BincangMuslimah.Com – Perempuan harus cantik. Perempuan harus menawan. Perempuan harus terlihat elok. Perempuan harus good looking. Ini sudah seperti sebuah pakem ketat yang melekat di banyak perempuan Indonesia. Lantas yang menjadi persoalan selanjutnya, seperti apa itu beauty standar (standar kecantikan)? Dan apa hakikat cantik menurut Islam?
Mungkin akan ada yang mengatakan cantik itu harus berkulit putih. Cantik itu rambutnya hitam lurus. Cantik itu, wajah cerah. Cantik itu natural. Cantik itu, kalau kamu menghabiskan uang ratusan atau miliaran untuk perawatan wajah.
Saat sekarang ini, umumnya orang-orang memandang jika kecantikan perempuan dilihat dari warna kulit yang putih, badan langsing dan muka yang glowing nyaris tanpa pori-pori. Perlbagai upaya pun dilakukan oleh kaum hawa untuk mengubah diri mereka sesuai dengan ‘standar kecantikan’ tersebut.
Tapi benarkah cantik harus putih, langsing dan tinggi semampai, rambut hitam lurus? Tidaklah demikian. Kecantikan itu sejatinya relatif. Ia hadir sebab dibentuk oleh lingkungan dan fenomena sosial. Percayalah standar kecantikan setiap wilayah, daerah, dan negara itu berbeda-beda.
Di Jepang, standar kecantikan adalah ketika wanita memiliki gigi gingsul. Di Miyanmar, standar kecantikan ketika wanita memiliki leher nan panjang. Di daerah Ethiopia, kecantikan wanita diukur ketika ia memiliki bibir lebar.
Pendek kata, standar kecantikan bagi perempuan terbentuk dalam waktu yang tidak sebentar. Konsep standar kecantikan ini dicampur tangan oleh media. Peran media memberikan sumbangsih besar terhadap standar kecantikan.
Lihat saja bagaimana media membingkai perempuan dalam setiap konten iklan. Krim pemutih dan pencerah pasti selalu dibintangi dengan aktris berkulit putih, langsing dan bertubuh semampai.
Begitu juga dengan film-film yang tayang di televisi. Tokoh utama digambarkan badan yang dianggap ideal. Sedangkan mereka yang berkulit berkulit gelap dan mempunyai bobot tubuh yang berisi seringkali menjadi ledekan atau guyonan.
Anjuran Self Love dalam Islam
Islam, tidak hanya melihat kecantikan seseorang dari kacamata fisik semata. Tidak melihat dari warna kulit tertentu. Pun tidak melihat kecantikan dari berat badan serta ukuran tubuh. Itu bukanlah menjadi garis utuh sebagai tolok ukur kecantikan seorang perempuan.
Dalam sebuah hadis Shahih Muslim dari Abu Hurairah, Nabi bersabda;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada penampilan dan harta kalian, akan tetapi dia melihat kepada hati dan perbuatan kalian. (HR. Muslim).
Pada Allah sendiri juga berfirman di dalam Al-Quran jika tolok ukur dari keunggulan seseorang adalah ketakwaan. Ini tercantum di dalam Q.S Al-Hujarat ayat 13;
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui dan maha mengenal” (Q.S Al-Hujarat ayat 13).
lslam tidak hanya mengutamakan kecantikan lahiriyah tapi juga secara bathiniyah. Kecantikan yang baik adalah menjaga dan merawat apa yang telah diberikan oleh Allah kepada kita sebagai muslimah. Tentu dengan ketakwaan dan keimanan agar dapat terbentengi dari perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.
Dengan demikian tidak ada alasan seorang perempuan untuk mencintai dirinya. Tidak perlu insecure dengan diri. Toh hakikatnya tubuh perempuan adalah miliknya. Perempuan yang tahu akan keperluannya.
Di samping itu, mencintai diri sendiri merupakan sebuah amanat dari Allah. Tubuh kita dianugerahkan Tuhan untuk dirawat dan disyukuri. Bagaimana tidak? Dalam diri manusia itu hakikatnya bertajalli sifat-sifat mulia Allah. Yang ditiupkan ketika di zaman azali.
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ
Artinya; Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”.
Nah alangkah mulia diri manusia. Dalam tubuhnya, dititipkan Tuhan ruh yang suci. Yang berasal dari-Nya. Seyogianya manusia tidak mengambil keputusan yang akan merusak apa yang telah Allah berikan. Toh, mencintai diri sendiri juga merupakan bentuk cinta kepada Allah.
Self love dalam Islam merupakan suatu keniscayaan. Seorang berhak atas tubuhnya. Perempuan pemiliki utuh tubuhnya. Bukan milik media, bukan milik produk kecantikan. Pun tak milik orang lain dan tidak ada yang bisa menentukan standar kecantikan pada perempuan, karena hakikat kecantikan terletak pada hati. Cintailah diri sendiri.
2 Comments