Ikuti Kami

Berita

ICONIST 2023: Prof. Minako Kritisi Kesetaraan Gender yang Salah Kaprah

Kesetaraan gender salah kaprah
Prof. Minako Sakai, Ph.D dalam acara International Conferences on Interreligious Studies, Sciences and Technology (ICONIST) 2023

BincangMuslimah.Com – Pernyataan mengenai perempuan berhak menjadi pemimpin, bebas berkarir tinggi, atau menjadi aktivis sudah sering kita dengar. Seiring berjalannya waktu, muncul pemikiran bahwa perempuan akan dianggap setara dengan laki-laki jika perempuan memiliki karir yang bagus sama seperti laki-laki atau pendapatannya sama bahkan melebihi laki-laki. Pemahaman kesetaraan gender seperti inilah yang salah kaprah dan disinggung oleh Prof. Minako Sakai, Ph.D dalam acara International Conferences on Interreligious Studies, Sciences and Technology (ICONIST) 2023, Senin [06/11].

Menurut Minako, kesetaraan gender bukan tentang keharusan perempuan mempunyai karir bagus atau pendapatan tinggi yang memang biasanya dilabelkan pada laki-laki. Kesetaraan bukan berarti menuntut perempuan sama seperti laki-laki dari segi karir maupun pendapatan. Lebih dari itu, kesetaraan gender berfokus pada apa yang dirasakan perempuan terhadap perannya. Dengan rasa bangga terhadap pilihan sendiri inilah perempuan merasa terberdayakan. 

“Penelitian saya fokus terhadap bagaimana perempuan menikmati perannya. Apakah mereka bahagia dengan karir yang baik dan pendapatan yang tinggi? Jika ternyata apa yang diraihnya bukan atas dasar kemauan sendiri, itu bukan empowerment of women namanya,” ujarnya. 

Faktanya, karir yang cemerlang dan pendapatan yang tinggi bukan jaminan seseorang akan merasakan kebahagiaan dan merealisasikan kesetaraan gender. Meskipun seseorang memiliki pendapatan besar, tapi atas dasar tuntutan lingkungan, sebenarnya ia belum sepenuhnya merdeka. Ia masih terbelenggu dengan tuntutan masyarakat, belum bebas. Pada intinya, kesetaraan gender terealisasi jika perempuan mempunyai kebebasan memilih.

Meluruskan Klaim Barat: Agama Mengekang Perempuan

Dosen Uiversitas New South Wales ini juga membantah klaim orang-orang Barat yang menganggap bahwa aturan agama mengekang kebebasan perempuan seperti kewajiban menutup kepala dengan hijab. Mereka menentang hijab karena diklaim sebagai bentuk pengekangan terhadap kebebasan berpakaian perempuan. Padahal sejatinya berhijab atau tidak adalah pilihan. 

Baca Juga:  Pelaksanaan KUPI II di Jepara Bertepatan dengan Peringatan 16 Hari Anti Kekerasan Perempuan

Dari awal, perempuan mempunyai kebebasan apakah dia ingin mengikuti ajaran agama atau tidak. Jadi, ketika dia memilih ajaran agama untuk mengenakan hijab kemudian merasa bahagia dengan itu, berhijab inilah bentuk kebebasan bagi dirinya. Faktanya, dengan berhijab ada merasa lebih religius dan ada juga yang merasa lebih cantik.

Memilih mengenakan hijab adalah pilihan mereka, bukan paksaan. Mereka sendirilah yang memilih untuk taat dengan ajaran agamanya. Padahal mereka juga mempunyai kesempatan untuk meninggalkan tuntutan agama tadi. Jadi, kita tidak boleh mengatakan perempuan berhijab itu dipaksa oleh agama.

“Mereka anggap bahwa hijab itu paksaan. Saya tidak berpikir seperti itu. Perempuan yang berhijab bangga dengan identitas mereka. Hijab penting bagi muslimah karena mereka merasa cantik,” ungkapnya.

Bukan Patriarki, Khadijah dan Asiyah Bukti Gender Equality Role Model dalam Islam

Perempuan berdarah Jepang ini juga menjelaskan sosok Sayyidah Khadijah dan Sayyidah Aisyah dalam bukunya Women Entrepreneurs and Business Empowerment in Muslim Countries. Menurut Minako, keduanya adalah dua role model di antara sekian banyak tokoh muslimah yang menegaskan bahwa Islam menganggap laki-laki maupun perempuan sama. Menelaah kembali kisah-kisah mereka, kita bisa menyeleraskan antara aturan-aturan Islam yg dianggap patriarki, sebenarnya juga bisa mencapai gender equality. 

Pertama, Sayyidah Khadijah

Sayyidah Aisyah adalah sosok ibu yang baik, istri yang pengertian, dan perempuan dengan karir yang cemerlang. Ia mempunyai kontribusi besar bagi umat Islam dalam mendukung dakwah Nabi saw tanpa mengenyampingkan tugas menjalankan kewajibannya sebagai istri. Selain berperan dalam ranah domestik, sosoknya juga tak kalah hebat memainkan peran dalam ranah publik. 

Kedua, Sayyidah Asiyah

Sayyidah Aisyah, sosoknya dikenal sebagai ibu yang baik dan istri yang dicintai suaminya. Ia juga menghafal banyak hadis yang menjadi rujukan bagi banyak untuk umat. Banyak sahabat yang bertanya terkait masalah keagamaan kepadanya. 

Baca Juga:  Rasuna Said: Pahlawan Kemerdekaan dari Kalangan Santri dan Pejuang Kesetaraan Perempuan Bersenjata Pena

Setelah memahami rincian di atas, semoga pemahaman tentang kesetaraan gender tidak salah kaprah lagi. Kesetaraan gender bukan diartikan ‘sama’, melainkan kebebasan untuk memilih sesuai keinginan. Islam bukan agama yang mengekang kebebasan perempuan, melainkan mendukung perempuan untuk aktif, baik di ranah domestik maupun publik.

Rekomendasi

Masriyah Amva dan Kepemimpinan Perempuan di Pesantren Masriyah Amva dan Kepemimpinan Perempuan di Pesantren

Masriyah Amva dan Kepemimpinan Perempuan di Pesantren

Pray the Devil Back Pray the Devil Back

Pray the Devil Back to Hell, Cerita Powerfull Perempuan Mengusung Perdamaian

Fatimah Al-Banjari: Ulama Perempuan Pengarang Kitab Parukunan

Nushrat al-Amin Nushrat al-Amin

Sayyidah Nushrat al-Amin: Mufassir Perempuan Pertama dengan Karya 30 Juz

Ditulis oleh

Sarjana Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pegiat Kajian Bidang Fikih.

Komentari

Komentari

Terbaru

Surah ar-Ra’du Ayat 28: Menjaga kesehatan Mental dengan Berzikir Surah ar-Ra’du Ayat 28: Menjaga kesehatan Mental dengan Berzikir

Surah al-Ra’du Ayat 28: Menjaga kesehatan Mental dengan Berzikir

Muslimah Daily

Dua Pendapat Imam As-Syafi’i Mengenai Air Musta’mal Dua Pendapat Imam As-Syafi’i Mengenai Air Musta’mal

Dua Pendapat Imam As-Syafi’i Mengenai Air Musta’mal

Ibadah

Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan

Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan

Berita

Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga

Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga

Berita

Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif

Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif

Berita

Apakah Komentar Seksis Termasuk Pelecehan Seksual?

Diari

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Trending

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Siapa yang Paling Berhak Memasukkan Jenazah Perempuan Ke Kuburnya?

Ibadah

keadaan dibolehkan memandang perempuan keadaan dibolehkan memandang perempuan

Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

Kajian

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak

Hukum Orangtua Menyakiti Hati Anak

Keluarga

ayat landasan mendiskriminasi perempuan ayat landasan mendiskriminasi perempuan

Manfaat Membaca Surat Al-Waqiah Setiap Hari

Ibadah

Connect