BincangMuslimah.Com – Rasulullah Saw diutus ke muka bumi sebagai rahmat bagi semesta alam. Tak hanya bagi seluruh manusia, pun hewan, tumbuhan, dan makhluk lainnya. Beliau adalah sosok yang bijaksana, jujur, amanah, lagi penuh kasih sayang. Allah Swt bahkan menyifati beliau dengan sifat “ar-rauf” yang artinya orang sangat pengasih lagi penyayang.
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat pengasih lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (At-Taubah: 128)
Di balik kelembutannya, beliau adalah sosok yang humoris lagi banyak berkelakar. Hal ini sebagaimana yang dikutip oleh Ibnul Jauzi dalam Al-Wafa bi ahlil Musthafa bahwa Abdullah bin Al-Harits bin Jaz’i mengungkapkan: “Saya belum pernah melihat orang yang banyak candanya melebihi Rasulullah Saw”.
Memiliki jiwa yang humoris tentu menjadi kelebihan tersendiri bagi si empunya, pasalnya orang yang humoris cenderung bisa mencairkan suasana dan membuatnya menjadi hangat. Tidak semua orang bisa memiliki kemampuan ini. Nah kira-kira bagaimana ya bentuk guyonan ala Rasulullah Saw?
Diriwayatkan dari sahabat Anas r.a. bahwa ada seorang pria bernama Zahir yang datang dari kampung untuk mengirimkan hadiah khas kampungnya kepada Nabi Saw. Rasulullah Saw menyiapkan bekal untuknya jika ia akan keluar. Rasulullah bersabda: “Zahir ini orang kampung, sedang kita orang kota”.
Zahir adalah orang bermuka jelek. Suatu hari Nabi Saw mendatanginya saat ia tengah berjualan. Beliau kemudian memeluknya dari belakang sehingga Zahir tidak dapat melihatnya. “Lepaskan aku! Siapa ini?”, kata Zahir.
Zahir pun menengok dan ternyata itu adalah Nabi Saw. Ia tak kuasa bergerak karena begitu rapatnya dada Rasulullah Saw dengan punggungnya.
“Siapa yang mau membeli hamba sahaya ini?” teriak Rasulullah Saw.
“Wahai Rasulullah, jadi menurutmu, saya ini orang yang harganya murah?”, kata Zahir. Nabi Saw berkata:
لَكِنْ عِنْدَ اللَّهِ لَسْتَ بِكَاسِدٍ أَوْ قَالَ لَكِنْ عِنْدَ اللَّهِ أَنْتَ غَالٍ
“Tapi di sisi Allah engkau tidaklah murah, tetapi engkau di sisi Allah itu mahal”. (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi)
Dalam riwayat lain dari sahabat Anas r.a. diceritakan bahwa ada seorang lelaki datang menemui Nabi Saw. Ia berkata: “Wahai Rasulullah, bawalah aku!”. Nabi berkata: “Kami akan membawamu di atas anak unta.” Lelaki itu berkata: “Apa yang dapat kuperbuat dengan anak unta?” Nabi menjawab: “Bukankah unta besar dilahirkan oleh anak unta (yang sudah besar)?” (HR. Abu Dawud).
Nabi Saw juga pernah bersabda: “Nenek-nenek tidak akan masuk surga”. Kemudian datanglah seorang nenek menghadap Nabi Saw dan bertanya kepada beliau. Lalu sembari bercanda, beliau menjawab: Nenek-nenek tidak akan masuk surga.” Di saat waktu shalat tiba, Nabi Saw menuju masjid untuk shalat. Nenek yang bertanya itupun menangis tersedu-sedu, hingga beliau kembali ke rumah. Aisyah menuturkan: “Wahai Rasulullah, nenek itu menangis karena sabdamu bahwa nenek-nenek tidak akan masuk surga.” Mendengar hal tersebut, Nabi Saw tertawa dan bersabda: “Memang, nenek-nenek tidak akan masuk surga sebab Allah Swt berfirman:
إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً (35) فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا (36) عُرُبًا أَتْرَابًا (37)
“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (Bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (Al-Waqi’ah: 35-37). Mereka itu sebelumnya juga ada yang nenek-nenek.”
Demikianlah cara Nabi Saw bersendau gurau. Tak hanya dengan sahabat-sahabatnya, Rasulullah Saw juga suka mencandai anak kecil, sebagaimana dituturkan oleh sayyidah Aisyah r.a.:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَفْكَهِ النَّاسِ مَعَ الصَّبِي
“Rasulullah Saw adalah orang yang paling suka berkelakar dengan anak kecil”. (HR. Ath-Thabrani)
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُدْلِعُ لِسَانَهُ لِلْحُسَيْنِ فَيَرَى الصَّبِيُّ حُمْرَةَ لِسَانِهِ فَيَهَشُّ إِلَيْهِ
“Rasulullah Saw suka menjulurkan lidahnya kepada Husain (cucu beliau). Si anak pun melihat merahnya lidah beliau dan merasa senang dibuatnya”. (HR. Ibn Hibban)
Begitulah cara Nabi Saw membuat senang orang di sekeliling beliau dengan candaan maupun kelakar yang beliau buat. Hal yang terpenting dari guyonan Nabi adalah beliau tidak pernah berbohong hanya untuk menyenangkan orang-orang. Hal ini sebagaimana beliau sabdakan:
إِنِّي لَأَمْزَحُ وَلَا أَقُوْلُ إِلَّا حَقًّا
“Aku suka bercanda, tetapi aku tidak mengatakan sesuatu kecuali itu benar adanya”. (HR. Ath-Thabrani)
Wallahu a’lam.