BincangMuslimah.Com – Kelahiran seorang anak ke dunia merupakan kebahagiaan bagi setiap orang tua. Kehadiran anak tentu menjadi yang dinanti-nanti. Khususnya bagi seorang ibu di mana ia telah mengandung sang buah hati selama sembilan. Tidak sedikit perjuangan yang telah dilakukan oleh ibu.
Bahkan bukan setelah melahirkan, ibu berupaya penuh memberikan hal terbaik pada jabang bayi. Memastikan gizi dan nutrisinya terpenuhi dengan mengonsumsi makanan yang bergizi. Selain itu menghindari pantangan yang tidak boleh dilakukan agar janin selalu dalam keadaan sehat.
Karenanya setelah sembilan bulan memastikan kondisi bayi di dalam kandungan baik-baik saja, kelahirannya menjadi sesuatu yang dinanti. Seperti dugaan setiap orang, ibu dipastikan selalu bahagia. Setelah sekian lama, akhirnya bertemu dengan belahan jiwanya.
Namun siapa sangka, ibu yang terlihat begitu bahagia dan ceria dengan kehadiran sang buah hati setelah melahirkan, bisa saja mengalami depresi. Dunia kesehatan menyebutnya dengan istilah Postpartum blues. Kondisi ini muncul saat terjadi perubahan yang besar pada ibu.
Proses menjadi seorang ibu tentu tidaklah mudah. Sebagai orang biasa saja terkadang perlu usaha yang cukup besar terhadap perubahan. Apa lagi transisi seorang perempuan menjadi ibu. Banyak proses yang mereka lewati.
Dimulai dari mengandung, melahirkan hingga menyusui. Selama mengandung pun butuh perjuangan yang tidak ringan. Postpartum dapat ditandai dengan beberapa hal seperti munculnya rasa cemas berlebih, kelelahan, dan menyalahkan diri.
Tidak berhenti di sana, terkadang ibu yang mengalami Pospartum selalu dibayangi perasaan tidak mampu mengurusi sang bayi. Tindakan apa pun yang dilakukan dirasa selalu salah.
Hal ini biasanya memengaruhi pola makan, ibu menjadi sulit makan setelah mengalami pospartum. Kemudian adanya gangguan tidur dan ibu selalu menangis dan bahkan tidak bisa berhenti. Hingga pada situasi paling ekstrim, ibu merasa putus asa dan mengakhiri hidupnya.
Data dari Badan Organisasi Dunia atau WHO menyebutkan jika sebanyak 3-8 persen terdapat kasus postpartum secara umum dari populasi dunia. Dan Sekitar 50 persen terjadi pada mereka yang berusia produktif yaitu 20-50 tahun.
Sedangkan jika merujuk pada data United Stase Agency for Internasional Development (USAID) tahun 2016 menyatakan jika di Indonesia angka kejadian Pospartum berjumlah 31 orang per 1000 populasi.
Indonesia adalah negara keempat di ASEAN yang memiliki kasus ini. Kondisi pospartum blues dengan syndrom baby blues jauh berbeda. Baby blues dipengaruhi oleh perubahan hormon ibu yang mudah naik dan turun. Dan menyebabkan perubahan emosi atau mood swing.
Kondisi ini masih terhitung wajar dan biasanya dalam beberapa waktu akan mereda. Sedangkan postpartum merupakan kelanjutan dari baby blues yang tidak tertangani dengan baik. Dan jangka waktunya bisa melebih sebulan atau lebih lama lagi. Jika tidak tertangani bahkan bisa berakhir buruk.
Lantas apa yang perlu dilakukan oleh ibu untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan dari pospartum ini? Biasanya ada beberapa hal yang memengaruhi kondisi terjadinya depresi usai melahirkan pada ibu.
Di antaranya, kondisi sosial yang terkadang memberi tekanan, ekonomi menengah ke bawah sehingga kesulitan dalam memenuhi kebutuhan, hingga dukungan dari para keluarga. Khususnya dari sang suami. Maka langkah pertama yang cukup efektif dilakukan adalah ibu harus memiliki pengetahuan terkait hal ini.
Sehingga setelah ada beberapa gejala yang ditunjukkan, ibu bisa memikirkan langkah kedua yaitu mencari dukungan. Mencari dukungan bisa dari suami, keluarga terdekat, teman-teman yang punya kondisi serupa, atau tenaga kesehatan di bidang psikis.
Ketiga, setelah mendapatkan dukungan, berkonsultasi dengan pihak profesional, maka bisa mulai mengikuti anjuran yang disarankan. Jangan lupa memenuhi jam waktu tidur. Bisa berdiskusi dengan suami untuk saling membantu satu sama lain dengan mengasuh anak bergantian.
Keempat, memastikan semua kebutuhan yang dibutuhkan oleh tubuh telah teratasi. Misalnya memastikan asupan gizi dan nutrisi cukup, tidak kekurangan cairan dan memastikan tubuh terhidrasi secara baik serta berolahraga dengan cukup.
Beberapa asupan makanan terkadang bisa menaikkan hormon dan mengurangi kecemasan pada ibu. Satu di antaranya adalah Omega-3. Terdiri dari asam lemak EPA dan DHA, dipercaya membantu mengurangi kecemasan dan depresi. Untuk memastikannya, ibu bisa berkonsultasi dengan ahli gizi untuk takaran yang tepat.
Dengan banyak hal yang dilalui oleh para ibu, Islam sendiri menempatkan ibu pada posisi yang istimewa. Sehingga pada suatu hadis, ketika seorang sahabat bertanya siapa yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik, Rasulullah Saw pun menjawab adalah ibu.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ اِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِيْ قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوْكَ. رواه البخاري ومسلم.
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, “Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw., lalu ia bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?” Beliau menjawab, “Ibumu.” “Lalu siapa lagi?” “Ibumu” “Siapa lagi?” “Ibumu” “Siapa lagi” “Bapakmu.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim).
Imam Ibnu Hajar Al-Asqani dalam kitabnya Fathul Bari mengambil pendapat Ibnu Battal tentang hadis ini. Disebutkan bahwa kenapa Rasulullah menyebut posisi ibu sebanyak tiga kali dikarenakan ia mengandung, melahirkan dan menyusui anak. Ketiga hal ini bukanlah mudah, mengingat perlu banyak penyesuaian yang dilakukan. Ingat, sebelumnya ibu adalah perempuan yang tidak memiliki pengalaman menjadi seorang ibu. Transisi ini tentu memberikan kejut nyata yang cukup berat bagi sebagian besar ibu.
Mengetahui beratnya proses yang dilalui, maka Rasulullah menyebut ‘ibu’ sebanyak tiga kali sebagai orang yang harus diperlakukan secara baik. Oleh karena itu dapat disimpulkan jika jangan pernah meremehkan perubahan yang terjadi pada seorang ibu.
Postpatrum sendiri jika tidak ditangani secara baik, dapat berdampak ke arah yang mengkhawatirkan. Ibu perlu memahami perubahan kondisi ini sehingga dapat mempersiapkan apa yang dibutuhkan. Suami, atau ayah harus memberikan dukungan pada ibu pasca melahirkan agar bisa melalui situasi setelahnya termasuk fase depresi.
1 Comment