Ikuti Kami

Kajian

Patriarkis: Sebuah Upaya Pembiasan Tafsir

ayat landasan mendiskriminasi perempuan
Source: gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam peran kepemimpinan politik, otoritas moral, hak sosial dan penguasaan properti. Mereka yang menganut sistem ini tidak jarang menggunakan dalih keagamaan serta memberi interpretasi terhadap teks-interpretasi yang lahir dari kesan atau pandangan lama ketika perempuan masih dilecehkan oleh dunia masa lalu.

Sebaliknya, mengutip Quraish Shihab dalam buku Perempuan, mereka yang memberi hak-hak yang melebihi kodrat mereka tidak jarang juga mengalami bias ketika berhadapan dengan teks-teks keagamaan dengan menggunakan logika baru yang keliru lagi tidak sejalan dengan teks, jiwa dan tuntunan agama.

Beberapa interpretasi terhadap ayat Al-Qur’an dan teks-teks Hadis dinilai melahirkan sistem patriarki yang merupakan produk budaya masa lalu. Ada pandangan yang menyatakan bahwa perempuan dilarang ke masjid. Pandangan ini salah satunya bersumber dari Hadis yang diriwayatkan Aisyah, Rasulullah bersabda;

وَصَلَاتُكِ فِي بَيْتِكَ خَيْرٌ مِنْ صَلَاتِكِ فِي حُجْرَتِكِ، وَصَلَاتُكِ فِي حُجْرَتِكِ خَيْرٌ مِنْ صَلَاتِكِ فِي دَارِكِ، وَصَلَاتُكِ فِي دَارِكِ خَيْرٌ مِنْ صَلَاتِكِ فِي مَسْجِدِ قَوْمِكِ، وَصَلَاتُكِ فِي مَسْجِدِ قَوْمِكِ خَيْرٌ مِنْ صَلَاتِكِ فِي مَسْجِدِ

“Shalatmu (perempuan) di bilikmu lebih baik daripada shalatmu di kamarmu. dan shalatmu di kamarmu lebih baik daripada shalatmu di rumahmu, dan shalatmu di rumahmu lebih baik daripada shalatmu di masjid kaummy dan shalat di masjid kaummu itu lebih baik daripada shalat di masjidku” (HR. Ibnu Hibban)

Menurut Muhammad Ibn Sa’id Ibn Habib dalam kitab Al-Mudawwanah Al-Kubrā, hadis di atas menunjukkan bahwa perempuan lebih baik salat di rumah dari pada di masjid. Padahal Hadis Aisyah di atas, merupakan bagian dari sadd  dharī’ah, Karena waktu itu perempuan enteng terhadap batasan-batasan syariat dalam ziarah masjid.

Baca Juga:  Tafsir Al-Humazah Ayat 1; Peringatan untuk Orang yang Suka Menghujat

Dan tokoh-tokoh ulama fikih di Madinah dan selain Madinah –sepanjang perjalanan sejarah- tidak pernah  berpandangan bahwa larangan Aisyah tersebut mengubah hukum asal.

Imam Madinah, yakni Malik (Sebentar setelah masa Aisyah) berkata: ketika ia ditanya tentang larangan perempuan pergi ke masjid, ia menjawab : “perempuan tidak dilarang datang (keluar) ke masjid”.

Dalam Fath al-Bārī, Ibnu Hajar berkata bahwa sebagian ulama berpegangan pada perkataan Aisyah dalam melarang perempuan secara mutlak.

Sementara sebagaimana termaktub dalam Al-Mahalli bi al-athar, Auda juga mengutip perkataan Ibn Hazm yang berkomentar tentang Hadis tersebut, bahwa Hadis tersebut tertentu untuk sebagian perempuan saja. Maka mustahil melarang kebaikan pada orang yang tak pernah melakukan hal yang sama dengan perempuan yang dimaksud dalam Hadis tersebut.

Selain Ibnu Hazm, Auda juga mengutip perkataan Ibnu Qudamah dalam al-Mughni, bahwa sunah rasul lebih berhak untuk diikuti, sedangkan perkataan Aisyah hanya tertentu pada perempuan tertentu pada waktu itu, bukan lainnya.

Terdapat pula pandangan bahwa lewatnya perempuan di depan laki-laki yang sedang salat dapat memutus salatnya bahkan ada yang menduga kuat laki-laki tersebut harus mengulangi salatnya. Pandangan tersebut tentu menyalahi makna mutawatir tentang masjid rasul. Dalam sebuah riwayat terdapat Hadis dari beberapa Hadis sahih yang diriwayatkan Abi Hurairah dan Abi Dzar bahwa Nabi bersabda; perempuan, anjing dan keledai dapat memutus salat seseorang.

Akan tetapi riwayat-riwayat Hadis tersebut bertentangan dengan riwayat Hadis lain bahkan Abu Hurairah sendiri pernah meriwayatkan Hadis dari Nabi Muhammad; bahwa perempuan, anjing maupun keledai tidak memutus salat. Tapi keabsahan Hadis tersebut tidak terbukti. Hal ini disinggung oleh Jasser Auda dalam kitabnya yang berjudul Asilah Haula al-Mar’ah wa al-Masjid.

Selain contoh di atas, terdapat pula beberapa hadis mesoginis yang terkesan menyudutkan kedudukan perempuan.  Misalnya:

Baca Juga:  BH dan Pandangan Misoginis Terhadap Perempuan

خَالِفُواالنِّسَاءَ فَاِنَّ فِيْ خِلَافِهِنَّ بَرَكَةً

Berbeda pendapatlah dengan perempuan karena dalam berbeda dengan mereka terdapat keberkahan” (HR. Al-Askari melalui Umar ra.)

Ada lagi riwayat yang menyatakan:

طَاعَةُ النِّسَاءِ نَدَامَةٌ

 “Menaati saran perempuan akan berujung penyesalan” (HR. Al-Ajluni)

Bahkan ada riwayat yang menyatakan:

أَعْدَى عَدُوِّكَ زَوْجَتُكَ الَّتِيْ تُضَاجِعُكَ

“Musuhmu yang paling utama adalah istrimu yang sepembaringan denganmu” (HR. Ad-Dailami melalui Abu Malik al-Asyari)

Riwayat di atas (dan semacamnya) sangat lemah baik dari segi sanad lebih-lebih dari segi matan. Bukankah Nabi Muhammad sendiri sering mengajak istri-istri beliau untuk berdiskusi? Bukankah Khadijah yang memberikan saran pada Nabi perihal wahyu pertama beliau?

Bukankah beliau juga menerima saran istri beliau yang lain-Ummu Salamah ra.- ketika beliau gundah melihat sikap sementara sahabat yang enggan bertahallul setelah perjanjian Hudaibiyah?

Riwayat terakhir yang mengatakan bahwa istri adalah musuh utama bagi suami, hal ini tentu tidak selaras dengan perintah Allah dan sunah Rasul untuk menikah. Lalu apa guna menikah apabila istri dijadikan musuh? Padahal dalam Al-Qur’an Allah telah menjelaskan bahwa pernikahan disyariatkan agar tercapai sakinah/ketenangan lahir dan batin (Lihat Al-Rum ayat 21). Dan masih terdapat literatur agama lainnya yang melahirkan sikap-sikap yang menyudutkan perempuan ataupun menjadikan perempuan sebagai makhluk dunia kelas bawah.

Dari beberapa kajian di atas maka dalam memahami literatur-literatur agama diperlukan interpretasi yang didasarkan pada dalil-dalil sahih, kesahihan sanad dalam suatu riwayat, memperhatikan latarbelakang sosial-budaya ayat maupun hadis itu ketika diturunkan, serta tak kalah penting untuk mengutamakan maqashid syariah atau tujuan-tujuan utama dalam pensyariatan agama yang merupakan pondasi dasar dalam menginterpretasi suatu dalil.[]

Rekomendasi

Amatul wahid ulama perempuan Amatul wahid ulama perempuan

Perempuan dalam Perspektif Tafsir Klasik dan Kontemporer

Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat

Perlunya Memahami Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat

Ancaman Alquran para Koruptor Ancaman Alquran para Koruptor

Ancaman Alquran terhadap Para Koruptor

Kepala Keluarga Laki-laki Kepala Keluarga Laki-laki

Mengapa Suami Istri Diibaratkan seperti Pakaian dalam Alquran?

Ditulis oleh

Alumni Mahad Aly Situbondo

Komentari

Komentari

Terbaru

tetangga beda agama meninggal tetangga beda agama meninggal

Bagaimana Sikap Seorang Muslim Jika Ada Tetangga Beda Agama yang Meninggal?

Kajian

Muslimah Shalat Tanpa Mukena, Sah atau Tidak? Muslimah Shalat Tanpa Mukena, Sah atau Tidak?

Sahkah Muslimah Shalat Tanpa Mukena? Simak Penjelasan Videonya!

Video

doa tak kunjung dikabulkan doa tak kunjung dikabulkan

Ngaji al-Hikam: Jika Doa Tak Kunjung Dikabulkan

Kajian

rasulullah melarang ali poligami rasulullah melarang ali poligami

Kala Rasulullah Melarang Ali bin Abi Thalib untuk Poligami

Khazanah

puasa syawal kurang enam puasa syawal kurang enam

Puasa Syawal Tapi Kurang dari Enam Hari, Bagaimana Hukumnya?

Kajian

orang tua beda agama orang tua beda agama

Bagaimana Sikap Kita Jika Orang Tua Beda Agama?

Khazanah

Nyi Hadjar Dewantara pendidikan Nyi Hadjar Dewantara pendidikan

Perjuangan Nyi Hadjar Dewantara dalam Memajukan Pendidikan Indonesia

Khazanah

isu perempuan najwa shihab isu perempuan najwa shihab

Kekerasan, Kesenjangan, dan Krisis Percaya Diri: Isu Penting Perempuan Menurut Najwa Shihab

Kajian

Trending

perempuan titik nol arab perempuan titik nol arab

Resensi Novel Perempuan di Titik Nol Karya Nawal el-Saadawi

Diari

Fatimah az zahra rasulullah Fatimah az zahra rasulullah

Sayyidah Sukainah binti Al-Husain: Cicit Rasulullah, Sang Kritikus Sastra

Kajian

Laksminingrat tokoh emansipasi indonesia Laksminingrat tokoh emansipasi indonesia

R.A. Lasminingrat: Penggagas Sekolah Rakyat dan Tokoh Emansipasi Pertama di Indonesia

Muslimah Talk

Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah

Nyai Khoiriyah Hasyim dan Jejak Perjuangan Emansipasi Perempuan di Mekkah

Kajian

Teungku Fakinah Teungku Fakinah

Zainab binti Jahsy, Istri Rasulullah yang Paling Gemar Bersedekah

Kajian

Mahar Transaksi Jual Beli Mahar Transaksi Jual Beli

Tafsir Surat An-Nisa Ayat 4; Mahar Bukan Transaksi Jual Beli

Kajian

Definisi anak menurut hukum Definisi anak menurut hukum

Definisi Anak Menurut Hukum, Umur Berapa Seorang Anak Dianggap Dewasa?

Kajian

nama bayi sebelum syukuran nama bayi sebelum syukuran

Hukum Memberi Nama Bayi Sebelum Acara Syukuran

Ibadah

Connect