Ikuti Kami

Kajian

Gangguan Kesehatan Mental Bukan Karena Kurang Iman

Ada juga yang memberikan tudingan jika mereka yang mengalami gangguan kesehatan mental merupakan manusia kurang iman, kurang mendekatkan
credit: photo gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Isu kesehatan mental belakangan mulai ramai jadi pembahasan. Dahulu, masyarakat kita jarang hingga tabu membahas soal keadaan psikis. Namun dalam beberapa waktu terakhir, kesehatan mental mulai disuarakan. 

Gangguan kesehatan mental dapat berujung pada depresi hingga tindakan yang dapat menyakiti diri sendiri. Biasanya, depresi muncul dimulai rasa sedih dan stres terhadap suatu masalah.

Pada umumnya stres merupakan hal yang lumrah dan terhitung wajar pada setiap orang. Stres merupakan reaksi fisik dan psikis akibat adanya perubahan pada lingkungan, sehingga perlu ada usaha untuk penyesuaian. 

Hampir semua orang pernah merasakan stres. Namun jika tidak dituntaskan dapat memberikan efek yang mengganggu kesehatan tubuh. Selain kondisi fisik terganggu, stres dapat berakhir pada depresi tadi. 

Dan perempuan, menjadi kelompok yang paling rentan mengalami gangguan kesehatan mental ini. Dilansir dari Tirto.id, ada tiga kelompok perempuan yang berisiko alami gangguan mental jika dilihat berdasarkan skor kecemasan. 

Pertama ibu rumah tangga yang memiliki angka hingga 47 persen. Kedua adalah ibu yang juga memiliki posisi sebagai pencari nafkah yaitu 39 persen. Terakhir, perempuan yang bekerja dan tidak memiliki anak, di angka 37 persen. 

Data ini tidaklah mengherankan. Pasalnya, banyak hal yang dihadapi oleh perempuan. Stigma dan diskriminasi yang menekan, tuntutan sosial dan lingkungan yang menyesakkan, hingga kekerasan yang tidak terelakkan. 

Kesulitan ekonomi pun dapat berujung pada tekanan, berakhir pada kekerasan fisik dan mental. Perempuan korban kekerasan perempuan apa lagi. Tidak ada dukungan sosial dan lemahnya daya lenting membuat mereka yang depresi kerap mengambil jalan nekat. Mengakhiri hidup atau menyakiti orang lain. 

Namun bukan berarti laki-laki tidak pernah mengalami gangguan kesehatan mental. Toxic masculinity, dan peran-peran sosial yang disandarkan pada pundak laki-laki juga dapat menjadi muasal munculnya depresi. 

Baca Juga:  Patriarkis: Sebuah Upaya Pembiasan Tafsir

Peran berat yang kerap dipanggul oleh laki laki misalnya dituntut menjadi seorang pemimpin sesuai standar yang telah ditentukan. Harapan keluarga besar, hingga peran-peran sosial lain bersifat tradisional yang mengatur kehidupan laki-laki. Keduanya sama-sama memberikan pressure yang berakhir pada depresi.

Mereka yang alami depresi, terkadang memiliki beberapa tanda yang bisa dilihat secara kasat mata. Perubahan nafsu makan, serangan kecemasan, mengalami gangguan tidur, gamang mengambil keputusan dan sulit merasa berkonsentrasi.

Di satu sisi, tanda orang-orang yang mengalami depresi kerap muncul perasaan tidak berguna. Sulit mengambil keputusan, hingga tidak bergairah untuk melakukan aktivitas apapun.  

Sayangnya, meski fenomena kepedulian terhadap isu kesehatan mental telah menggelora, masih saja ada anggapan miring dari masyarakat kita. Tidak sedikit yang mengatakan jika depresi disebabkan kurangnya kadar iman seseorang. 

Ada juga yang memberikan tudingan jika mereka yang mengalami gangguan kesehatan mental merupakan manusia kurang iman, kurang mendekatkan diri kepada Allah, lemah, tidak berusaha dan sakit jiwa.

Anggapan ini sudah seharusnya dienyahkan. Selain bersifat menghakimi, persepsi ini justru dapat memperparah keadaan. Padahal mereka yang mengalami depresi sangat membutuhkan pertolongan. 

Pada sebuah kasus, ada orang yang begitu taat pada Allah dan taat dalam beribadah, tapi rutin ia melakukan konsultasi ke pihak profesional seperti psikolog untuk mengatasi isu kesehatan mentalnya. 

Beberapa kawan pun pernah mengalami suatu masalah yang berujung pada stres berat, padahal kedalaman pemahamannya terhadap agama tidak diragukan lagi. Setiap orang memiliki tingkat masalah yang berbeda, bagaimana memahami suatu masalah sampai daya lenting dalam menyelesaikan permasalah.  

Ketahanan dan kemampuan seseorang dalam mengurai masalah pada awalnya dibentuk oleh lingkungan sekitar. Dimulai dari zaman ia masih kanak-kanak. Sehingga tidak dapat dipukul rata respon apa yang dihasilkan saat alami depresi. 

Baca Juga:  Jika Laki-laki Dapat Bidadari Surga, Apakah Perempuan Dapat Bidadara?

Islam dengan Isu Kesehatan Mental

Jika boleh berpendapat, penulis merasa jika gangguan kesehatan mental bukan sekedar karena kurang iman atau penyebab utamanya bukanlah karena kadar keimanan. Mengingat pada kasus di lapangan, masih ada yang belum mampu mengurai depresi yang diidapnya.

Namun, gangguan kesehatan mental seperti depresi dapat mempengaruhi kadar keimanan seseorang. Misalnya saat mengalami depresi, kualitas dan kuantitas ibadah menurun. Selain itu gampang terbuai bujukan setan untuk melakukan hal yang dilarang misalnya bunuh diri atau menyakiti orang lain. 

Di sisi lain, Islam memang memberikan beberapa cara saat menghadapi pelbagai masalah yang tidak dapat teruraikan. Salah satunya adalah mengingat akan Allah. Hal ini disampaikan banyak di dalam Al-Quran. 

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ   

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”

Menurut Zubadut Tafsir Min Fathil Qadir oleh Syaikh dr Muhammad Sulaiman Al-Asyqar, Mudaris Tafsir Universitas Islam Madinah, memiliki makna, hati akan menjadi tenang ketika mengingat Allah. 

Berbagai upaya yang bisa dilakukan dengan mengingat Allah seperti berzikir baik secara lisan atau melalui qalbu, di dalam hati. Dapat pula dengan membaca Al-Quran, bertahmid, bertahlil dan sebagainya. 

Dengan mengingat Allah, diri merasa tidak sendiri. Ada tempat bernaung dan meminta pertolongan. Sehingga muncul rasa aman dan ketenangan. Di sisi lain, pergi ke pihak profesional atau psikolog juga merupakan sebuah ikhtiar. 

Hal ini serupa saat seseorang yang tengah sakit atau demam pergi ke dokter. Psikis kadang butuh dokter untuk mengobati. Bedanya penyakit fisik nampak oleh kasat mata. Sedangkan psikis tidak tampak, namun dapat berpengaruh pada kesehatan fisik. 

Baca Juga:  Cinta Tanah Air adalah Sunah Rasul

Selain itu jangan sungkan untuk berbagi cerita pada orang terdekat. Dan bagi yang melihat ada tanda-tanda depresi pada orang di sekitar, maka cobalah untuk menawarkan bantuan. Minimal menjadi pendengar yang baik dan tidak mengklalim orang yang terkena gangguan mental adalah orang yang kurang iman.

 

Disclaimer: Pembaca yang merasa memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan melakukan percobaan bunuh diri, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa. Anda bisa menghubungi .Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes (021-500-454).

Rekomendasi

Merawat Kesehatan Mental Merawat Kesehatan Mental

Tiga Metode Merawat Kesehatan Mental dalam Islam

Ruqyah Pemulihan Kesehatan Mental  Ruqyah Pemulihan Kesehatan Mental 

Terapi Ruqyah untuk Pemulihan Kesehatan Mental 

Daily Dose of Sunshine: Daily Dose of Sunshine:

Daily Dose of Sunshine: Gangguan Kesehatan Mental Bukan Aib

Menjaga Kesehatan Mental Perspektif Alquran dan Hadis Menjaga Kesehatan Mental Perspektif Alquran dan Hadis

Menjaga Kesehatan Mental Perspektif Alquran dan Hadis

Ditulis oleh

Melayu udik yang berniat jadi abadi. Pernah berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan Jurnalistik (2014), aktif di LPM Institut (2017), dan Reporter Watchdoc (2019). Baca juga karya Aisyah lainnya di Wattpad @Desstre dan Blog pribadi https://tulisanaisyahnursyamsi.blogspot.com

2 Komentar

2 Comments

Komentari

Terbaru

Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan

Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan

Berita

Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga

Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga

Berita

Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif

Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif

Berita

Apakah Komentar Seksis Termasuk Pelecehan Seksual?

Diari

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Muslimah Talk

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Trending

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Siapa yang Paling Berhak Memasukkan Jenazah Perempuan Ke Kuburnya?

Ibadah

keadaan dibolehkan memandang perempuan keadaan dibolehkan memandang perempuan

Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

Kajian

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak

Hukum Orangtua Menyakiti Hati Anak

Keluarga

ayat landasan mendiskriminasi perempuan ayat landasan mendiskriminasi perempuan

Manfaat Membaca Surat Al-Waqiah Setiap Hari

Ibadah

Connect