Wajahmu kusam, pasti ndak perawatan
Kamu kok hitam, coba beli krim pemutih
BincangMuslimah.Com – Kalimat di atas mungkin tidaklah asing atau sering ‘mampir’ di telinga perempuan. Yang mengucapkannya bisa saja tak punya niat jahat. Beberapa orang bahkan hanya menjadikan jenis kalimat tersebut sebagai opening percakapan saat bertemu dengan seorang teman yang sudah lama tidak berjumpa. Sesederhana itu sebenarnya.
Namun tidak semua perempuan dapat menerima kalimat itu dengan legowo atau perasaan lapang. Sebagian perempuan ada yang merasa tertohok kemudian sedih, merasa rendah diri, tertekan, hingga depresi. Ada pula yang kehilangan rasa percaya dirinya dan memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa karena takut keluar rumah.
Lah kenapa? Kan berbicara seperti itu untuk kebaikan dia kok. Biar bisa mengubah diri lebih baik lagi. Memang apa masalahnya? Padahal, tanpa kita sadari kata-kata di atas merupakan salah satu bentuk perilaku body shaming.
Body shaming merupakan sebuah tindakan mengomentari tubuh. Entah itu pada diri sendiri mau pun orang lain dengan cara yang kurang menyenangkan. Body Shaming dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk bullying atau merisak dalam bentuk verbal. Secara psikologi, body shaming ini teramat memengaruhi mental korban.
Saat sekarang ini, umumnya orang-orang memandang jika kecantikan perempuan dilihat dari warna kulit yang putih, badan langsing, dan muka yang glowing nyaris tanpa pori-pori. Berbagai upaya pun dilakukan oleh kaum hawa untuk mengubah diri mereka sesuai dengan ‘standar kecantikan’ tersebut.
Tapi benarkah cantik harus putih, langsing, dan tinggi semampai? Dilansir dari Republik.co, seorang Psikolog Anak dan Remaja dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (UI), Vera Itabiliana Hadiwidjojo punya pandangan lain soal standar cantik ini.
Menurutnya, pemahaman cantik bagi perempuan terbentuk dalam waktu yang tidak sebentar. Konsep cantik yang berkembang di masyarakat adalah langsing dan tinggi. Konsep ini diperkuat pula oleh peran media. Contohnya saja dalam bentuk periklanan.
Lihat saja bagaimana media membingkai perempuan dalam setiap konten iklan. Krim pemutih dan pencerah pasti selalu dibintangi dengan aktris berkulit putih, langsing dan bertubuh semampai.
Begitu juga dengan film-film yang tayang di televisi. Tokoh utama digambarkan badan yang dianggap ideal. Sedangkan mereka yang berkulit gelap dan mempunyai bobot tubuh yang berisi seringkali menjadi ledekan atau guyonan.
Nyatanya, memang tidak ada yang bisa menentukan standar kecantikan. Tidak ada patokan baku mengenai kriteria cantik itu seperti apa. Warna kulit alami yang dimiliki tentu lebih baik. Ketimbang memaksakan diri untuk memutihkan kulit dengan segala cara tanpa memandang dampak yang lain yang disebabkan.
Selain itu ada pula yang pergi ke salon, membeli baju-baju dengan merek terkenal dan perhiasan dengan tujuan dapat mempercantik diri. Tak tanggung-tanggung, ada pula yang melakukan operasi agar dapat menyesuaikan standar kecantikan tersebut.
Lantas bagaimana sosok perempuan cantik dalam kacamata Islam?
Dalam Islam, kecantikan tidak selalu soal fisik yang kasat nampak oleh mata. Warna kulit tertentu, berat badan, serta ukuran tubuh bukanlah menjadi garis utuh dan digenggam erat sebagai tolok ukur kecantikan seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan Hadis Nabi yang tertulis dalam kitab shahih Muslim dan diriwayatkan oleh Abu Hurairah – Radhiyallahu’anhu – berkata: Rasulullah shallallahu a’alahi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada penampilan dan harta kalian, akan tetapi dia melihat kepada hati dan perbuatan kalian.” (HR. Muslim/al Birru wa Shilla /4651).
Allah sendiri juga berfirman di dalam Al-Quran jika tolok ukur dari keunggulan seseorang adalah ketakwaan. Ini tercantum di dalam Q.S Al-Hujarat ayat 13. “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengenal.” (Q.S Al-Hujarat ayat 13).
Kesimpulannya adalah cantik dalam kacamata Islam tidak hanya mengutamakan kecantikan lahiriyah tapi juga secara bathiniyah. Kecantikan yang baik adalah menjaga dan merawat apa yang telah diberikan oleh Allah kepada kita sebagai muslimah. Tentu dengan ketakwaan dan keimanan agar dapat terbentengi dari perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.
1 Comment