Ikuti Kami

Diari

Pendidikan Perempuan dalam Pusaran Patriarki

pendidikan perempuan
ilustrasi anak sekolah (gettyimages.com)

BincangMuslimah.Com – Pada era globalisasi saat ini, ada beragam peluang dan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat, baik perempuan maupun laki-laki dituntut untuk bisa beradaptasi dengan dinamika zaman yang serba digital.

Situasi ini menuntun perempuan untuk bisa berperan aktif dalam ranah publik. Keterlibatan perempuan turut serta mengembangkan setiap kebijakan yang adil gender. Namun patut disadari, bahwa partisipasi perempuan harus pula didukung oleh SDM yang unggul. Hal ini bisa diwujudkan melalui pendidikan.

Pendidikan bukan hanya sekadar sebuah alat untuk menaklukan dunia, tapi juga basis dalam mengubah mindset dan perilaku bagi para pengenyam pendidikan, baik pada tataran pendidikan formal, informal dan non formal. Sayangnya, pendidikan masih sulit diakses oleh kaum perempuan, khususnya di daerah-daerah terpencil. Berbanding terbalik dengan kaum lelaki yang begitu mudah dalam mengakses pendidikan.

Faktor ekonomi menjadi salah satu penyebab bagi perempuan dalam mengakses pengetahuan. Namun ekonomi bukan penyebab, melainkan kontruksi sosial yang sarat bias gender dalam lini kehidupan memberi kontribusi pada pelanggengan pelabelan negatif pada perempuan. Salah satunya pada ranah pendidikan.

Kalimat yang berbunyi seperti ini, “perempuan ngapain sekolah tinggi-tinggi, perempuan itu tempatnya dikasur, sumur, dan dapur, anak perempuan gak boleh lebih cerdas dari anak laki-laki”, yang sudah seringkali terdengar seakan-akan menjadi hal yang biasa saja. Nyatanya, ujaran-ujaran yang bermakna misoginis secara tidak langsung merendahkan kaum perempuan.

Diskriminasi dalam ranah pendidikan pun sudah menjadi hal lumrah, yang jelas-jelas merugikan kaum perempuan. Padahal perempuan berhak memperoleh pendidikan sebagaimana tertuang dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 28 C ayat 1. Sekalipun perempuan memperoleh akses pendidikan, mereka pun masih terbebani oleh beban ganda yang diberikan oleh lingkungan-termasuk keluarga. Padahal peran perempuan dalam mengerjakan aktivitas dalam ranah domestik bukanlah hal yang mutlak.

Baca Juga:  Farha Ciciek, Aktivis Kemanusiaan dari Ambon

Berbagai pelabelan negatif yang melekat pada perempuan berkaitan erat dengan sistem patriarki yang telah mengakar erat dalam masyarakat. Anggapan lelaki sebagai makhluk kelas satu dan pemimpin bagi perempuan menjadi sebuah legitimasi dalam mencibir partisipasi perempuan dalam ranah publik.

Perempuan dianggap sebagai makhluk yang Kedudukannya di bawah kaum lelaki. Padahal dalam Al-Qur’an pun menyatakan perempuan dan laki-laki setara, “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Surat al-Hujurat: 49;13)

Kedudukan setara antara perempuan dan laki-laki, esensinya adalah sebagai hamba Allah yang mengabdikan diri sebagai khalifah di muka bumi untuk kemaslahatan umat. Yahya al-Mazini Ra. Meriwayatkan bahwa Rasullah Saw. bersabda, ” Tidak diperbolehkan mencederai diri sendiri maupun orang lain.” (Muwaththi’ Malik)

Ketika perempuan bisa dengan mudah mengakses pendidikan, maka perempuan memiliki kesempatan untuk memotong rantai ketidakadilan yang terjadi di masyarakat. Terutama dalam peristiwa faktual yang banyak merugikan perempuan sebagai kaum yang rentan akibat ketidaktahuan. Selain itu, kaum perempuan yang terpelajar akan turut serta dalam membangun peradaban bangsa.

Sudah seharusnya pendidikan yang mencerdaskan anak bangsa tidak hanya ditujukan pada kaum lelaki. Kaum perempuan baik dari beragam latar belakang kehidupan harus mencicipi pendidikan. Bukan hanya direcoki dengan stigma negatif. Perempuan berhak atas hidupnya. Latar belakang kehidupan pun tak harus menjadi sekat untuk memutus pendidikan.

Diriwayatkan dari Abu Burdah, dari ayahnya (Abu Musa al-asy’ari Ra.) yang menyatakan bahwa Rasullah Saw. bersabda, ” Seseorang yang memiliki hamba sahaya perempuan. Lalu memberi ilmu pengetahuan untuk kebaikan hidupnya, dan mendidiknya dengan sungguh-sungguh untuk kebaikannya. Kemudian ia membebaskannya dan menikahinya, maka orang tersebut akan memperoleh dua pahala.” (Shahih al-Bukhari)

Baca Juga:  Dilamar saat Masa Studi, Lanjut Studi atau Menikah?

Pendidikan sebagai ruh perubahan takkan bisa terwujud, selama perempuan masih dilabelkan pada ruang domestik. Perempuan sudah harus berkiprah di ruang publik, melalui akses pendidikan sebagai tahapan kontribusi perempuan bagi bangsa.

Ruang domestik yang didewakan sebagai tempat sebaik-baiknya perempuan mengabdikan diri tak selamanya mampu mengaktulisasikan potensi perempuan yang dianugerahkan oleh Allah SWT.

Melalui pendidikan, perempuan menemukan cara berdikari membantu sesama di tengah-tengah masyarakat yang kerapkali hanya menjadikan perempuan sebagai sumber masalah atas segala fenomena sosial yang lagi-lagi merugikan kaum perempuan.

Berbagai problematika yang menjerat perempuan yang kian hari kian tinggi, menjadi indikator bahwa peran perempuan dalam ranah publik sangat penting.

Masalah yang dialami oleh perempuan hanya mampu diselesaikan oleh perempuan. Jikalau perempuan yang memiliki potensi hanya diam di rumah, maka siapa yang akan membantu menyelesaikan masalah perempuan?

Bukankah manusia harus memberi manfaat bagi sesama tanpa memandang jenis kelamin dan latar belakang? Disadari atau tidak, kemajuan sebuah bangsa takkan terlepas dari campur tangan kaum perempuan. Bila kita menginginkan generasi yang cerdas, maka cerdaskan kaum perempuan melalui pendidikan.

Rekomendasi

pendidikan perempuan pendidikan perempuan

Pentingnya Pendidikan bagi Perempuan Menurut Al-Thanthawi

pendidikan rahmah el yunusiah pendidikan rahmah el yunusiah

Konsep Pendidikan Perempuan Menurut Rahmah El Yunusiah

farha ciciek aktivis ambon farha ciciek aktivis ambon

Farha Ciciek, Aktivis Kemanusiaan dari Ambon

Rekomendasi Beasiswa Sarjana Dicoba Rekomendasi Beasiswa Sarjana Dicoba

Rekomendasi Beasiswa Sarjana yang Bisa Dicoba!

Ditulis oleh

Mahasiswi STAI Babussalam Sula Maluku Utara. Perempuan kelahiran 1996 ini sudah tertarik lama pada dunia kepenulisan, untuk itu dirinya tergabung dalam Puan Menulis.

Komentari

Komentari

Terbaru

ajarkan kesetaraan laki-laki perempuan ajarkan kesetaraan laki-laki perempuan

Mengenal Lebih Jauh Macam-macam Pendekatan Gender

Kajian

Kisah cinta Zainab binti Rasulullah Kisah cinta Zainab binti Rasulullah

Kisah Cinta Sayyidah Zainab binti Rasulullah

Muslimah Talk

Hukum kremasi jenazah mualaf Hukum kremasi jenazah mualaf

Hukum Kremasi Jenazah Mualaf

Kajian

Rembuk Ide Rembuk Ide

El-Bukhari Institute Gelar Rembuk Ide, Bahas Moderasi Beragama untuk Gen Z

Berita

Bincang Thaharah; Wudhu Tidak Berurutan, Apakah Tetap Sah?

Video

Perbedaan Haji dan Umrah Perbedaan Haji dan Umrah

Tiga Perbedaan Haji dan Umrah

Ibadah

Syarat-syarat dikabulkannya doa Syarat-syarat dikabulkannya doa

Fungsi dan Syarat-syarat Dikabulkannya Doa  

Ibadah

Larangan bagi Perempuan Haid Larangan bagi Perempuan Haid

Larangan bagi Perempuan Istihadhah

Kajian

Trending

Doa keguguran Doa keguguran

Kehilangan Buah Hati Akibat Keguguran, Baca Doa yang Diajarkan Rasulullah Ini

Ibadah

masa iddah hadis keutamaan menikah masa iddah hadis keutamaan menikah

10 Hadis Tentang Keutamaan Menikah

Kajian

Tujuh Keutamaan Membaca Shalawat Tujuh Keutamaan Membaca Shalawat

Doa agar Terhindar dari Prasangka Buruk pada Allah

Ibadah

Mengenal Rufaidah al-Aslamiyah: Perawat Perempuan Pertama dalam Sejarah Islam

Muslimah Talk

Mandi junub dan haid Mandi junub dan haid

Empat Hal yang Perlu Diperhatikan Ketika Mandi Wajib

Ibadah

Resensi Buku Pernah Tenggelam Resensi Buku Pernah Tenggelam

Resensi Buku Pernah Tenggelam: Halu Berlebihan Menenggelamkan Keimanan?

Diari

Shafiyah binti Huyay Teungku Fakinah Shafiyah binti Huyay Teungku Fakinah

Kisah Bulan Madu Rasul dengan Shafiyah binti Huyay

Muslimah Talk

muslimah mencukur habis rambutnya muslimah mencukur habis rambutnya

Bolehkah Muslimah Mencukur Habis Rambutnya?

Kajian

Connect