BincangMuslimah – Dalam sejarah terdapat kisah Rasulullah disalip emak-emak. Penasaran pada kisah Rasulullah disalip emak-emak di jalan? Simak artikel berikut.
Sebagian kalangan agaknya memiliki persepsi buruk dengan kehadiran emak-emak, terlebih ketika berada di jalan raya. Sebab terkadang para ibu-ibu tidak memberikan kode melalui lampu riting atau seinnya.
Bahkan lucunya, acap kali mereka menyalakan lampu sein ke kanan, namun ternyata ia belok ke kiri. Tentunya ini agak meresahkan juga ya. Terlebih, emak-emak terkadang ceroboh dalam menyalip kenderaan.
Namun ternyata, kelakuan emak-emak yang begini ternyata pernah disitir oleh Rasulullah SAW. Jadi, tidak perlu risau dengan emak-emak. Sebab Rasulullah SAW sendiri pun juga disalip olehnya. Abu Hurairah Abdurrahman Sakhr meriwayatkan hadis ini, beliau mengatakan;
وَعَن أبي هُرَيْرَة رَضِي الله عَنهُ قَالَ قَالَ رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم أَنا أول من يفتح بَاب الْجنَّة إِلَّا أَنِّي أرى امْرَأَة تبادرني فَأَقُول لَهَا مَا لَك وَمن أَنْت فَتَقول أَنا امْرَأَة قعدت على أَيْتَام لي. رَوَاهُ أَبُو يعلى وَإِسْنَاده حسن إِن شَاءَ الله
Rasulullah saw bersabda “Aku adalah orang yang pertama kali masuk surga, namun tiba-tiba ada seorang emak-emak yang menyalipku. Lalu aku bertanya padanya “Kenapa kamu begitu, dan siapa kamu?”. Emak-emak tersebut menjawab “aku adalah emak-emak yang mengurus anak yatim yang ditinggalkan suamiku. (No. 3842)
Hadis ini statusnya Hasan (Imam al-Mundziri, Al-Targhib wa al-Tarhib Juz 3 Hal. 236)
Dengan redaksi yang mirip-mirip, Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani meriwayatkannya dalam Fath al-Bari. Beliau menuliskan;
أَخْرَجَهُ أَبُو يَعْلَى مِنْ حَدِيثِ أَبِي هُرَيْرَةَ رَفَعَهُ أَنَا أَوَّلُ مَنْ يَفْتَحُ بَابَ الْجَنَّةِ فَإِذَا امْرَأَةٌ تُبَادِرُنِي فَأَقُولُ مَنْ أَنْتِ فَتَقُولُ أَنَا امْرَأَةٌ تَأَيَّمْتُ عَلَى أَيْتَامٍ لِي وَرُوَاتُهُ لَا بَأْسَ بِهِمْ وَقَوْلُهُ تُبَادِرُنِي أَيْ لِتَدْخُلَ مَعِي أَوْ تَدْخُلَ فِي أثري
Abu ya’la mentakhrij hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dengan status hadis marfu’, diriwayatkan bahwasanya Rasulullah saw bersabda “Aku adalah orang yang pertama kali masuk surga.
Namun tetiba ada seorang emak-emak yang mendahuluiku. Lalu aku bertanya padanya “Kenapa kamu begitu, dan siapa kamu?”. Emak-emak tersebut menjawab “aku adalah emak-emak yang mengurus anak yatim yang ditinggalkan suamiku.
Menurut Ibnu Hajar, Transmiter hadis ini boleh dinukil hadisnya. Dan menurut beliau, maksud dari Tubadiruni (mendahului) ialah ia masuk bersama Rasulullah saw atau ia masuk setelah Rasulullah saw” (Fath al-Bari fi Syarh Sahih al-Bukhari Juz 10 Hal. 436)
Dalam riwayat lain, agak sedikit berbeda kalimatnya, namun maknanya serupa. Diriwayatkan;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” حَرَّمَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ آدَمَيٍّ الْجَنَّةَ يَدْخُلُهَا قَبْلِي، غَيْرَ أَنِّي أَنْظُرُ عَنْ يَمِينِي، فَإِذَا امْرَأَةٌ تُبَادِرُنِي إِلَى بَابِ الْجَنَّةِ، فَأَقُولُ: مَا لِهَذِهِ تُبَادِرُنِي؟ فَيُقَالُ لِي: يَا مُحَمَّدُ، هَذِهِ امْرَأَةٌ كَانَتْ حَسْنَاءَ جَمْلَاءَ، وَكَانَ عَلَيْهَا يَتَامَى لَهَا، فَصَبَرْتَ عَلَيْهِنَّ حَتَّى بَلَغَ أَمَرُهُنَّ الَّذِي بَلَغَ؛ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهَا ذَاكَ “
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah saw bersabda “Allah mengharamkan atas setiap anak adam untuk mendahuluiku saat masuk surga, hanya saja ketika aku melihat sisi kananku (kelak), tetiba ada emak-emak yang hendak menyerobot ke pintu surga.
Syahdan aku menanyainya “Kenapa engkau hendak mendahuluiku? Tetiba ada yang berkata kepadaku ” wahai Muhammad, perempuan ini adalah emak-emak yang mengurus anak yatimnya. Ia sabar, maka allah memberinya balasan yang baik. (Al-Khara’ithi, Makarim al-Akhlak No. 642 Hal. 212)
Maka dari itu, jangan berputus asa bagi pihak-pihak yang mengurus dan menanggung anak yatim. Mohon jangan dijadikan beban, sebab agung sekali keutamaan menanggung kebutuhan dan keperluan anak yatim. Salah satunya diungkapkan oleh Imam al-Razi, beliau menyatakan;
الْيَتِيمُ كَالتَّالِي لِرِعَايَةِ حُقُوقِ الْأَقَارِبِ وَذَلِكَ لِأَنَّهُ لِصِغَرِهِ لَا يَنْتَفِعُ بِهِ وَلِيُتْمِهِ وَخُلُوِّهِ عمن يَقُومُ بِهِ، يَحْتَاجُ إِلَى مَنْ يَنْفَعُهُ وَالْإِنْسَانُ قَلَّمَا يَرْغَبُ فِي صُحْبَةِ مِثْلِ هَذَا، وَإِذَا كَانَ هَذَا التَّكْلِيفُ شَاقًّا عَلَى النَّفْسِ لَا جَرَمَ كَانَتْ دَرَجَتُهُ عَظِيمَةً فِي الدِّينِ.
Anak yatim bagaikan orang setelah kerabat dalam kewajiban memenuhi hak-haknya, hal itu disebabkan masih bocahnya anak yatim tidak mampu memberikan kemanfaatan atas kesendiriannya, ketiadaan orang yang menanggungnya membutuhkan orang-orang yang peduli atas nasibnya, dan jarang sekali orang yang peduli atas nasib mereka.
Dan ketika menanggung kebutuhan dan menyayangi mereka merupakan hal yang amat berat maka dipastikan oleh agama bagi penanggungan berhak akan derajat yang agung. (Tafsir Mafatih al-Ghaib, Juz 3 Hal. 587)
Lebih jelas lagi, beberapa hadis meriwayatkan terkait keutamaannya mengurus anak yatim. Antara lain;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «خَيْرُ بَيْتٍ فِي الْمُسْلِمِينَ بَيْتٌ فِيهِ يَتِيمٌ يُحْسَنُ إِلَيْهِ، وَشَرُّ بَيْتٍ فِي الْمُسْلِمِينَ بَيْتٌ فِيهِ يَتِيمٌ يُسَاءُ إِلَيْهِ»
Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAw bersabda “Rumah yang terbaik di antara kaum muslimin adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim dan mereka berbuat baik padanya. Dan rumah yang terburuk di antara kalian adalah rumah yang ada anak yatimnya, namun mereka berbuat jahat padanya. (Sunan Ibnu Majah No. 3697 Juz 2 Hal. 1213)
Dalam hadis lain, dijelaskan;
وَرُوِيَ عَن ابْن عمر رَضِي الله عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم إِن أحب الْبيُوت إِلَى الله بَيت فِيهِ يَتِيم مكرم. رَوَاهُ الطَّبَرَانِيّ والأصبهاني
Ibnu Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Rumah yang paling dicintai Allah adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim yang dimuliakan.” (Al-Targhib wa al-Tarhib No. 3839 Juz 3 Hal. 236)
Lebih dahsyat lagi, keutamaan menanggung anak yatim yang paling menggiurkan ini dijelaskan langsung oleh Rasulullah saw dalam hadis berikut;
أَنَا وَكَافِلُ اليَتِيمِ فِي الجَنَّةِ هَكَذَا- وَقَالَ بِإِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالوُسْطَى
“Aku dan orang yang menanggung anak yatim di surga seperti dua jari ini” Rasulullah bersabda dengan isyarat dua jari beliau, yakni jari telunjuk dan jari tengah” (HR al-Bukhari)
Ketika mengomentari hadis ini, Ibnu Batthal mengatakan bahwasanya seyogyanya bagi yang mendengar hadis ini untuk mengurus anak yatim, agar supaya ia bisa membersamai Rasulullah SAW kelak di surga. Sungguh tidak ada keadaan yang lebih afdhal, dari pada bisa berkumpul dengan Rasulullah SAW. (Fath al-Bari fi Syarh Sahih al-Bukhari, Juz 10 Hal. 436)
Jadi, jika ingin masuk surga, maka urusilah anak yatim. Hadis di atas menjamin para pengurus anak yatim, yang kelak akan bisa berkumpul dengan Rasulullah SAW. Maka dari itu, silahkan urusilah anak yatim.
Jangan sampai mereka kelaparan dan pendidikan mereka terbengkalai, nurani manusia normal pasti ingin membantunya. Terlebih dalam Islam sendiri, banyak sekali keutamaan dari mengurus anak yatim.
Tulisan ini pernah diterbitkan di Bincangsyariah.com.
3 Comments