Ini mimpi anak remaja
Seindahnya mimpinya para dewa
Tak pernah berhenti ceritanya
Yang biasa jadi tak biasa
Memangnya dunia ini punyamu
Apa memang hanya ada kamu
Banyak yang bisa menggantikan
Putus satu tumbuh seribu
Putus nyambung putus nyambung putus nyambung
Sekarang putus besoknya menyesal
Kalau loe laku hari ini putus
Ya putus aja
Putus nyambung putus nyambung putus nyambung
Kalau dekat benci kalau jauh kangen
Lihat saja nanti apa yang terjadi
Putus ataukah nyambung
Aku tahu kamu masih suka
Aku dan kamu memang gengsian
Sampai kapan harus begini
Putus nyambung putus nyambung terus
BincangMuslimah.Com – Saya mengawali tulisan dengan lagu masa silam yang pernah dibawakan oleh grup penyanyi anak muda. Jika pembaca adalah generasi 90-an, berarti kita sama. Pasti tahu dengan grup penyanyi BBB yang dibawakan oleh Raffi Ahmad, Laudia Cynthia Bella, Dimas Bheck, Ayushita, Chelsea Olivia Wijaya.
Lagu ini menjadi lagu begitu familiar pada masanya. Pasalnya hal tersebut menjadi sangat dekat sekali pada anak muda. Ini juga menjadi alasan mengapa tulisan ini muncul. Saya
Masih ingat ketika ada seorang teman yang bercerita tentang pengalamannya menjalin hubungan dengan seorang laki-laki. Bukanlah hal yang tidak bisa dihindarkan ketika terjadi peritiwa putus-nyambung dalam sebuah hubungan. Sang laki-laki memang tidak pernah memberikan kepastian akan hubungan yang dijalani, keduanya selalu membicarakan keseriusan, apalagi ketika ditanya tentang kepastian, keduanya belum bisa memutuskan dengan jelas.
Namun, kejadian itu bukanlah klimaks dari drama hubungan asmara yang dijalani. Sering saya temui si perempuan menerima pukulan dari sang pacar, bahkan semenjak hubungan keduanya terjalin, teman saya jarang sekali memiliki waktu untuk belajar, waktu untuk bersama teman-temannya, bahkan waktunya habis untuk dihabiskan berdua saja. Saya kemudian menyebutnya sebuah istilah “Abusive Relathionship”.
Abusive relationship merupakan suatu hubungan yang disertai dengan tindakan kekerasan yang sengaja dilakukan dan ditujukan kepada pasangan. Abusive relationship mencakup bukan hanya kekerasan secara fisik emosional, finansial, verbal, maupun seksual.
Saya tidak pernah menyalahkan sebuah hubungan yang didalamnya terjadi peristiwa yang putus nyambung. Akan tetapi, hal tersebut menjadi masalah ketika seseorang, baik laki-laki ataupun perempuan masih belum bisa melepaskan mantan, dan masih terpaut dengan hubungan asmara yang kandas di masa silam (Red:repeat ciycle of love), apalagi untuk sebuah hubungan yang tidak memiliki kejelasan, ditambah terjebak “Abusive Relathionship”.
Demikian adanya dalam sebuah hubungan yang harus disyukuri pada setiap fase. Bersama siapapun, dengan orang yang sama ataupun berbeda, semuanya harus disyukuri sebagai bagian dari perjalanan Saya menyebut teman saya ini terjebak dalam kondisi “Repeat Cycle of Love”.
Terjebak “Repeat Cycle of Love” masih menjadi misteri, apakah sebuah anugerah atau sebuah racun. Menjadi anugerah, ketika keduanya memang ditakdirkan oleh Allah untuk bersama. Sebab kehadiran jodoh, meski sudah ditetapkan, seperti disebutkan dalam hadis Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, di saat manusia masih berada dalam perut ibunya, “Kemudian diperintahkan malaikat untuk menuliskan rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya, kebahagiaan atau kesengsaraannya…”.
Perihal jodoh, meski sudah ditetapkan sejak dalam kandungan, manusia tidak bisa menegasikan sebuah ikhtiar agar bisa berjodoh dengan seseorang pilihan yang menurut kita memang terbaik, baik secara personal, ataupun relasi dengan sesamanya. Bisa saja, jodoh kita adalah mantan kita sendiri yang dulu pernah menjalin asmara, meski sudah berpisah bertahun lamanya. Bisa jadi begitu.
Akan tetapi, terjebak “Repeat Cycle of Love” menjadi racun apabila hubungan asmara yang dijalani ternyata tidak ada kepastian, berbelit-belit, toxic reathionship, apalagi terjebak pada Abusive relationship.
Terjebak semacam ini bukan lagi perihal kita yang tidak bisa move-on untuk melupakan sejarah kelam bagian dari perjalanan hidup. Akan tetapi, itu artinya kita mempersilahkan diri kita untuk disakiti orang lain, mempersilahkan orang lain untuk semena-mena memperlakukan kita dengan tidak manusiawi, belum lagi kebiasaan buruk semacam itu akan sulit dihilangkan dalam diri seseorang.
Bagaimana mau memulai hubungan yang “saling”, jika kebiasaan buruk yang ada dalam diri mantan calon pasangan tidak hilang. Na’udzubillah