Ikuti Kami

Kajian

Al-Baqarah Ayat 222: Tafsir Haid untuk Lelaki

Darah nifas 60 hari

BincangMuslimah.Com – Haid merupakan aktivitas alami yang dialami tubuh perempuan. Ketika haid, perempuan tidak diperbolehkan untuk melakukan beberapa ibadah seperti shalat, puasa, membaca dan menyentuh Alquran serta berhubungan intim dengan suami. Meski yang mengalami haid adalah perempuan, uniknya ayat haid justru ditujukan kepada kaum adam. Sebab dalam redaksi ayatnya, Allah menyeru dengan kalimat kata ganti yang artinya untuk laki-laki lebih dari satu. Berikut akan dijelaskan mengenai tafsir haid untuk lelaki.

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ ۖ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ ۖ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّىٰ يَطْهُرْنَ ۖ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah suatu penyakit”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al-Baqarah: 222)

Pada dahulu kala ketika perempuan haid, kaum Yahudi tidak memperkenankan perempuan makan dan berkumpul bersama keluarga lainnya. Maka para sahabat menanyakan hal tersebut kepada Rasulullah dan turunlah ayat ini.

Prof. Nasarudin Umar dalam buku Ketika Fikih Membela Perempuan menjelaskan, untuk memahami ayat tersebut kita perlu memahami bahwa yang dibahas dalam ayat ini bukan haid itu sendiri melainkan al-mahidh, yakni tempat keluarnya haid. Namun kebanyakan para penafsir tidak membedakan antara dua hal tersebut dan kebanyakan mengartikannya sebagai ‘ain al-haidh, yakni waktu atau zat haid.

Menurutnya jika tidak dibedakan, maka akan mempunyai makna yang sangat jauh berbeda. Jika diartikan sebagai almahidh maka yang disuruh jauhi adalah tempat keluarnya haid yaitu jangan menggauli perempuan di tempat keluarnya haid. Namun jika diartikan ‘ain al-haid maka akan terjadi kejanggalan makna sebab dalam lanjutan ayat disebutkan alasan larangan itu adalah karena adza, yakni darah kotor atau darah penyakit yang mana tidak diperlukan oleh organ perempuan.

Baca Juga:  Kehadiran Alquran Memuliakan Perempuan Haid

Salah satunya yang membedakan makna dua term tersebut adalah Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi dalam tafsirnya yang mengatakan bahwa al-mahidh di sini haruslah diartikan tempat keluarnya haid.

Begitupun ketika Syaikh Wahbah az-Zuhaili dalam Tafsir al-Wajib menjelaskan bahwa melakukan jimak atau hubungan intim saat istri haid itu membahayakan sehingga para suami tidak boleh melakukan hubungan intim di tempat keluarnya haid hingga darah haid selesai dan kemudian istri bersuci.

Menjauhi tempat keluarnya haid diperintahkan karena itu merupakan tempat keluarnya darah penyakit/darah kotor, yang mana ketika proses tersebut organ reproduksi perempuan mengalami pembengkakan dan perubahan hormon.

Terdapat hikmah tersirat kenapa ayat haid ini ditujukan kepada laki-laki, yaitu mengandung hikmah dan nasehat bagi para laki-laki bahwa menggauli istri saat sedang haid itu adalah adza, hal yang berbahaya. Sekaligus sebagai pemberitahuan agar laki-laki berhati-hati dalam memperlakukan istri saat sedang haid.

Larangan berhubungan intim dengan perempuan dalam ayat haid ini juga diberlakukan bagi perempuan yang mengalami nifas setelah masa melahirkan. Sebab pada dasarnya keduanya adalah darah yang keluar sebab adza. Jika darah haid merupakan darah yang keluar secara periodik karena peluruhan dinding rahim sebab tidak ada ovulasi. Jika terjadi pembuahan dan kehamilan, perempuan tidak mengalami haid. Namun, selepas melahirkan akan keluar darah nifas yang biasanya sekitar 40 hari usai persalinan.

Dr. Nur Rofiah dalam salah satu sesi Kajian Gender Islam (KGI) menyebutkan bahwa sakitnya masa setelah mengandung atau masa nifas tergambarkan dalam firman Allah QS. Luqman ayat 14 sebagaimana berikut

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah (QS. Luqman : 14)

Baca Juga:  Wajibkah Perempuan Istihadhah Mandi Setiap Hendak Shalat?

Imam Thabari dalam tafsirnya menjelaskan bahwa wahn artinya syiddatu dha’fi, yakni sakit yang sangat. Kelemahan di atas kelemahan, kesakitan di atas kesakitan. Ayat ini menggambarkan lemah dan sakitnya seorang perempuan selama hamil juga setelah melahirkan.

Karenanya para ulama menafsirkan ayat haid sebelumnya juga sebagai keharaman menggauli istri pada tempat keluarnya darah selama haid dan nifas hingga darah berenti dan sang perempuan bersuci. Karena selama masa itu, perempuan dalam kondisi yang lemah secara fisik, bahkan psikis. Demikian penjelasan ringkas mengenai tafsir ayat haid untuk lelaki.

Rekomendasi

keringat perempuan haid najis keringat perempuan haid najis

Benarkah Keringat Perempuan Haid Najis?

Pencegahan Gangguan Menstruasi Pencegahan Gangguan Menstruasi

Kehadiran Alquran Memuliakan Perempuan Haid

istihadhah shalat sunah fardhu istihadhah shalat sunah fardhu

Ketentuan Menjamak Shalat bagi Perempuan Istihadhah

Empat Amalan yang Bisa Dilakukan Perempuan Haid Ketika Bulan Ramadan

Ditulis oleh

Sarjana Studi Islam dan Peneliti el-Bukhari Institute

Komentari

Komentari

Terbaru

Tradisi Humkoit/Koin: Melahirkan dalam Pengasingan

Diari

keadaan dibolehkan memandang perempuan keadaan dibolehkan memandang perempuan

Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

Kajian

Empat Pesan Rasulullah kepada Siti Aisyah sebelum Tidur Empat Pesan Rasulullah kepada Siti Aisyah sebelum Tidur

Empat Pesan Rasulullah kepada Siti Aisyah sebelum Tidur

Khazanah

Tidak ada Perempuan di Komisi VIII: Mungkinkah Mewujudkan Kebijakan Adil Gender? Tidak ada Perempuan di Komisi VIII: Mungkinkah Mewujudkan Kebijakan Adil Gender?

Tidak ada Perempuan di Komisi VIII: Mungkinkah Mewujudkan Kebijakan Adil Gender?

Muslimah Talk

Riset Google: Wirausaha Perempuan di Indonesia Paling Banyak dari 12 Negara

Kajian

Islam menyunahkan Nikah muda Pernikahan di Bawah Umur Islam menyunahkan Nikah muda Pernikahan di Bawah Umur

Mengapa Agama Menjadi Legitimasi Pernikahan Anak?  

Kajian

Pola Asuh Co-Parenting Sebagai Perwujudan Konsep Mubadalah Pola Asuh Co-Parenting Sebagai Perwujudan Konsep Mubadalah

Pola Asuh Co-Parenting Sebagai Perwujudan Konsep Mubadalah

Keluarga

sikap rasulullah perempuan yahudi sikap rasulullah perempuan yahudi

Lima Peran Publik Perempuan yang Sering Terabaikan

Muslimah Daily

Trending

keadaan dibolehkan memandang perempuan keadaan dibolehkan memandang perempuan

Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

Kajian

Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Pondok Pesantren Sunan Pandanaran

Tiga Tradisi Bersalawat yang Rutin Diadakan di Pesantren Sunan Pandanaran

Muslimah Daily

Talak Menurut Hukum Islam atau Hukum Negara, Mana yang Berlaku??

Kajian

Perjalanan Hagia Sophia, dari Gereja Hingga Jadi Museum dan Masjid

Khazanah

Konsep Cinta Dalam Alquran Konsep Cinta Dalam Alquran

Perbedaan Jatuh Cinta dan Benar-Benar Mencintai Seseorang Menurut Buya Syakur Yasin

Muslimah Daily

Mengenal Fatima al-Fihri, Perempuan Muslim Pendiri Universitas Pertama di Dunia Mengenal Fatima al-Fihri, Perempuan Muslim Pendiri Universitas Pertama di Dunia

Mengenal Fatima al-Fihri, Perempuan Muslim Pendiri Universitas Pertama di Dunia

Muslimah Talk

Bukan Cengeng: Menangis adalah Hak Setiap Orang Tidak Hanya Perempuan

Diari

Tafsir Penciptaan Perempuan menurut Muhammad Abduh

Kajian

Connect