BincangMuslimah.Com- Jika kamu seorang perempuan yang bekerja, mungkin pernah atau sering mendengar kata-kata seperti ‘perempuan boleh bekerja, tapi jangan lupa dengan kewajibannya sebagai istri atau ibu di rumah.’ Namun, jarang sekali mendengar arahan serupa pada laki-laki bekerja. Atau mungkin langka atau terdengar janggal jika ada yang menyematkan pesan pada laki-laki seperti ‘Laki-laki yang bekerja, jangan lupa kewajiban atau tanggung jawab di rumah.’
Selama ini, selalu menitikberatkan pekerjaan di dalam rumah tangga memang pada perempuan. Menyajikan makanan, mengurusi kebersihan rumah dan mendidik anak-anak seluruhnya pada perempuan. Sedangkan laki-laki atau suami bertanggung jawab mencari nafkah dan membiayai kebutuhan rumah. Di luar dari pada itu, laki-laki tidak punya kewajiban lain.
Dari nasihat ‘perempuan boleh bekerja, tapi jangan lupa dengan kewajibannya sebagai istri atau ibu di rumah’ dapat menyoroti dua poin utama yang penting. Selain beban ganda yang dipikul ibu bekerja, atau ‘utang’ pengasuhan yang sering terlupakan oleh ayah. Pola asuh dan pendidikan, nyatanya bukan tanggung jawab ibu seorang. Ada peran penting ayah di dalam pertumbuhan anak menjadi seorang manusia dewasa.
Beban Ganda Ibu Bekerja
Beban atau peran ganda memang selalu menjadi masalah utama yang sering dihadapi oleh perempuan bekerja sekaligus seorang ibu. Kondisi beban ganda bisa terjadi ketika seorang ibu bekerja mencari nafkah, dan ketika berada di rumah tetap mengurus aktivitas domestik dan mengasuh anak. Semuanya dikerjakan seorang diri.
Kondisi ini berpotensi menyebabkan konflik peran, karena satu orang menjalankan peran lebih dari satu secara sekaligus. Di sisi lain, konflik antara suami istri juga dapat terjadi dan tidak dapat terhindarkan. Ketika terjadi suatu konflik di tengah keluarga terkait beban ganda ibu bekerja, biasanya ada salah satu yang harus berkorban.
Dan umumnya, perempuan atau ibu yang harus mengalah dengan berhenti dari pekerjaan. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman, memang masih sering menemukan masalah ini di tengah masyarakat kita. Walau ibu yang bekerja sudah biasa terlihat di kota-kota besar, tetapi masalah beban ganda pada perempuan masih ditemukan.
Tidak mengherankan jika kata-kata seperti ‘perempuan boleh bekerja, tapi jangan lupa dengan kewajibannya sebagai istri atau ibu di rumah.’ Namun, jarang sekali mendengar arahan serupa pada laki-laki bekerja. Langka atau terdengar janggal jika ada yang menyematkan pesan pada laki-laki seperti ‘Laki-laki yang bekerja, jangan lupa kewajiban atau tanggung jawab di rumah.’
Negara Fatherless
Sebelumnya, ramai di media sosial soal Indonesia yang termasuk sebagai salah satu negara fatherless country di dunia. Lantas apa itu fatherless? Melansir dari website resmi Universitas Gajah Madja (UGM), seorang Psikolog UGM Diana Setiyawati S.Psi, MHSc., Ph.D, Psikolog menyampaikan apa maknanya.
Fatherless country adalah istilah yang disematkan pada negara dengan minimnya keterlibatan ayah dalam kehidupan anak. Salah satu faktor kenapa hal ini bisa terjadi, akibat masih melekatnya budaya patriaki. Di mana hanya perempuan yang bertanggung jawab dalam urusan domestik dan mengurus anak. Sedangkan laki-laki berperan di ranah publik saja.
Siklus ini terus berjalan seperti lingkaran setan. Generasi berikutnya yang terpapar nilai di atas kembali melanjutkan hal tersebut. Dan begitu terus pada keturunan selanjutnya.
Tanggung Jawab Pengasuhan yang Sering Terlupakan oleh Para Ayah
Penting adanya pembagian peran agar rumah tangga tetap berjalan. Namun, ada beberapa hal yang kerap terlupakan. Seperti pekerjaan domestik di dalam rumah tangga tidak selalu menjadi urusan ibu yang harus menanganinya, atau perempuan. Dan yang terpenting, ayah juga punya tanggung jawab pengasuhan pada anak-anak.
Ayah, punya tanggung jawab mengasuh dan mendidik anak di rumah. Peran ayah tidak tunggal, yaitu pencari nafkah, menjemput rezeki untuk kebutuhan materi saja. Laki-laki di dalam rumah tangga tidak sekadar pelengkap semata, namun juga sebagai pembimbing utama dalam kehidupan seorang anak.
Selain ibu, ayah perlu menjadi teman bermain bagi anak. Selama tahun-tahun awal kehidupan anak, berinteraksi dan bermain menjadi aktivitas yang penting untuk anak. Keduanya diketahui punya manfaat besar bagi perkembangan motorik (fisik) dan kognitif (kecerdasan) anak.
Di sisi lain, sama halnya dengan ibu, ayah juga punya peran menjadi pendidik yang baik sekaligus memberikan teladan untuk menanamkan nilai-nilai penting. Seperti penguatan karakter, keimanan (keagamaan), norma dan sosial yang berlaku, hingga nilai benar dan salah.
Jadi, masyarakat sudah tidak bisa membebankan peran pengasuhan hanya pada salah satu orang tua. Kedua orang tua, ayah dan ibu punya peran dalam pengasuhan anak. Peran ayah bersifat krusial, karena keberhasilan anak entah dari segi kemandirian dan daya lenting mengarungi kehidupan tidak hanya hasil kerja keras ibu. Tapi juga dari buah cinta dan upaya seorang ayah.
Dampak Pengasuhan dari Seorang Ayah
Masih pernyataan dari Psikolog UGM, Diana Setiyawati, menjelaskan seberapa besar dampak peran pengasuhan dari seorang ayah. Hadirnya ayah dalam pengasuhan mendorong kemampuan anak dari sisi eksekutif. Di mana pengendalian ini berisi tentang kemampuan pengendalian diri, problem solving, hingga perencanaan.
Sosok ayah dalam pola asuh juga dapat membantu perkembangan emosi anak. Hubungan positif antara anak dan ayah dapat membuat proses emosi anak jauh lebih matang. Sehingga kelak, anak mampu mengelola dan mengekspresikan emosinya. Tanpa adanya kemampuan ini, anak bakal rentan terpapar hal negatif dan berpotensi mengalami masalah gangguan kesehatan mental di kemudian hari.
Selain itu ia mengungkapkan, hilangnya peran ayah di dalam tanggung jawab pengasuhan membuat anak lebih rentan terjebak dalam masalah moral hingga kenakalan remaja.
Tidak hanya itu, peran ayah dalam pengasuhan anak juga memengaruhi pembentukan identitas identitas seksual sang buah hati. Ayah memberikan gambaran perbedaan gender, di mana ayah menjadi role model ketika menjalankan peran sebagai laki-laki.
Jika tidak mendapatkan hal ini dalam pengasuhan, tentunya dapat memengaruhi kehidupan sang anak di kemudian hari. Bahkan, ucapnya, banyak anak yang menjadi korban kekerasan seksual karena kehilangan sosok seorang ayah dalam tumbuh kembangnya. Oleh karena itu, dapat kita ambil kesimpulan bahwa peran ayah dalam pengasuhan punya peran penting, sama seperti ibu.
Keterlibatan ayah dalam pola asuh bisa bermacam-macam, seperti melakukan kegiatan bersama, membangun komunikasi interaktif dengan anak, mengasuh, dan selalu ada untuk sang buah hati.
Link
Rekomendasi
