Ikuti Kami

Kajian

Bolehkah Perempuan Bekerja saat Masa Iddah?

Perempuan Bekerja saat Iddah
foto: gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Masa iddah merupakan periode berkabung seorang perempuan setelah suaminya meninggal dunia atau bercerai. Ketika kita membaca nas-nas agama,  perempuan yang berada dalam masa iddah tidak diperbolehkan keluar rumah. Namun, bagaimana jika ia terdesak akan kebutuhan ekonomi?  Bolehkah perempuan bekerja di luar rumah saat masa iddah?

Larangan Keluar Rumah dalam Masa Iddah

Larangan keluar rumah bagi perempuan dalam masa iddah adalah sebagaimana termaktub dalam firman Allah sebagai berikut:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِىُّ إِذَا طَلَّقْتُمُ ٱلنِّسَآءَ فَطَلِّقُوهُنَّ لِعِدَّتِهِنَّ وَأَحْصُوا۟ ٱلْعِدَّةَ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ رَبَّكُمْ ۖ لَا تُخْرِجُوهُنَّ مِنۢ بُيُوتِهِنَّ وَلَا يَخْرُجْنَ إِلَّآ أَن يَأْتِينَ بِفَـٰحِشَةٍۢ مُّبَيِّنَةٍۢ ۚ 

Artinya: “Wahai Nabi! Apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) idahnya (yang wajar), dan hitunglah waktu iddah itu, serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumahnya dan janganlah (diizinkan) keluar kecuali jika mereka mengerjakan perbuatan keji yang jelas.” (QS. at-Thalaq [108]: 1)

وَٱلَّذِينَ يُتَوَفَّوْنَ مِنكُمْ وَيَذَرُونَ أَزْوَٰجًۭا يَتَرَبَّصْنَ بِأَنفُسِهِنَّ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍۢ وَعَشْرًۭا ۖ فَإِذَا بَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا فَعَلْنَ فِىٓ أَنفُسِهِنَّ بِٱلْمَعْرُوفِ ۗ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌۭ ٢٣٤

Dan yang orang-orang diwafatkan dari kalian, lalu meninggalkan istri-istri, maka (hendaklah istri-istri kalian) itu menahan (diri) selama empat bulan sepuluh hari. Maka ketika waktu itu sudah selesai, maka tidak ada dosa bagian kalian (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri (selama dilakukan) dengan patut. (QS. al-Baqarah [2]: 234)

Pendapat Ulama Fikih 

Menurut mayoritas ulama fikih, larangan keluar rumah bagi perempuan yang menjalani masa iddah berlaku apabila tidak ada keadaan darurat dan keperluan mendesak. Seperti halnya jika aktivitas yang dilakukan di luar rumah tersebut akan berisiko pada kehidupan ekonominya atau berakibat kebangkrutan usaha. Tetapi, jika tidak ada dampak tersebut maka larangan itu berlaku sampai masa iddah selesai.

Baca Juga:  Pemaknaan dan Konsep Self-Healing dalam Perspektif Psikologi Sufistik

Adapun menurut mazhab Syafi’i dikatakan bahwa perempuan yang dicerai atau ditinggal wafat suaminya harus tinggal di dalam rumah tetapi tidak diwajibkan menahan diri (ihdad) dari berhias. Kewajiban menetap di rumah bagi perempuan yang sedang dalam masa iddah karena talak, menurut mazhab ini adalah menjadi qiyas (analogi hukum) bagi perempuan yang ditinggal mati suaminya (QS. al-Baqarah: 240), karena persamaan mereka dalam hal memperoleh nafkah dari suami. 

Diterangkan dalam buku Fiqih Praktis karangan Muhammad Bagir, dalam Mazhab Syafi’i perempuan yang masih dalam masa iddah (baik karena talak atau kematian suami) dibolehkan keluar rumah jika keadaannya mengharuskan. Keadaan tersebut seperti mengurusi keperluan hidupnya atau melaksanakan tugasnya sehari-hari, misalnya jika perempuan tersebut merupakan seorang guru, petani, pedagang, dan sebagainya. 

Kebolehan perempuan bekerja di luar rumah ketika sedang menjalani masa iddah sejatinya merujuk pada salah satu hadis yang mengisahkan seorang perempuan keluar rumah untuk mencari buah kurma. Kemudian ada seorang laki-laki yang melarangnya melakukan hal tersebut dan kemudian perempuan tersebut datang dan menghadap Rasulullah. 

عن جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللهَّ ِیَقُولاُ طُلِّقَتْ خَالَتِي فَأَرَادَتْ أَنْ تَجُدَّ نَخْلَھَا فَزَجَ رَھَارَ رَجُلٌ أَنْ تَخْرُجَ فَأَتَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللهَّ ُ عَلَیْه وَسَلَّمَ فَقَالَ بَلَى فَجُدِّي نَخْلَكِ فَإِنَّكِ عَسَى أَنْ تَصَدَّقِي أَوْ تَفْعَلِي مَعْ رُوفًا

Artiny: Dari sahabat Jabir bin Abdillah. Dia berkata: “Bibiku cerai. Pada suatu hari dia ingin memetik kurmanya, lalu ada seseorang menghardiknya agar jangan keluar rumah. Lantas bibiku mengadu kepada Rasulullah dan menanyakan masalah ini. 

Kemudian Rasulullah bersabda, “Tentu, Petiklah kurma, barangkali saja kamu bisa bersedekah atau mengerjakan kebaikan (untuk orang lain).” (HR. Muslim)

Dari hadis tersebut, Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku 60 Hadis Shahih mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw. justru dengan tegas mempersilakan perempuan yang berada dalam masa iddah untuk keluar rumah, melakukan aktivitas yang bisa memberi manfaat bagi dirinya atau orang lain.

Baca Juga:  Apakah Memposting Kebaikan Disebut Tidak Ikhlas?

Dengan demikian, para perempuan yang sedang menjalani masa iddah tetap memiliki hak untuk melakukan hal-hal untuk memenuhi kebutuhan untuk keberlangsungan hidupnya, seperti keluar rumah, bekerja, membeli bahan pokok dan obat-obatan, ataupun kepentingan yang lainnya.[]

Rekomendasi

butet manurung model barbie butet manurung model barbie

Butet Manurung, Dari Sokola Rimba Hingga Global Role Model Barbie

Peran Perempuan di Masa Depan dalam The Silent Sea Peran Perempuan di Masa Depan dalam The Silent Sea

Peran Perempuan di Masa Depan dalam The Silent Sea

Sayyidah Aisyah Sayyidah Aisyah

Belajar dari Fitnah yang Menimpa Sayyidah Aisyah  

Kenaikan Suhu Udara Ekstrem Kenaikan Suhu Udara Ekstrem

Waspada Dampak Kenaikan Suhu Udara Ekstrem bagi Perempuan

Ditulis oleh

Khadimul 'Ilmi di Yayasan Taftazaniyah

Komentari

Komentari

Terbaru

tips menghindari overthingking tips menghindari overthingking

Problematika Perempuan Saat Puasa Ramadhan (Bagian 3)

Ibadah

Kesunnahan Iktikaf dan Ketentuan-Ketentuannya

Ibadah

Ini Tata Cara I’tikaf bagi Perempuan Istihadhah

Video

Memupuk Moderasi Beragama pada Masyarakat Multikultural Memupuk Moderasi Beragama pada Masyarakat Multikultural

Memupuk Moderasi Beragama pada Masyarakat Multikultural

Muslimah Talk

mengajarkan kesabaran anak berpuasa mengajarkan kesabaran anak berpuasa

Parenting Islami : Hukum Mengajarkan Puasa pada Anak Kecil yang Belum Baligh

Keluarga

Menggapai Lailatul Qadar Pada 10 Malam Terakhir Ramadan Menggapai Lailatul Qadar Pada 10 Malam Terakhir Ramadan

Menggapai Lailatul Qadar Pada 10 Malam Terakhir Ramadan

Ibadah

Mengapa Sunah Membaca Qunut pada Rakaat Terakhir Witir di Pertengahan Akhir Ramadan? Mengapa Sunah Membaca Qunut pada Rakaat Terakhir Witir di Pertengahan Akhir Ramadan?

Mengapa Sunah Membaca Qunut pada Rakaat Terakhir Witir di Pertengahan Akhir Ramadan?

Tanya Ustazah

Ketika Berbuka, Baca Doa Dulu atau Batalkan Puasa Dulu? Ketika Berbuka, Baca Doa Dulu atau Batalkan Puasa Dulu?

Ketika Berbuka, Baca Doa Dulu atau Batalkan Puasa Dulu?

Tak Berkategori

Trending

Ini Tata Cara I’tikaf bagi Perempuan Istihadhah

Video

Mengenang Tuan Guru KH Muhammad Zainuddin Abdul Majid, Pendiri Nahdlatul Wathan

Kajian

perempuan dan hijab tafsir ummu salamah perempuan dan hijab tafsir ummu salamah

Mengenal Sosok Sufi Perempuan pada Masa Awal Islam

Muslimah Talk

Ketentuan dan Syarat Iktikaf bagi Perempuan

Video

waktu disyariatkan membaca shalawat waktu disyariatkan membaca shalawat

Husein Bertanya pada Ali Tentang Muhammad

Kajian

tips menghindari overthingking tips menghindari overthingking

Problematika Perempuan Saat Puasa Ramadhan (Bagian 3)

Ibadah

Ummu Sulaim Ummu Sulaim

Parenting Islami : Peran Orangtua dalam Mendidik Anak yang Shalih dan Shalihah

Keluarga

malam jumat atau lailatul qadar malam jumat atau lailatul qadar

Doa Lailatul Qadar yang Diajarkan Rasulullah pada Siti Aisyah

Ibadah

Connect