Ikuti Kami

Khazanah

Kisah Sayyidah Khadijah: Perempuan dan Hak Bekerja

sayyidah khadijah perempuan bekerja
Perempuan Sebagai Simbol Kehormatan

BincangMuslimah.Com – Banyak riwayat yang menyatakan bahwa sahabat perempuan generasi awal Islam bebas melakukan kegiatan di ruang publik, salah satunya adalah ummu al-Mukminin, Sayyidah Khadijah. Ia merupakan representasi perempuan independen yang jauh dari klaim pasif bergaul di masyarakat. Kisah Sayyidah Khadijah menjadi bukti nyata bahwa perempuan juga memiliki hak untuk bekerja dan mengeksplorasi kemampuannya dalam dunia karir.

Bekerja merupakan kewajiban mutlak bagi setiap manusia, sebab hal itu salah satu cara yang memungkinkan dalam mendapatkan nafkah untuk bertahan hidup. Tetapi dalam realita masyarakat saat ini, masih ada yang menganggap bahwa perempuan bukan subjek yang pantas untuk memilih karir di luar rumah, sebagaimana laki-laki yang terjamin haknya untuk bekerja.

Sikap marginalisasi terhadap gender perempuan ini tidak lain sebab sebagian besar orang masih menganut budaya patriarki, bahwa posisi perempuan sebagai seorang istri lebih cenderung sebagai abdi dalam rumah tangga dan tidak memiliki hak bekerja di luar rumah. Secara tidak sadar mereka mengira semua itu berasal dari ajaran Islam. Padahal jelas Alquran menyerukan untuk bekerja tidak khusus kepada laki-laki, tetapi mencakup seluruh manusia.

Di masa Rasulullah, perempuan secara kultural sudah menunjukkan perannya yang setara dengan peran mainstream laki-laki. Keduanya memiliki kesempatan dan hak yang sama dalam bekerja. Sehingga, jika pada saat ini yang konstruksi masyarakatnya sudah jauh lebih modern, adalah hal aneh jika perempuan dibatasi ruang geraknya dalam mengekspresikan bakat dan minatnya di dunia pekerjaan.  

Sayyidah Khadijah, Wanita Salehah Yang Berkarir 

Setelah menikah dengan Rasulullah, Sayyidah Khadijah tetap aktif dalam karirnya sebagai pengusaha wanita yang sukses. Disamping itu, interaksinya dengan masyarakat tetap berlangsung dengan amat baik, dan dalam kondisi bagaimanapun selalu mendukung Rasulullah dalam menyebarkan dakwahnya.

Baca Juga:  Filosofi I'rab Santri: Rafa’, Nashab, Khafadh, dan Jazm

Kemampuan Siti Khadijah dalam berbisnis termasuk yang disegani oleh orang-orang Mekah kala itu. Kepiawaiannya dalam menanamkan modal kemudian digunakan untuk mengembangkan usahanya sehingga ia dapat melakukan ekspansi bisnis yang sangat luas.

Dalam manajemen bisnisnya tersebut, Siti Khadijah biasanya mempekerjakan seorang agen. Jika sebuah kafilah sedang dipersiapkan untuk pergi ke Luar negeri, orang yang dipekerjakan itu bertanggung jawab membawa barang-barang dagangannya untuk dijual ke pasar pasar asing. Biasanya, perusahaannya memberangkatkan kafilah ke negeri-negeri luar, semisal Syam, Yaman, atau Mesir. Dari sana, kafilah akan membawa barang-barang bernilai jual tinggi kembali ke Makkah.

Sayyidah Khadijah sangat teliti dalam memilih seorang agen. Dia juga sangat lihai merencanakan waktu keberangkatan kafilah dan tempat tujuannya, sebab itu barang akan terjual dengan cepat pada waktu dan tempat yang tepat. Kemampuan manajemen dan insting bisnisnya yang begitu memukau menjadikan beliau sukses. Saking suksesnya sebagai seorang saudagar, jika sebuah kafilah Quraisy berangkat dari Mekah, dapat dipastikan lebih dari separuhnya adalah harta perdagangan miliknya. Karenanya masyarakat saat itu menjulukinya “Ratu Quraisy” atau “Ratu Mekah”

Namun dengan harta kekayaannya, ia memilih untuk mendistribusikan keuangannya kepada hal-hal yang lebih penting. Dikatakan bahwa Siti Khadijah-lah yang menanggung kehidupan orang-orang miskin muslim di Mekah. Ia gemar bersedekah dan membantu orang lain, ia beserta suaminya memberikan penghasilannya kepada fakir miskin dan yatim piatu juga kepada para janda dan orang sakit. Dia yang menikahkan gadis-gadis miskin dan menyediakan mahar untuk mereka. 

Sayyidah Khadijah terus menginspirasi orang sampai hari ini tentang hak perempuan dalam bekerja. Ia menunjukkan kepada dunia bahwa perempuan salehah bukan hanya mereka yang beribadah dan mengurung dirinya di dalam rumah. Namun perempuan juga mempunyai hak untuk bekerja sebagaimana laki-laki, ia berhak memilih karir baik dari dalam maupun di luar rumah, sebagai bentuk khidmah untuk agama dan masyarakat yang dimana hal itu bernilai ibadah, selama pekerjaan itu dilakukan dalam suasana terhormat, sopan, dan tetap menghormati ajaran agamanya.

Rekomendasi

Ummu Kultsum binti Ali, Ibu Negara Bersahaja yang Peduli Terhadap Rakyatnya Ummu Kultsum binti Ali, Ibu Negara Bersahaja yang Peduli Terhadap Rakyatnya

Kisah Patah Hati Sayyidah Khadijah

Apakah Nabi Juga Berijtihad? Apakah Nabi Juga Berijtihad?

Resensi Kitab: Al-Busyro fi Manaqib Al-Sayyidah Khadijah Al-Kubro

Lubna al-Qurthubiyah: Pejuang Literasi dari Cordoba Lubna al-Qurthubiyah: Pejuang Literasi dari Cordoba

Kisah Cinta Sayyidah Zainab binti Rasulullah

Peran Perempuan dalam Peristiwa Turunnya Alquran

Ditulis oleh

Khadimul 'Ilmi di Yayasan Taftazaniyah

Komentari

Komentari

Terbaru

Haul ke-15 Gus Dur: Mengasah Nurani untuk Membela yang Lemah

Berita

Shalat Perempuan, Haruskah Memakai Mukena? Shalat Perempuan, Haruskah Memakai Mukena?

Shalat Perempuan, Haruskah Memakai Mukena?

Muslimah Daily

Ratna Indraswari Ibrahim: Perempuan Difabel yang Berdaya Ratna Indraswari Ibrahim: Perempuan Difabel yang Berdaya

Ratna Indraswari Ibrahim: Perempuan Difabel yang Berdaya

Tak Berkategori

Kesopanan Lebih Dihargai Daripada Umur: Etika Berbahasa dan Tanggung Jawab Kesopanan Lebih Dihargai Daripada Umur: Etika Berbahasa dan Tanggung Jawab

Kesopanan Lebih Dihargai Daripada Umur: Etika Berbahasa dan Tanggung Jawab

Muslimah Daily

Enam Hal yang Membatalkan Wudhu Enam Hal yang Membatalkan Wudhu

Benarkah Wudhu Dapat Menggugurkan Dosa?

Ibadah

Konsekuensi Ketiadaan Suara Perempuan di Lembaga Legislatif Konsekuensi Ketiadaan Suara Perempuan di Lembaga Legislatif

Konsekuensi Ketiadaan Suara Perempuan di Lembaga Legislatif

Muslimah Talk

pendidikan perempuan pendidikan perempuan

Profesi-profesi Perempuan di Masa Nabi Saw

Muslimah Daily

Tafsir Hadis: Benarkah Perempuan Kurang dalam Hal Akal dan Spiritual? Tafsir Hadis: Benarkah Perempuan Kurang dalam Hal Akal dan Spiritual?

Tafsir Hadis: Benarkah Perempuan Kurang dalam Hal Akal dan Spiritual?

Muslimah Talk

Trending

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

Kata Nabi Tentang Seseorang yang Senang Membully Temannya

Kajian

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Siapa yang Paling Berhak Memasukkan Jenazah Perempuan Ke Kuburnya?

Ibadah

ratu bilqis ratu bilqis

Tafsir Q.S An-Naml Ayat 23: Meneladani Kepemimpinan Ratu Balqis dalam Politik

Kajian

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Bolehkah Akikah Anak Kembar dengan Satu Kambing?

Ibadah

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

Connect