BincangMuslimah.Com – Pada tulisan ini penulis akan memaparkan langkah-langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh orang tua ketika hendak memulai kebiasaan bercerita sebelumnya yang merupakan lanjutan dari tulisan sebelumnya, Langkah-langkah Mempersiapkan Cerita / Dongeng Untuk Anak (1)’.
Langkah berikutnya adalah mengimajinasikan cerita dengan membayangkannya dan membuat peta cerita. Tidak perlu waktu yang lama karena hanya dalam 5 menit kita bisa membuat peta cerita. Dalam peta cerita itu bisa berisi adegan dalam cerita, tidak perlu dengan gambar yang bagus yang penting jelas dan dapat membantu kita. Hindari kata-kata dan usahakan hanya gambar yang berisi alur sehingga membuat kita benar-benar memahami cerita tersebut.
Selanjutnya kita perlu mengajukan banyak pertanyaan terkait cerita sebelum kita menyampaikannya kepada anak. Hal ini penting agar apapun respon dan pertanyaan yang akan anak berikan kita bisa merespon dan menjawabnya dengan baik, karena pasti akan muncul banyak pertanyaan dari anak ketika mendengarkan cerita.
Degan begitu anak akan tetap yakin kepada kita, karena kalau kita gagap dan tidak menguasai cerita anak akan ragu dan mungkin akan enggan untuk mendengarkan orang tuanya bercerita lagi.
Selain itu, kita perlu mengingat bagian-bagian dalam cerita yang memerlukan ekspresi lebih, nah kita sebagai orang tua dan pencerita bagi anak kita perlu melakukan hal itu. Jangan ragu untuk melakukan ekspresi karena ini penting untuk mengajarkan simpati dan empati kepada anak. Hal ini juga bisa mengajarkan anak kita bahwa orang tua adalah manusia biasa yang mempunya ragam ekspresi dan emosi.
Bagaimana kalau kita tidak bisa karena wajah kita kaku? Kita bisa mencoba senam wajah terlebih dahulu dengan menggerakkan wanggota tubuh yang ada pada wajah. Bisa dimulai dengan menaikan alis, mulut dan lainnya. Senam wajah ini berfungsi untuk melenturkan otot wajah supaya tidak kaku dan bisa berekspresi sesuai dengan karakter yang ada dalam cerita.
Selanjutnya perlu bagi kita untuk melatih suara, sebisa mungkin kita mampu membeda-bedakan suara, hal ini penting tapi bukan berarti wajib untuk dilakukan. Penekanan suara yang berbeda sudah cukup untuk membedakan suara antar tokoh, yang terpenting dalam bercerita suara kita terdengar dengan intonasi yang jelas dan tepat. Kalau kedua orang tua yang bercerita, tentu hal ini akan menjadi menarik, ibu menirukan suara tokoh A dan ayah menirukan suara tokoh B.
Keempat, cari cara untuk memulai dan mengakhiri cerita dengan sesuatu yang menarik. Ini penting kita lakukan agar anak menerima kesan yang menarik baik di awal maupun akhir cerita sehingga mereka ketagihan untuk mendengar cerita selanjutnya. Ini bisa kita lakukan dengan tebak-tebakan, menyanyikan lagu dan gerakan yang menarik yang tentunya berkaitan dengan cerita.
Kelima, pilih tempat dan posisi yang nyaman. Tempat dan posisi ini tentunya beragam sesuai kesepakatan saja, bisa di tempat tidur menjelang waktu tidur anak, di ruang tengah atau halaman rumah. Posisi yang nyaman misalnya orang tua berada di samping anak, atau memangku anaknya, bisa juga di depan anak seperti sebuah pertunjukkan.
Keenam, hindari pemberian pesan moral di akhir cerita. Bercerita bukanlah memberikan nasihat karena bercerita memiliki kehebatan yakni menasihati tanpa menggurui. Jadi biarlah anak menikmati ceritanya saja, percayalah pada anak bahwa mereka akan memproses cerita itu dalam benaknya.
Terakhir, buatlah aktivitas lanjutan setelah bercerita. Hal ini bisa kita gunakan secara efektif sebagai media untuk mengukur pemahaman anak terhadap cerita yang telah kita sampaikan dan membangun kedekatan dan memberikan waktu yang kualitas selama bersama anak. Lantas kapan aktivitas lanjutan ini dilakukan? Tergantung, kalau kita bercerita menjelang waktu tidur anak, maka tidak perlu melakukannya setelah bercerita, bisa di lain waktu.
Aktivitas tersebut dapat membuat anak mengingat kembali cerita yang telah mereka dapatkan. Aktivitasnya bebas, contohnya bisa dengan kuis tentang cerita, membuat kerajinan tangan tentang tokoh yang kita ceritakan atau yang lainnya.
Mari kita lakukan langkah-langkah di atas dengan harapan kita mampu menjadi pendongeng yang baik untuk anak-anak kita sebagai ikhtiar kita dalam mendidik mereka menjadi generasi yang memiliki empati dan imajinasi yang tinggi serta daya cipta dan manfaat yang sebanyak-banyaknya kelak, Aamiin. Selamat mencoba, semoga berhasil.