BincangMuslimah.Com – Di era perkembangan media sosial yang semakin berkembang pesat, media dakwah tidak lagi hanya dengan ceramah tatap muka langsung saja, akan tetapi pemanfaatan media sosial kini mulai banyak digandrungi para pendakwah. Terutama pada para ustaz muda yang melakukan penyebaran informasi agama Islam di media sosial, Instagram, Tiktok, Twitter atau platform lainnya.
Pemanfaatan ini membawa dampak positif dari segi mendapatkan informasi, apalagi di zaman seperti ini yang mengharuskan di rumah saja karena pandemi. Kini tak ada lagi alasan tidak bisa belajar ilmu agama, karena tidak bisa bertatap muka saat kajian. Sudah banyak kajian online atau video para ustad memaparkan ilmunya.
Dengan itu banyak orang yang tertarik untuk mendengarkan dakwah atau penyebaran informasi agama Islam. Platform dapat menjangkau semua kalangan. Terutama bagi para kaum milenial. Kaum milenial perempuan juga kini mulai banyak yang tertarik untuk mendengarkan para ceramah ustad-ustad muda ini, selain materi yang mudah dipahami, ketampanan para ustadz muda ini juga mulai digandrungi oleh kaum milenial perempuan.
Tak dapat dipungkiri bahwa, ketampanan juga menjadi salah satu daya pikat. Di Tiktok sendiri Ustadz Agam, Ustadz Husein Basyaman hingga Raihan menjadi trending setiap kali membuat video ceramahnya. Ceramah mereka lebih banyak disampaikan melalui aplikasi video Tiktok, karena selain kemudahan mengakses aplikasi tersebut. Sekarang banyak kaum muda menggunakan aplikasi Tiktok sebagai bahan hiburannya.
Jika banyak pengguna Tiktok lain membuat konten dengan video sambil berjoget, para ustadz milenial ini membuat video berisi tausiyah agama. Membahas permasalahan yang biasa terjadi pada generasi muda, Husain mampu menghipnotis jutaan pasang mata dengan gaya tausiyahnya yang santai namun bermakna.
Pada zaman millenial ini banyak dari kaum muda-mudi yang terkadang mereka terlena dari agama Allah, dimulai dari yang diwajibkan sampai untuk mengikuti kegiatan kajian-kajian yang disampaikan oleh ustadz-ustadzah di lingkungan sekitar. Nasehat dan tausiyah atau motivasi keseharian sangatlah penting untuk kebaikan hati, untuk menyiraminya dengan berbagai nasehat agar tidak menjadi keras atau membatu dengan cara memberi motivasi, tausiyah dan sebagainya, yang entah itu melalui nasehat seseorang secara langsung, quotes atau nasehat ketikkan di sosial media atau pun video di Youtube dan aplikasi video lainnya yang pasti sudah terdapat tentang agama.
Ustadz Hanan Attaki juga terkenal di media sosial ig dan tiktok, siapa yang tak kenal dengannya? Ustad inspirasi, gaul dan mudah membaur dengan anak muda hingga tua di masa kini. Ustad Hanan Attaki adalah seorang pendakwah Indonesia yang menyampaikan ceramah dekat keseharian dan gaya anak muda. Ia merupakan pendiri Gerakan Pemuda Hijrah yang aktif berdakwah di komunitas pemuda seperti anak punk, geng motor, skateboard, sepeda BMX, parkour dan berbagai komunitas hobi lainnya.
Beliau menyampaikan dakwah dengan ciri khasnya yakni pada suaranya yang merdu disaat ceramah, Beliau juga memilih tema dalam keseharian seperti rezeki, niat, doa, kesabaran dan jodoh atau tingkah laku yang ada di sekitar dengan cara memberi penjelasan yang mudah dipahami atau memberi contoh di kebiasaan dan bahasa yang tak jauh dari keseharian juga disertai dalil ataupun hadits.
Fenomena para ustadz inilah yang membuat para kaum hawa mulai menyukai mendengarkan dakwah tapi juga mulai meng-“halu” atau kependekan dari halusinasi. Menurut KBBI, halusinasi adalah pengalaman indra tanpa adanya perangsang pada alat indra yang bersangkutan, misalnya mendengar suara tanpa ada sumber suara tersebut. Dalam penggunaannya di bahasa gaul, halu didefinisikan sebagai sikap seseorang yang mengkhayal terlalu tinggi.
Seringkali, halu adalah istilah yang digunakan untuk menyebut orang yang omongannya tidak bisa dipercaya. Ini didefinisikan seperti omongan orang tersebut hanya delusi atau halusinasi belaka. Pada akhirnya, omongan tersebut dicap sebagai omong kosong. Halu in sutadz ganteng disini adalah, karena ketertarikan yang berlebih dengan penyampaiannya, sudah mulai membayangkan bisa menjadi pasangan ustadz tersebut, atau menghayal bertemu dengan ustadz yang ada di media sosial tersebut.
Yang dikhawatirkan nanti bukan lagi tujuannya menyebar informasi, tapi malah membuat dosa bagi para kaum hawa. Bukan lagi mendengarkan apa pesandalam vidio ceramah tersebut tapi juga , mulai membayangkan menjadi pacar atau pasangan para ustadz tampan ini. Inilah fenomena yang mengidolakan ustaz ganteng sampai “halu”.
Saat remaja mulai stalking media sosial idola, lalu penasaran berlebih tentang kehidupan pribadi mereka, saatnya waspada. Apalagi jika remaja menghabiskan hampir seluruh waktu berkutat dengan update terbaru sang idola. Yaitu idolanya para ustadz tampan tersebut.
Dengan itu boleh saja mengidolakan ustaz ganteng tersebut karena ceramah agamanya, tapi jangan sampai malah merubah fokus utama kita untuk mencari ilmu agama apalagi sampai “halu”. Bukan untuk menghalu atau hanya sekedar melihat ketampanan dari para ustadz ganteng tersebut.