Ikuti Kami

Ibadah

Tantangan dan Solusi Menjalani I’tikaf di 10 Hari Terakhir Ramadhan

tantangan menjalani i'tikaf ramadhan
Source: gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – I’tikaf merupakan ibadah mudah dan ringan pahala. Dengan niat berdiam diri di masjid dan berdzikir memberikan hikmah yang besar bagi tiap muslim yang menjalankan. Meski dianggap ringan, tantangan menjalani ibadah i’tikaf selalu ada terutama yang beriringan dengan momen berburu malam lailatul qadar di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Karena kerahasiaannya, umat muslim sering mengisinya dengan kegiatan I’tikaf di masjid.

Demikian pula yang diteladankan oleh Nabi Muhammad saw. dalam sebuah riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata:

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: «كَانَ النَّبِيُّ- صلى الله عليه وسلم- يَعْتَكِفُ فِي كُلِّ رَمَضَانَ عَشْرَةَ أيَّامٍ، فَلَمَّا كَانَ العَامُ الَّذِي قُبِضَ فِيهِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْماً». أخرجه البخاري

Artinya: ‘Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam i’tikaf pada setiap Bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Maka tatkala pada tahun yang beliau wafat padanya, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam i’tikaf selama dua puluh hari. (HR. al-Bukhari no. 2044.)

Namun dari sisi lain,  ibadah I’tikaf seringkali kurang mendapat perhatian dan jarang dijalankan oleh kebanyakan muslim karena kesibukan di luar maupun kurangnya ghirah dalam melawan rasa bosan. Hal ini yang kemudian akan berkaitan dengan tata kelola hati, mental dan fisik yang harus disiapkan dalam menjalani i’tikaf.

Tantangan Saat  I’tikaf 

Hakikatnya, tantangan dalam ibadah hanya ada pada diri seorang muslim yang kurang memprioritaskan Allah dalam hatinya. Yang sebenarnya  ada adalah ujian ketaatan baginya untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang hamba. Itu sebabnya salahsatu dari tiga tingkatan sabar adalah sabar dalam ketaatan.

Dalam kesederhanaan I’tikaf, kita hanya perlu untuk menghadirkan fokus dengan melafalkan kalimat-kalimat dzikir dan mengisi dengan hal-hal manfaat lain. Sebagaimana kitab al-Fiqhul Manhaji ‘ala Madzhabil Imam asy-Syafi’i menjelaskan beberapa kesunnahan dalam i’tikaf, di antaranya:

  1. Melakukan amalan sunnah (memperbanyak membaca dzikir, membaca Al-Qur’an, dan mempelajari ilmu pengetahuan).
  2. Dianjurkan dalam situasi bulan ramadhan dan kondisi berpuasa. (karena berpotensi tingginya ghirah dan fokus ibadah serta menahan hawa nafsu).
  3. I’tikaf dilakukan di masjid jami’, yaitu masjid yang biasa digunakan untuk mendirikan shalat Jumat. 
  4. Menjaga lisan dari berbicara buruk. 
Baca Juga:  Umur Perempuan Haid dalam Fiqih

Namun seringkali dalam pelaksanaannya kita akan diuji dengan rasa kantuk, bosan, bahkan juga lelah. Perkara tersebut wajar dan sangat manusiawi. Yang bisa kita kendalikan adalah bagaimana kita menyikapi dan mencari alternatif dalam mengatasinya.

Tantangan dalam menjalani i’tikaf, khususnya di bulan Ramadhan, termasuk menghidupkan amalan sunnah di dalamnya ini juga berkaitan erat dengan durasi pelaksanaan i’tikaf. Di mana sebenarnya tidak ada batasan waktu tertentu untuk durasi minimal i’tikaf dan masih menjadi perdebatan di kalangan ulama. Namun,  pendapat yang mendekati shahih adalah sehari atau semalam.

Solusi Menghadapi Ujian Ketaatan Saat I’tikaf

Dalam mengelola dan mengatasi rasa bosan di sela ibadah tak hanya menyoroti urusan hati, namun juga mental dan fisik. Tak bisa memungkiri, urusan hati memang menjadi pionir utama karena hati yang bersih akan menumbuhkan ghirah atau keinginan kuat dalam mengerjakan ibadah.

Adapun kaitannya dengan mental dan fisik, bisa kita persiapkan melalui beberapa hal yang bisa kita kendalikan:

  • Membaca kitab atau buku pengetahuan

Dalam kondisi ini, seseorang tersebut tetap sah dalam niat awalnya beri’tikaf. Karena mempelajari buku terlebih perihal pengetahuan agama juga merupakan sarana memahami ilmu Allah. Aktivitas ini juga menjadi sarana membangkitkan motivasi diri dan memupuk spiritualitas dalam mental serta hati kita. Hal tersebut bisa menjadi alternatif mengatasi rasa bosan saat beri’tikaf karena kinerja otak akan berjalan untuk mengolah kata demi kata menjadi sebuah pemahaman.   

  • Memanfaatkan Media Digital 

Batasan pemanfaatan media digital ini juga bukan sembarangan dan hanya main-main saja. Kita bisa memanfaatkan gawai kita untuk membaca atau mengulang hafalan Alquran, mendalami sirah Nabi maupun keilmuan lainnya, baik melalui video maupun tulisan. Dan dengan catatan tidak mengganggu orang yang sedah i’tikaf di sekitarnya. 

  • Stretching atau peregangan otot
Baca Juga:  Kapan Batas Akhir Qadha Puasa Tahun Lalu Bagi Perempuan?

Melansir dari Kompas.com, salah satu tips bugar saat melaksanakan I’tikaf  menurut Dr. Samsul pakar ITB adalah bisa diselingi dengan stretching untuk meregangkan otot-otot yang tegang, kaku dan pegal. Aktivitas ini akan sangat membantu memulihkan kembali sistem saraf yang tegang dan  membangkitkan kembali sebagian energi dalam tubuh.

  • Istirahat dan gizi yang cukup

Tak hanya mental dan hati, kondisi fisik sangat perlu diperhatikan dalam persiapan I’tikaf, terutama saat bulan puasa. Akumulasi dari asupan makanan, nutrisi dengan energi dikeluarkan saat berbuka dan sahur hendaknya diperhatikan. Tak lupa juga air putih dan vitamin yang membantu stabilisasi cadangan energi saat puasa atau I’tikaf. 

  • Bersuci ke kamar mandi

Sebagaimana riwayat Rasulullah kepada Sayyidah Aisyah, beliau membolehkan Aisyah untuk keluar masjid bahkan dalam hal untuk makan dan minum serta keperluan mendesak lainnya; mandi cuci kakus (MCK). Aisyah –radhiyallahu ‘anha- berkata: 

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا اعْتَكَفَ يُدْنِى إِلَىَّ رَأْسَهُ فَأُرَجِّلُهُ وَكَانَ لاَ يَدْخُلُ الْبَيْتَ إِلاَّ لِحَاجَةِ الإِنْسَانِ

Artinya: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, ketika beri’tikaf mendekatkan kepalanya (kepada Aisyah yang berada di kamar di luar masjid), lantas saya menyisir rambut Beliau. Beliau tidaklah kembali ke rumahnya, melainkan karena adanya hajat manusiawi. (HR. Abu Dawud).

Diperbolehkan pula untuk berwudhu atau sekedar membasuh muka yang mengharuskan keluar dari masjid, dengan maksud menghilangkan kantuk dan melanjutkan kembali ibadah i’tikafnya. 

Demikian tadi beberapa tantangan dan solusi menjalani i’tikaf terutama di 10 hari bulan Ramadhan. Persiapan tersebut dimulai dari menata hati, mental dan fisik dengan baik sebagai upaya merawat tradisi dan sunnah rasul yakni beri’tikaf. Semoga kita semua tetap diberikan keistiqomahan dan ghirah yang tinggi dalam menjaga kewajiban kita sebagai hamba, yakni beribadah kepada Allah Swt.

Rekomendasi

kisah puasa sayyidah maryam kisah puasa sayyidah maryam

Memetik Hikmah dari Kisah Puasa Sayyidah Maryam dalam Alquran

Tafsir Surah an-Nisa Ayat 4: Hukum dan Ketentuan Mahar dalam Pernikahan Tafsir Surah an-Nisa Ayat 4: Hukum dan Ketentuan Mahar dalam Pernikahan

Hikmah Disyariatkannya Puasa di Bulan Turunnya Alquran

alat bantu pernapasan puasa alat bantu pernapasan puasa

Apakah Menggunakan Alat Bantu Pernapasan Membatalkan Puasa?

Hukum Melakukan Puasa Wishal Hukum Melakukan Puasa Wishal

Hukum Melakukan Puasa Wishal

Ditulis oleh

Mahasiwi Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Mahasantriwati Pesantren Luhur Sabilussalam.

1 Komentar

1 Comment

Komentari

Terbaru

Surah ar-Ra’du Ayat 28: Menjaga kesehatan Mental dengan Berzikir Surah ar-Ra’du Ayat 28: Menjaga kesehatan Mental dengan Berzikir

Surah al-Ra’du Ayat 28: Menjaga kesehatan Mental dengan Berzikir

Muslimah Daily

Dua Pendapat Imam As-Syafi’i Mengenai Air Musta’mal Dua Pendapat Imam As-Syafi’i Mengenai Air Musta’mal

Dua Pendapat Imam As-Syafi’i Mengenai Air Musta’mal

Ibadah

Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan

Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan

Berita

Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga

Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga

Berita

Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif

Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif

Berita

Apakah Komentar Seksis Termasuk Pelecehan Seksual?

Diari

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Trending

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Siapa yang Paling Berhak Memasukkan Jenazah Perempuan Ke Kuburnya?

Ibadah

keadaan dibolehkan memandang perempuan keadaan dibolehkan memandang perempuan

Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

Kajian

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak

Hukum Orangtua Menyakiti Hati Anak

Keluarga

ayat landasan mendiskriminasi perempuan ayat landasan mendiskriminasi perempuan

Manfaat Membaca Surat Al-Waqiah Setiap Hari

Ibadah

Connect