Ikuti Kami

Muslimah Talk

Tips Memelihara Semangat Ibadah Setelah Ramadhan

memelihara semangat setelah ramadhan
Soruce: gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Setelah melewati 30 hari berpuasa, kita akhirnya memasuki bulan Syawal. Hal yang menjadi permasalahan ialah kerap kali kita banyak menemui kesulitan dalam menjaga konsistensi ibadah pada bulan-bulan setelahnya. Oleh karenanya tulisan ini akan berbagi beberapa tips yang dapat kita lakukan untuk memelihara semangat ibadah setelah bulan Ramadhan:

Pertama, melakukan muhasabah dan tafakur yaitu, dengan mengajukan pertanyaan kepada diri kita sendiri serta merenungi jawabannya. Seperti pertanyaan tentang, “Apa yang menjadikan kita semangat beribadah di bulan Ramadhan? Apakah pasca Ramadhan, kita kembali seperti sedia kala dengan semangat ibadah seadanya? Apakah kita hanya ingin mendapatkan pahala di bulan Ramadhan dan tidak setelahnya?” 

Pertanyaan-pertanyaan introspektif seperti di atas dapat berguna untuk mengevaluasi diri dan dengan hal itu bisa memotivasi kita untuk meningkatkan ibadah pada hari-hari selanjutnya. Selain itu tafakur yang diartikan merenung diri sejenak, memungkinkan seseorang untuk lebih memahami aspek-aspek mendalam dari ajaran agama dan mengeksplorasi dimensi spiritual yang mendalam. 

Misalnya, kita bisa merenungi perkataan Imam asy-Syibli yang dinukil oleh Ibnu Rajab al-Hanbali dalam Kitab Lathaif al-Ma’arif, “Jadilah kamu hamba Rabbani dan janganlah kamu menjadi hamba Ramadhani.” 

Dari kalam tersebut kita tersadarkan bahwa sebagaimana kita membutuhkan dan mengharapkan rahmat Allah di bulan Ramadhan, bukankah kita juga tetap membutuhkan dan mengharapkan rahmat Allah yang Maha pengasih, pendidik, dan mengayomi (Rabb) pada bulan-bulan lainnya.  

Untuk mendapatkan karunia dan rahmat tersebut, tentu harus melakukan amal shaleh yang istiqamah bukan? Dengan begitu Allah akan iba dan mengasihi kita sebab kesungguhan yang kita lakukan dalam beribadah kepadaNya. Karenanya, ibadah itu bukan hanya dilakukan di bulan Ramadhan atau bulan tertentu lainnya, namun hamba yang Rabbani adalah mereka yang selalu beribadah kepadaNya di setiap waktu dan keadaan apapun. 

Baca Juga:  Selain Lailatul Qadar, Ini 4 Malam yang Diberikan kepada Rasulullah

Selain memikirkan tentang kenikmatan balasan amal shaleh, kita juga perlu memikirkan tentang kematian dan hari akhir kelak. Jika kita selalu ingat akan kematian yang selalu mengintai, di mana pun dan kapan pun berada, sangat mungkin akan berusaha sebaik mungkin untuk beribadah. Karena kematian tidak akan ditunda sedetik pun. 

Dan jika kita yakin tentang adanya siksa kubur atau neraka sebagai balasan orang-orang yang lalai, pasti kita akan berusaha menghindarkan diri dari siksaannya dengan lebih semangat dalam beribadah. Dengan demikian antara roja’ (berharap pada kenikmatan dan sifat pengasihNya) dan khauf (takut akan siksa dan sifat perkasaNya) harus seimbang. 

Kedua, meluruskan niat untuk istiqomah beribadah. Rasulullah pernah bersabda: “Niat seorang mukmin lebih bagus dari amalnya.” (HR. Baihaqi dan Thabrani). Karena jika kita berniat ingin melakukan sesuatu, seperti dalam hal ini niat untuk istiqamah ibadah di setelah Ramadan, bahkan sebelum kita melakukannya (maksudnya hanya berniat saja) kita sudah mendapatkan pahala. Apalagi ketika kita dapat melaksanakan niat tersebut, ganjaran dari Allah inilah yang memacu semangat kita istiqomah dalam beribadah. 

Ulama shaleh terdahulu juga mengajarkan kita untuk merawat niat dalam hati ketika akan melakukan setiap pekerjaan apapun termasuk ibadah. Sebab niat dapat memberikan dorongan hati yang kuat bagi seseorang untuk beramal. Jika niat sudah tertancap dalam hati, nampaknya tidak peduli dengan halangan dan rintangan yang menghadang, tekad dan keinginan hati yang kuat pada akhirnya dapat mengalahkan semua resiko yang kemungkinan akan terjadi.

Diantara niat yang benar dalam beribadah ialah diniatkan hanya untuk Allah. Seseorang yang meniatkan ibadah untuk RabbNya, maka ia akan teguh dalam keistiqomahan dan tidak mudah goyah. Azamnya kuat juga kokoh. Hal itu karena tujuannya sudah mulia, yakni meniatkan untuk Allah, untuk mencari ridha; rahmat; ampunan; dan pahala dariNya.

Baca Juga:  Sekolah Perempuan Indonesia; Gerbang Negara yang Lebih Maju

Setelah menetapkan dan memperbanyak niat shaleh, maka kita harus mujahadah atau bersungguh-sungguh dalam berjuang untuk mempertahankan amal ibadah yang telah kita lakukan selama Ramadan. Pada bulan-bulan selanjutnya kita juga harus tancapkan tekad untuk terus melestarikan kebiasaan-kebiasaan positif tersebut. 

Sungguh-sungguh merupakan hal yang sangat penting dalam semua aktivitas terutama ibadah kepada Allah, agar nantinya kita mendapatkan hasil yang baik sesuai harapan. Ibadah yang sungguh-sunguh yang sudah kita jalankan di bulan Ramadan yang lalu. Mari kita tetap semangat dan sungguh dalam ibadah di 11 bulan lainnya. Sebab janji Allah kepada orang yang bersungguh-sungguh akan diberikan jalan-jalan kebaikan-kebaikan, sebagaimana firmanNya:

وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُوا۟ فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلْمُحْسِنِينَ

Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. al-‘Ankabut:69)

Ketiga, selanjutnya untuk menjaga semangat ibadah setelah Ramadhan ialah muraqabah yaitu yakin bahwa Allah senantiasa mengawasi kita. Dengan begitu akan muncul kesadaran diri selalu diperhatikan olehNya sekaligus memunculkan kewaspadaan untuk tidak melanggar perintah Allah sekaligus bersemangat untuk menjalankan segala perintahNya. 

Yang tidak kalah penting, yaitu rutin menghadiri majelis ilmu dan tausiyah keagamaan baik daring maupun secara langsung di tempat majelis, sebab di antara banyak keutamaan dan fadhilah majelis ilmu yang paling nyata dapat kita rasakan ialah nasehat kalam ustadz atau ustadzah itu dapat men-charge hati dan pikiran kita menjadi lebih fresh dan semangat untuk melakukan ibadah. Tetap menghadiri majelis ilmu bisa membuat kita terus menjaga semangat ibadah setelah Ramadhan.

Selain itu dalam majelis tersebut kita akan mendapatkan lingkungan pertemanan yang memberikan dukungan dan motivasi sehingga membantu kita untuk menjaga konsistensi dalam beribadah. Teman sangat mempengaruhi pola pikir sekaligus kebiasaan kita sehari-hari. Satu sama lain saling mengingatkan dalam melakukan kebaikan dan ketaatan, hal itu akan membuat perjalanan menuju keberkahan hidup lebih mudah dan menyenangkan.

Baca Juga:  Islam Mengajarkan Pentingnya Mencintai Diri Sendiri

Itulah beberapa tips yang bisa kita renungkan dan aplikasikan agar kita bisa memelihara semangat ibadah  setelah Ramadhan. Semoga dengan tips tersebut kita pun bisa menjadi muslim atau muslimah yang selalu menjalankan amal kebaikan dengan konsisten dan istiqamah. Aamiin.[]

Rekomendasi

Hikmah puasa Turunnya Alquran Hikmah puasa Turunnya Alquran

Hikmah Disyariatkannya Puasa di Bulan Turunnya Alquran

keutamaan sedekah bulan ramadhan keutamaan sedekah bulan ramadhan

Keutamaan Sedekah di Bulan Ramadhan

Niat puasa malam hari Niat puasa malam hari

Mengapa Niat Puasa Boleh Dilakukan sejak Malam Hari?

Keutamaan I’tikaf Masjid Istimewa Keutamaan I’tikaf Masjid Istimewa

Keutamaan Melaksanakan I’tikaf di Bulan Ramadhan

Komentari

Komentari

Terbaru

Teungku Fakinah Teungku Fakinah

Zainab binti Jahsy, Istri Rasulullah yang Paling Gemar Bersedekah

Kajian

Fatimah az zahra rasulullah Fatimah az zahra rasulullah

Sayyidah Sukainah binti Al-Husain: Cicit Rasulullah, Sang Kritikus Sastra

Kajian

CariUstadz Dakwah Perspektif Perempuan CariUstadz Dakwah Perspektif Perempuan

Berkolaborasi dengan KUPI, CariUstadz Tingkatkan Dakwah Perspektif Perempuan 

Berita

yukabid perempuan nabi musa yukabid perempuan nabi musa

Yukabid, Sosok Perempuan di balik Kisah Nabi Musa

Khazanah

perempuan titik nol arab perempuan titik nol arab

Resensi Novel Perempuan di Titik Nol Karya Nawal el-Saadawi

Diari

Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah

Nyai Khoiriyah Hasyim dan Jejak Perjuangan Emansipasi Perempuan di Mekkah

Kajian

Sekilas tentang Sholihah Wahid Hasyim, Ibunda Gusdur

Kajian

Definisi anak menurut hukum Definisi anak menurut hukum

Definisi Anak Menurut Hukum, Umur Berapa Seorang Anak Dianggap Dewasa?

Kajian

Trending

Surat Al-Ahzab Ayat 33 Surat Al-Ahzab Ayat 33

Tafsir Surat Al-Ahzab Ayat 33; Domestikasi Perempuan, Syariat atau Belenggu Kultural?

Kajian

perempuan titik nol arab perempuan titik nol arab

Resensi Novel Perempuan di Titik Nol Karya Nawal el-Saadawi

Diari

Fatimah az zahra rasulullah Fatimah az zahra rasulullah

Sayyidah Sukainah binti Al-Husain: Cicit Rasulullah, Sang Kritikus Sastra

Kajian

Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah

Nyai Khoiriyah Hasyim dan Jejak Perjuangan Emansipasi Perempuan di Mekkah

Kajian

Laksminingrat tokoh emansipasi indonesia Laksminingrat tokoh emansipasi indonesia

R.A. Lasminingrat: Penggagas Sekolah Rakyat dan Tokoh Emansipasi Pertama di Indonesia

Muslimah Talk

Teungku Fakinah Teungku Fakinah

Zainab binti Jahsy, Istri Rasulullah yang Paling Gemar Bersedekah

Kajian

Mahar Transaksi Jual Beli Mahar Transaksi Jual Beli

Tafsir Surat An-Nisa Ayat 4; Mahar Bukan Transaksi Jual Beli

Kajian

Doa berbuka puasa rasulullah Doa berbuka puasa rasulullah

Beberapa Macam Doa Berbuka Puasa yang Rasulullah Ajarkan

Ibadah

Connect