Ikuti Kami

Diari

Kisah Pernikahan Nabi Musa dan Putri Nabi Syuaib

menolak dijodohkan bahasa cinta
okezone.com

BincangMuslimah.Com – Kisah percintaan para utusan Allah selalu menghadirkan sisi romantis. Salah satunya adalah kisah pernikahan Nabi Musa dengan putri Nabi Syu’aib.

Lelaki berusia tiga puluh tahunan itu semakin kurus tak terurus. Genap delapan hari sudah ia berjalan tanpa alas kaki dari kota kelahirannya; Mesir menuju kota Madyan. Selama itu ia tak merasakan manisnya kurma atau makanan apapun. Ia hanya mengandalkan sayuran atau dedaunan yang ia temukan di tengah jalan.

Teriknya matahari kota Madyan pun membuatnya semakin tak kuasa membendung rasa hausnya. Beruntung ia segera menemukan sumber air kota itu. Sebuah sumur yang sedang dikerumuni para penggembala untuk memberi minum kambing-kambingnya.

Ketika mengamati area sumur, ia tak sengaja melihat dua wanita tak jauh dari tempat itu sedang menahan kambingnya agar tidak minum air sumur bersama kambing-kambing para penggembala lainnya yang terdiri dari para laki-laki.

“Kenapa kalian tidak mengambil air sumur itu bersama mereka?” tanya lelaki itu penasaran.

“Kami tidak dapat mengambil air sampai para penggembala pergi. Ayah kami sudah tua. Ia tidak dapat menggembala dan mengambil minum sendiri. Karena itu, kami berlindung di tempat yang engkau lihat ini. Inilah nasib orang yang lemah. Orang kuat dapat minum air yang jernih, sedangkan yang lemah meminum air sisanya.”

Lelaki itu pun merasa iba dan segera membantu mereka mengambilkan air dari sumur lainnya. Namun, sumur itu tertutup batu yang sangat besar. Bahkan hanya bisa diangkat dengan tujuh sampai sepuluh orang laki-laki. Namun, lelaki itu mampu mengangkatnya tanpa bantuan siapapun. Padahal, saat itu ia dalam keadaan lelah, lapar, dan luka telapak kakinya.

Baca Juga:  Benarkah Cincin Tunangan Bid’ah dan Haram?

Setelah mengambilkan air untuk dua wanita tadi, ia pun segera berteduh di bawah naungan pohon untuk mengistirahatkan tubuhnya yang semakin lemas. Lalu, ia bermunajat kepada Tuhannya, “Ya Allah, sungguh aku butuh makanan sedikit atau banyak untuk menghilangkan rasa lapar.”

Sementara itu, dua wanita tadi telah sampai di rumahnya dan menceritakan kejadian yang telah mereka alami kepada ayahnya.

“Undanglah lelaki itu kemari” pinta ayahnya kepada putri sulungnya yang bernama Shafura’.

Shafura segera pergi menemui lelaki itu dengan malu-malu sambil menutupi kepala dan wajahnya dengan bajunya.

“Sungguh, ayahku memintamu untuk membalas kebaikanmu kepada kami. Ia juga akan memberimu upah karena telah mengambilkan air untuk kambing kami,” kata Shafura’ dengan nada yang sopan.

Saat Shafura’ mengatakan ,“untuk membalas kebaikanmu,” wajah lelaki itu terlihat kurang suka.
“Baik,” jawab lelaki itu tanpa mengangkat kepalanya agar pandangan mereka tak bertemu. Ia mau menerima undangan ayah Shafura’ hanya untuk mengambil keberkahan saja, bukan untuk mencari upah.

“Berjalanlah di belakangku. Lemparkanlah krikil ke jalan yang benar sebagai petunjuknya,” kata lelaki itu kepada Shafura’ agar ia tak dapat melihatnya. Ia paham keadaan Shafura’ yang malu jika berada di depannya.

Sesampainya di rumah Shafura’, lelaki itu disambut dengan hidangan makanan. Ia pun menolaknya, “Sungguh kami berasal dari keluarga yang tidak menjual agama dengan dunia. Kami tidak meminta ganti atas amal kebaikan yang telah kami lakukan.”

Ayah Shafura’ yang bernama Syuaib itu pun menjawab, “Ini adalah adat kebiasaan kami dan nenek moyang kami kepada setiap orang yang mengunjungi rumah kami. Orang yang melakukan kebaikan maka ia berhak diberi hadiah dan tidak haram mengambilnya.”

Baca Juga:  Kisah Menjelang Berbuka Puasa dari Sayyidah Aisyah

Lelaki itu mulai mengenalkan dirinya kepada Syuaib. Ia bernama Musa yang berasal dari Mesir. Ia pergi ke Madyan dengan berjalan kaki selama delapan hari untuk menghindar dari kejaran Firaun dan kaumnya yang hendak membunuhnya.

Ia memang telah membunuh salah satu kaum Firaun. Namun, hal itu dilakukan dengan tidak sengaja. Ia hanya membantu salah satu kaum Bani Israil dari golongannya yang sedang bertikai dengan kaum Firaun yang bernama Al-Qibthi. Tak disangka, dengan sekali pukulan dari Musa, Al-Qibthi tewas seketika.

Kota Madyan dipilih sebagai kota tujuan adalah atas petunjuk dari Allah swt. Nasab antara orang Bani Israil dengan penduduk Madyan masih bersambung. Madyan berasal dari keturunan Nabi Ibrahim a.s., sedangkan Bani Israil dari keturunan Nabi Ya’qub bin Nabi Ishaq bin Nabi Ibrahim a.s.

Musa juga mengisahkan tentang Firaun dan kaumnya yang kufur, sewenang-wenang, dan zalim kepada Bani Israil. “Jangan takut dan tenanglah. Perbaiki dirimu. Sungguh engkau telah selamat dari kekuasaan yang zalim dan engkau telah keluar dari kerajaan mereka. Tidak ada raja seperti mereka di negara kami,” kata Syuaib menenangkan Musa setelah mendengar kisah-kisahnya yang membuatnya cemas.

Tiba-tiba Shafura’ berkata, “Wahai ayahku, pekerjakanlah ia untuk menggembala kambing ini. Sungguh ia adalah pekerja yang paling baik karena ia kuat untuk menjaga binatang ternak dan mengurusnya. Ia pun dapat dipercaya dan tidak perlu dikhawatirkan jika ia berkhianat.”

“Apa yang kamu tahu tentangnya?” Tanya Syuaib kepada Shafura’ yang sangat yakin Musa seorang yang kuat dan amanah.

“Ia mampu mengangkat batu yang besar ayah. Padahal, batu itu hanya mampu diangkat oleh sepuluh orang laki-laki.”

“Ketika mendatanginya dan mengajaknya ke rumah memenuhi panggilan ayah, aku berada di depannya. Lalu ia berkata kepadaku, “Berjalanlah di belakangku. Jika aku salah jalan, maka lemparkanlah krikil ke jalan yang benar sebagai petunjukku.”

Baca Juga:  Doa Untuk Mempererat Kasih Sayang Hubungan Suami Istri

Setelah mendengar penjelasan putrinya itu, ternyata Syuaib tidak hanya akan memperkerjakan Musa. Syuaib memiliki rencana lebih dari itu. Syuaib ingin menikahkan salah satu putrinya dengan pemuda shalih di hadapannya.

“Aku ingin menjadi mertuamu dan menikahkanmu dengan salah satu putriku ini. Pilihlah yang kamu inginkan. Mereka adalah Shafura dan Liya. Maharnya adalah engkau menggembala kambingku selama delapan tahun. Jika kamu rela ditambah dua tahun maka itu hakmu. Jika tidak, maka delapan tahun sudah cukup. Aku tidak akan membebanimu setelah itu. Insya Allah, kamu akan mendapatiku termasuk orang yang baik dan lembut dengan tamu.”

Dengan penuh rasa ta’dzim, Musa pun memilih putri sulung Syuaib; Shafura’ dan memilih menyempurnakan waktu pengabdiannya selama sepuluh tahun sebagai maharnya.

“Allah menjadi saksi atas apa yang kita ucapkan,” kata Musa

Sepuluh tahun kemudian, Musa kembali ke kota kelahirannya; Mesir. Di tengah perjalanannya, Allah swt. mengutusnya menjadi seorang rasul.

Kisah pernikahan Nabi Musa dengan Shafura adalah kisah romantis yang tak pernah lekang oleh waktu. Kebersamaan mereka berdua menguatkan Nabi Musa mengemban amanah yang Allah berikan sebagai penyambung risalah-Nya.

Wa Allahu a’lam bis shawab.

[Sumber: Surah Al-Qashah ayat 22-28 dan Kitab At-Tafsir Al-Munir karya Syekh Wahbah Az-Zuhaili juz 20, halaman 79-93, Maktabah Syamilah].

Rekomendasi

memilih pasangan baik mendidik memilih pasangan baik mendidik

Empat Sehat Lima Sempurna Tips Mencari Pasangan

Nasihat Pernikahan Gus Mus Nasihat Pernikahan Gus Mus

Doa untuk Pengantin Baru

tujuan pernikahan tujuan pernikahan

Buat Apa Nikah!?? Ini Tujuan Pernikahan yang Harus Kamu Ketahui

risiko nikah muda risiko nikah muda

Viral Pernikahan Ayah Mertua dengan Ibu Kandung, Apa Hukumnya?

Ditulis oleh

Redaktur Pelaksana BincangMuslimah.Com, Alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pondok Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus-Sunnah

1 Komentar

1 Comment

Komentari

Terbaru

Perjalanan Sri Mulyani dalam Menjaga Stabilitas Keuangan Negara Perjalanan Sri Mulyani dalam Menjaga Stabilitas Keuangan Negara

Perjalanan Sri Mulyani dalam Menjaga Stabilitas Keuangan Negara

Muslimah Talk

Kemenag Gelar Blissful Mawlid “Bincang Syariah Goes to Campus” Ajak Generasi Muda Rawat Bumi Kemenag Gelar Blissful Mawlid “Bincang Syariah Goes to Campus” Ajak Generasi Muda Rawat Bumi

Kemenag Gelar Blissful Mawlid “Bincang Syariah Goes to Campus” Ajak Generasi Muda Rawat Bumi

Berita

Urgensi Jihad Lingkungan dalam Menghadapi Krisis Iklim Global Urgensi Jihad Lingkungan dalam Menghadapi Krisis Iklim Global

Urgensi Jihad Lingkungan dalam Menghadapi Krisis Iklim Global

Muslimah Daily

Stop Sebarkan Surat Wasiat, Foto, dan Video Korban Bunuh Diri di Media Sosial Stop Sebarkan Surat Wasiat, Foto, dan Video Korban Bunuh Diri di Media Sosial

Stop Sebarkan Surat Wasiat, Foto, dan Video Korban Bunuh Diri di Media Sosial

Muslimah Talk

Tidak Ada Kata Terlambat dalam Pendidikan dan Karir bagi Perempuan Tidak Ada Kata Terlambat dalam Pendidikan dan Karir bagi Perempuan

Tidak Ada Kata Terlambat dalam Pendidikan dan Karir bagi Perempuan

Muslimah Talk

Maulid Nabi dan Boneka Pengantin di Mesir  Maulid Nabi dan Boneka Pengantin di Mesir 

Maulid Nabi dan Boneka Pengantin di Mesir 

Khazanah

Pentingnya Pengalaman Perempuan dalam Mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender

Kajian

Tragedi Ibu dan Anak di Bandung, Mengapa Kasus Filisida Masih Terjadi di Indonesia? Tragedi Ibu dan Anak di Bandung, Mengapa Kasus Filisida Masih Terjadi di Indonesia?

Tragedi Ibu dan Anak di Bandung, Mengapa Kasus Filisida Masih Terjadi di Indonesia?

Muslimah Talk

Trending

Pencegahan Gangguan Menstruasi Pencegahan Gangguan Menstruasi

Bolehkah Perempuan Haid Ikut Menghadiri Acara Maulid Nabi?

Kajian

Benarkah Islam Agama yang Menganjurkan Monogami?

Kajian

Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah? Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah?

Memperingati Maulid Nabi dengan Tradisi Marhabanan

Diari

Rahmah El-Yunusiyah: Pahlawan yang Memperjuangkan Kesetaraan Pendidikan Bagi Perempuan

Muslimah Talk

Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah? Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah?

Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah?

Kajian

Doa agar Terhindar dari Bisikan Setan Doa agar Terhindar dari Bisikan Setan

Doa agar Terhindar dari Bisikan Setan

Ibadah

Pentingnya Pengalaman Perempuan dalam Mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender

Kajian

rasuna said pahlawan kemerdekaan rasuna said pahlawan kemerdekaan

Rasuna Said: Pahlawan Kemerdekaan dari Kalangan Santri dan Pejuang Kesetaraan Perempuan Bersenjata Pena

Khazanah

Connect