: Lalu ia memandang sekali pandang ke bintang-bintang. Kemudian ia berkata:”Sesungguhnya aku sakit”. (Ash-Shafat: 88-89)

Ayat ini menceritakan bahwa saat itu kaum Nabi Ibrahim tengah keluar untuk merayakan hari raya mereka. Namun Nabi Ibrahim a.s. ketinggalan dan membuat alasan yang membuat beliau tidak bisa keluar bersama mereka. Hal ini dikarenakan Nabi Ibrahaim a.s. tidak menyakini agama mereka. Ketika kaumnya keluar, Nabi Ibrahim a.s. mengambil kapak dan menghancurkan berhala-hala sesembahan kaumnya. Kemudian kapak tersebut beliau letakkan di leher patung yang paling besar.

Cerita tentang penghancuran berhala ini tentu sudah sangat masyhur dan kapan itu terjadi? Sebagaimana disebutkan oleh Syeikh Abdul Qadir bin Abi Shalih al-Jailani bahwa ini terjadi pada saat kaum Nabi Ibrahim a.s. tengah merayakan hari rayanya.

Kedua, hari raya kaum Nabi Musa a.s. Allah Swt berfirman:

Baca Juga:  Hikmah di Balik Perintah Iddah Bagi Istri yang Ditinggal Wafat Suaminya

قَالَ مَوْعِدُكُمْ يَوْمُ الزِّينَةِ وَأَنْ يُحْشَرَ النَّاسُ ضُحًى

Berkata Musa: “Waktu untuk Pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah di hari raya dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik”. (Thaha: 59)

Disebut sebagai hari raya karena pada hari itu Allah Swt. menampakkan kehebatan Nabi Musa a.s. dan kaumnya dengan mengalahkan musuh mereka, yaitu Fir’aun dan kaumnya. Saat itu Fir’aun keluar bersama 72 penyihir yang membersamai mereka 600.000 tongkat dan tali. Ditengah-tengah tongkat kemudian diberi air raksa. Orang-orang pun berbondong-bondong melihat dan berdiri di bawah terik. Matahari semakin memanas teriknya sehingga membuat air raksa tadi mengalir dan tongkat yang dililit dengan tali pun bergerak. Khalayak pun membayangkan bahwa itu adalah ular-ular yang bergerak padahal sesungguhnya tongkat yang tampak seperti ular itu tidak bergerak sama sekali.

Ini merupakan kisah ketika Nabi Musa a.s. mengeluarkan mukjizatnya yaitu di mana saat Nabi Musa a.s. melemparkan tongkat beliau, kemudian berubah menjadi seekor ular besar yang kemudian memakan ular-ular penyihir Fir’aun. Dia dan penyihir-penyihirnya pun kalah, bahkan pembesar penyihir mereka yang bernama Sam’un akhirnya beriman kepada Tuhannya Nabi Musa a.s. yaitu Allah Swt.

Ketiga, hari raya Nabi Isa a.s. dan kaumnya. Allah Swt berfirman:

قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا أَنْزِلْ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ تَكُونُ لَنَا عِيدًا لِأَوَّلِنَا وَآخِرِنَا وَآيَةً مِنْكَ

Isa putera Maryam berdoa: “Ya Tuhan Kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami Yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah Kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau”. (Al-Maidah: 114)

Ayat ini menceritakan tatkala orang-orang Hawariyun berkata kepada Nabi Musa a.s.: “Wahai Musa, apakah Tuhanmu mampu untuk memberikan apa yang kau minta yaitu agar Ia menurunkan kepada kami hidangan dari langit. Nabi Isa a.s. pun menjawab: Takutlah kalian kepada Allah dan janganlah kalian meminta sebuah bencana jika kalian beriman karena apabila diturunkan apa yang kalian minta lalu kalian mendustainya maka Allah akan menghukum kalian”.

Baca Juga:  Shalat Idul Fitri di Masjid atau Lapangan, Mana Yang Lebih Utama?

Mereka mengajukan permintaan itu untuk memantapkan keimanan mereka. Kemudian Nabi Musa a.s. bersama pengikut setia beliau melakukan perjalanan. Selama di perjalanan mereka melihat keajaiban-keajaiban yang merupakan mukjizat Nabi Isa a.s., misalnya saat mereka kelaparan atau membutuhkan makanan, Nabi Isa a.s. mengeluarkan tangannya dan mengeluarkan adonan roti dari dalam bumi untuk disantap oleh beliau dan pengikut-pengikutnya.

Kepada Bani Israil, beliau juga memperlihatkan berbagai hal yang menakjubkan namun tidaklah bertambah bagi mereka kecuali semakin enggan untuk mempercayai dan mengikuti Nabi Isa a.s. hingga pada suatu hari beliau keluar bersama 5.000 orang Bani Israil kemudian mereka meminta agar diturunkan hidangan maka Nabi Isa a.s. pun berdoa:

قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا أَنْزِلْ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ تَكُونُ لَنَا عِيدًا لِأَوَّلِنَا وَآخِرِنَا وَآيَةً مِنْكَ

Hidangan ini merupakan tanda kebesaran yang Allah Swt perlihatkan kepada mereka yang enggan beriman dan untuk mengokohkan kenyakinan orang-orang yang telah beriman. Selain itu, hidangan pada masa itu juga merupakan wajah hari raya pada masa diturunkannya yaitu pada masa Nabi Isa a.s. juga merupakan wajah hari raya bagi orang-orang setelah beliau. Tentu tidak mengherankan jika saat ini yaitu pada hari raya sering kita temui berbagai macam hidangan yang disajikan.

Keempat, hari raya umat Nabi Muhammad Saw. Bagian ini tentunya sudah jelas bahwa umat Islam setidaknya memiliki 2 hari raya yaitu Idul Fitri yang dirayakan pada tanggal 1 Syawwal usai melaksanakan ibadah puasa Ramadhan dan Idul Adha yaitu pada tanggal 10 Dzulhijjah.

Demikian 3 kaum nabi lain yang juga memiliki hari raya selain kaum Nabi Muhammad.

Wallahu a’lam.

Rekomendasi

kisah fatimah idul fitri kisah fatimah idul fitri

Kisah Sayyidah Fatimah Merayakan Idul Fitri

Silaturahmi dalam Momen Lebaran Silaturahmi dalam Momen Lebaran

Menjalin Silaturahmi dalam Momen Lebaran

mengganti hewan kurban uang mengganti hewan kurban uang

Hukum Mengganti Hewan Kurban dengan Uang

Idulfitri Menurut Nawawi Al-Bantani Idulfitri Menurut Nawawi Al-Bantani

Idulfitri Menurut Syekh Nawawi Al-Bantani

Ditulis oleh

Tim Redaksi Bincang Muslimah. Penulis adalah alumnus Bahasa dan Sastra Arab UIN Syarif Hidayatullah dan Pondok Pesantren Ilmu Hadis Darus-Sunnah Ciputat

4 Komentar

4 Comments

Komentari

Terbaru

Berbuat Baik terhadap Non-Muslim dalam Prinsip al-Quran

Muslimah Daily

Istri Menafkahi Suami, Dapatkah Pahala?

Muslimah Daily

Talak Menurut Hukum Islam atau Hukum Negara, Mana yang Berlaku??

Kajian

Ngidam, Haruskah Selalu Dipenuhi? Ngidam, Haruskah Selalu Dipenuhi?

Ngidam, Haruskah Selalu Dipenuhi?

Keluarga

Cara Mengatasi Orang yang Nyinyir Menurut Imam Syafi’i

Muslimah Daily

Menilik Hak Politik Penyandang Disabilitas dalam Pemilu

Kajian

Na’ilah Hasyim Sabri, Mufassir Perempuan Asal Palestina

Muslimah Talk

Pernikahan Mencegah Zina Pernikahan Mencegah Zina

Quraish Shihab: Pernikahan Anak Usia Dini Bukan Cara Bijak Mencegah Zina

Khazanah

Trending

Talak Menurut Hukum Islam atau Hukum Negara, Mana yang Berlaku??

Kajian

Baayun Maulud, Budaya Masyarakat Banjar saat Memperingati Hari Kelahiran Nabi

Kajian

Murtadha Muthahhari: Perempuan Butuh Kesetaraan, Bukan Keseragaman

Kajian

Khalil Gibran dan Cintanya yang Abadi

Diari

pembelaan al-Qur'an terhadap perempuan, Fathimah dari Nisyapur: Ahli Makrifat Terbesar   pembelaan al-Qur'an terhadap perempuan, Fathimah dari Nisyapur: Ahli Makrifat Terbesar  

Perempuan dalam Perspektif Filsafat Islam

Kajian

suami suara tuhan suami suara tuhan

Pengertian Keluarga Sakinah dan Makna Perkawinan dalam Islam

Keluarga

Cara Mengatasi Orang yang Nyinyir Menurut Imam Syafi’i

Muslimah Daily

Istri Menafkahi Suami, Dapatkah Pahala?

Muslimah Daily

Connect