BincangMuslimah.Com – 10 April 2021, melalui laman Twitter, Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, Wakil Presiden Uni Emirat Arab mengumumkan tentang terpilihnya Nora al-Matrooshi sebagai kandidat astronaut perempuan Arab pertama. Menyingkirkan pesaing lainnya yang berjumlah sekitar 4.000, Nora berhasil menduduki empat calon astronaut terpilih yang akan mengikuti pelatihan bersama NASA pada 2021.
Nora al-Matrooshi merupakan perempuan berkebangsaan Arab yang berusia 27 tahun. Dilansir dari Kumparan Woman, Nora merupakan alumni dari United Arab Emirates University jurusan Teknik Mesin. Sebuah jurusan yang rumit, menempuh waktu yang lama dan dominan dipilih oleh laki-laki. Kehadirannya justru mematahkan stigma bahwa bidang teknik mesin hanya mampu dikuasai oleh laki-laki. Nora mampu membuktikan, bahwa perempuan juga mampu menguasai satu bidang ilmu yang rumit ini.
Ia lalu memulai karirnya sebagai insinyur di National Petreleum Construction di Abu Dhabi. Ia juga menangani beberapa proyek yang terlibat di beberapa perusahaan minyak. Sosoknya benar-benar menempati posisi penting di negaranya. Gerak langkahnya adalah kinerja dan kebermanfaatan yang luar biasa.
Penulis jadi teringat pada buku “Muslimah Yang Diperdebatkan” yang ditulis oleh Kalis Mardiasih, bahwa sosok muslimah yang berjilbab lebih sering dinilai hanya pada apa yang melekat di kepalanya, bukan apa yang ada di balik isi kepalanya, akal dan pikirannya. Bahkan ia menjadi perempuan Arab pertama yang juga membuka mata pada dunia, bahwa bidang sains dan teknik juga bisa dikuasai oleh orang timur.
Nora juga pernah meraih peringkat pertama di UEA di Olimpiade Matermatika taraf International pada 2011. Kemampuannya dalam bidang matermatika dan teknik benar-benar sangat mumpuni. Tidak hanya itu, dua tahun setelahnya tepatnya pada tahun 2013, Nora juga terpilih dalam pemilihan Program Duta Muda di Korea Selatan mewakili negaranya.
Prestasinya tak hanya bersifat keuntungan individual, tapi juga sekitarnya. Mendorong pendidikan bagi kaum muda yang diwujudkannya saat menjadi wakil UEA di Konferensi Pemuda Internasional PBB di tahun 2018 dan 2019. Prestasinya melalang buana hingga taraf internasional mewakili perempuan Arab.
Selama ini, hal yang kita pahami dan ketahui tentang budaya sosial dan struktur masyarakat Arab adalah seringkali memposisikan perempuan tidak setara. Hal ini seringkali penulis buktikan dalam biografi dan kisah hidup sastrawan perempuan dari negara Arab. Munculnya gerakan pembebasan pada abad 19 dan 20 dari negara Arab menjadi bukti bahwa selama ini meraka terkungkung.
Stigma negatif yang melekat pada perempuan Arab dan berjilbab adalah keterbatasan akan gerak dan prestasinya. Tetapi kehadiran Nora mampu mematahkan banyak stigma tentang muslimah, berjilbab, dan berasal dari negara Timur. Negaranya mampu memfasilitasi dan memberdayakan Nora pada tempat dan porsinya. Terbukti, aktifitasnya di ruang publik sangat terfasilitasi dan diapresiasi. Terlebih saat akhirnya ia terpilih sebagai calon astronaut di bawah naungan NASA yang berpusat di Amerika.
Banyak hal yang bisa kita pelajari bersama dari sosok Nora al-Matrooshi, kandidat astraunat ini. Bahwa kesetaraan gender yang mampu memberikan hak dan kewajiban yang setara kepada laki-laki dan perempuan adalah bukan hanya tugas masyarakat sekitar melalui perbaikan dalam pola pikir, melainkan juga negara melalui regulasinya.
Sebagai negara hukum, perancang Undang-Undang, peraturan di publik, perusaahan, lembaga pendidikan di Indonesia seharusnya mampu memberikan perlindungan dan kesempatan bagi perempuan untuk berkiprah secara total di ranah publik. Sehingga peraturan-peraturan tersebut yang menjadi acuan dan pedoman bisa sepenuhnya memberikan kebebasan dan hak yang sama kepada warga negara. Hal tersebut demi mewujudkan asas kemerdakaan dalam pembukaan UUD 1945.
Uni Emirat Arab adalah salah satu negara yang memberikan contoh atas keberhasilannya memberdayakan warga negaranya. Juga negara tersebut berhasil dalam hal pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) sekaligus Sumber Daya Manusia (SDM). Semoga negara kita, Indonesia yang berasaskan demokrasi ini mampu mewujudkan hal yang sama dalam pengelolaan SDA dan SDM-nya yang tak memandang jenis kelamin. Selamat, Nora!