BincangMuslimah.Com – Sejak Taliban resmi berkuasa kembali di Afghanistan pada bulan Agustus lalu, muncul pelbagai kekhawatiran dari bangsa-bangsa di dunia. Salah satunya adalah terkait nasib perempuan di Afghanistan. Pasalnya, pada periode pertama Taliban berkuasa di Afghanistan memberikan duka yang dalam bagi rakyat Afghanistan, terutama perempuan.
Seperti kata Cendikiawan Muslim Indonesia, Buya Syafii Maarif, selama berkuasa lima tahun di Afghanistan pada periode 1996-2001, Taliban pernah membawa ‘keping neraka’ ke muka bumi. Itu merupakan sarkasme tingkat tinggi, untuk mengabstraksikan betapa kejamnya Taliban di masa lalu. Anak-anak perempuan di jadikan budak seks, dan dilarang memperoleh pendidikan dan bersekolah.
Kini, setelah terbentuk negara Emirat Islam Afghanistan, tampaknya nasib perempuan Afghanistan akan mengalami masa kelam kembali—persis periode Taliban 0.1. Bagaimana tidak? Terdapat pelbagai argumen yang mampu menjadi landasan untuk menyebut nasib perempuan Afghanistan akan semakin buruk di bawah naungan Taliban.
Pertama, pemerintahan resmi Taliban sudah terbentuk pada Selasa (7/9) lalu. Dalam susunan kabinet Emirat Islam Afghanistan telah ditetapkan sebanyak 33 menteri. Mereka menduduki jabatan strategis dalam pemerintahan. Mereka juga merespresentasikan wajah baru Taliban ke depan. Pada tokoh yang terpilih itu juga diklaim telah mewakili pelbagai fraksi yang ada di Taliban.
Menariknya, semua yang menduduki pos kementrian itu adalah laki-laki. Tidak ada satupun yang mewakili perempuan. Itu tentu tak begitu mengagetkan, pasalnya Taliban memang menentang keras perempuan untuk aktif dalam bidang politik praktis. Stigma negatif terhadap perempuan yang bermain politik, tampaknya masih melekat dalam tubuh Taliban.
Kedua, Mohammad Hasan Akhund terpilih sebagai Perdana Menteri, Emirat Islam Afghanistan. Penting untuk dicatat, nama Mohamad Hasan Akhund bukan nama asing bagi publik Afghanistan dan masyarakat dunia. Akhund bukan pemain baru dalam gerakan Taliban. Pada era Taliban 1.0, ia menduduki jabatan wakil perdana menteri Taliban dibawah pimpinan Mullah Mohammad Omar.
Nuansa Taliban 1.0 juga tampak dalam susunan kabinet terpilih. Lihat saja ada nama Sarajuddin Haqqani. Yang menempati posisi sebagai menteri dalam negeri Emirat Islam Afghanistan. Ia adalah orang yang paling diburu oleh FBI Amerika.
Selanjutnya ada nama Mullah Yaqoob. Ia adalah putra pendiri Taliban Mullah Mohammad Omar. Yaqoob mendapatkan jabatan strategis di negara yang baru dideklarasikan itu—ditunjuk sebagai penjabat menteri pertahanan.
Melihat susunan menteri dan kabinet baru Taliban, tak salah kemudian orang berasumsi Taliban 1.0 akan kembali menancapkan kukunya di Taliban. Artinya, masa depan perempuan, anak-anak, dan masyarakat sipil semakin mengkhawatirkan.
Hal itu bisa dilihat dalam beberapa hari setelah pengumuman kabinet, Taliban resmi melarang perempuan olah raga. Pasalnya, olahraga bagi perempuan dinilai tidak sesuai dengan syariat Islam—yang dipahami Taliban. Padahal Taliban memiliki pelbagai atlet yang mempuni dan tangguh.
Dengan dianggap, olahraga tak pantas bagi perempuan, maka Taliban pun melarang tim kriket perempuan Afghanistan bertanding di masa depan. Faktanya, olahraga yang populer di Afghanistan adalah kriket. Pupus sudah harapan kaum perempuan untuk menjadi atlet yang mengharumkan nama bangsa dan negaranya.
Taliban juga mengontrol ketat tata cara pakaian perempuan. Para perempuan Afghanistan diwajibkan untuk memakai niqab yang dipadukan dengan abaya. Itu model pakaian bila hendak ke luar rumah. Para pelajar, mahasiswi, dan siswi juga juga harus mengenakan niqab di dalam sekolah.
Peraturan pun ditambah lagi, siswa dan siswi tak boleh dalam satu ruangan. Laki-laki tak boleh mengajar kelas perempuan. Begitu pun sebaliknya. Bila tak ada guru dan dalam keadaan darurat, laki-laki boleh masuk kelas wanita—dengan catatan, laki-laki itu sudah tua dan memiliki karakter yang baik. Itulah sederet peraturan yang menimpa perempuan.
Itulah sederet fakta yang terungkap dalam waktu singkat kekuasaan Taliban. Maka tak heran bila banyak yang meragukan nasib baik perempuan Afghanistan ke depan. Yang tampak terang di depan mata adalah diskriminasi, misoginis, dan nir peran perempuan. Penderitaan lama yang tak pernah dilupakan oleh siapapun.
Tentu hal ini sangat menjengkelkan. Pasalnya, narasi yang digunakan Taliban mencatut teks kitab suci. Padahal dalam kitab suci Al-Qur’an jelas digambarkan kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam aspek sosial, muamalah, politik, dan ekonomi. Semua setara. Allah berfirman dalam Q.S al Hujarat ayat 13.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Selanjutnya firman Allah dalam Q.S Az-Zariyat ayat 56, Allah menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan setara di muka bumi. Manusia juga sebagai hamba, tanpa memandang gender. Allah berfirman.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
2 Comments