Ikuti Kami

Khazanah

Kisah Hindun binti Utbah, Pemakan Hati Hamzah bin Abdul Muthalib yang Masuk Islam

hindun utbah pemakan hati
Source: Gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Hindun binti Utbah bin Rabi’ah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf al-Umawiyah al-Quraisyiyah dilahirkan oleh seorang ibu bernama Shafiyyah binti Umayyah bin Haritsah bin al-Auqash bin Murrah bin Hilal bin Falih bin Dzikwan bin Tsa’labah bin Bahtah bin Salim. Hindun merupakan ibu kandung dari seorang Khalifah yang terkenal dari Dinasti Umayyah, Muawiyyah bin Abi sufyan. Dalam sejarah Islam, Hindun binti Utbah dikenal sebagai pemakan hati Hamzah bin Abdul Muthalib. 

Ketika terjadinya perang Badar, beberapa anggota keluarga Hindun turut wafat di medan peperangan dengan beberapa pasukan dalam barisan, diantaranya yakni: Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, serta Walid bin Utbah. Hindun sangat bersedih dan menangis saat mendengar kematian tersebut.

Kemudian, saat terjadinya perang Uhud, Abu Sufyan ikut keluar dan menjadi salah seorang panglima pasukan Mekkah. Dia berperang bersama Hindun yang tergabung dalam 15 orang perempuan lainnya. Ketika dua pasukan berhadapan dan semakin berdekatan, Hindun berdiri di kalangan para perempuan yang bersamanya, kemudian mereka mengambil gendang dan mulai menabuhnya di barisan belakang pasukan untuk memberi semangat.

Usai pertempuran, Hindun dan beberapa perempuan yang bersamanya terdiam, lalu menghitung-hitung jumlah korban yang terbunuh dari pihak muslim. Mereka mendapatkan beberapa anggota tubuh korban seperti telinga dan hidung yang banyak. Lalu, mereka mengambil beberapa potong telinga dan hidung kaum muslim sebagai gelang kaki dan kalung.

Sebelum memperoleh cahaya Islam, Hindun mendapat julukan “Akilatul Kibdah” (Pemakan Hati). Gelar tersebut disematkan kepadanya karena saat terjadinya perang Uhud, Hindun memperlakukan jenazah Hamzah bin Abdul Muthalib sang “Singa Allah” yang merupakan paman Rasulullah dengan tidak layak bahkan di luar batas kemanusiaan.

Baca Juga:  Fenomena Politik Identitas dalam Kontestasi Pemilu Indonesia

Namun siapa sangka, salah satu musuh Islam tersebut akhirnya menyatakan masuk Islam dan turut dalam barisan Rasulullah saw. pada saat pasukan tentara Islam yang dikomandoi langsung oleh Rasulullah berhasil menguasai Mekkah pada peristiwa bersejarah yang dikenal dengan “Fathu Makkah”. 

Setelah memeluk Islam, perempuan pemakan hati tersebut menjadi salah satu perempuan yang turut meriwayatkan hadis dari Nabi saw. Begitu pula putra beliau Mu’awiyah meriwayatkan hadits dari beliau dan ‘Aisyah Ummul mukminin radhiyallahu ‘anha.

Dilansir dari Khazanah Republika, setelah cahaya Islam menghampirinya, sosok Hindun kemudian dikenal sebagai seorang pemikir, penyair, dan seorang perempuan yang bijak. ”Beliau adalah seorang wanita yang berjiwa besar dan memiliki kehormatan,” tutur Imam Ibnu Abdil Barr. 

Sebagai seorang penyair perempuan masa Mukhadram (masa Jahiliyah dan Awal Islam), ia banyak menuliskan beberapa bait-bait puisi. Pada masa Jahiliyah, sebagian besar puisinya dikenal sebagai ratapan (ritsa)  untuk orang-orang musyrik Quraisy yang terbunuh saat perang Badar, Seperti Qasidah Madh dengan menggunakan Bahr Rajz berikut:

نحن جزيناكم بيوم بدر

والحرب بعد الحرب ذات سعر

 ما كان عن عتبة لي من صبر

ولا أخي وعمه وبكري

 شفيت نفسي وقضيت نذري

شفيت وحشي غليل صدري

 فشكر وحشي على عمري

حتى ترم أعظمي في قبري

 أبي وعمي وشقيق بكري

  أخي الذي كان كضوء البدر

 بهم كسرت يا علي ظهري

 

 Kami membalas kalian pada  hari perang Badar

 Dan perang demi perang memiliki harga

  Bagaimana dengan ambang batas kesabaran saya

  Begitu pula saudara laki-laki saya, pamannya, atau anak sulung saya

  Saya menyembuhkan diri sendiri dan memenuhi sumpah saya

  Saya menyembuhkan dada saya yang brutal

  Wahshi berterima kasih atas hidup saya

Baca Juga:  Belajar Menekan Ego dari Kisah Ibnu Abbas dan Zaid bin Tsabit

  Sampai Anda membuang terbesar saya di kuburan saya

  Ayah saya, paman saya, dan anak sulung saya

  Saudara saya yang seperti cahaya bulan purnama

  Dengan mereka aku mematahkan punggungku

Akhirnya, pada tahun ke-14 Hijriyah menjadi tahun terakhir Hindun, karena ia wafat di tahun tersebut. Putra Hindun, Muawiyah mendeskripsikan ibunya dengan “Sesungguhnya di zaman Jahiliyah beliau memiliki kewibawaan. Begitu pula di zaman Islam beliau memiliki kemuliaan yang tinggi.”

Demikian kisah Hindun binti Utbah yang dikenal sebagai pemakan hati Hamzah binti Abdul Muthalib. Kisah yang inspiratif dan membuktikan bahwa hidayah akan datang kepada siapapun.

Rekomendasi

Zaid bin Tsabit Zaid bin Tsabit

Belajar Menekan Ego dari Kisah Ibnu Abbas dan Zaid bin Tsabit

sahabat tabi'in memperbolehkan musik sahabat tabi'in memperbolehkan musik

Beberapa Nama Sahabat Nabi dan Tabi’in yang Memperbolehkan Musik

Tiga Penafsiran Perempuan dalam Al-Qur’an Menurut Amina Wadud Tiga Penafsiran Perempuan dalam Al-Qur’an Menurut Amina Wadud

Ummu Hisyam binti Haritsah, Pemelihara Surat Qaf dari Lisan Rasulullah

Kasus Korupsi Zaman Rasulullah Kasus Korupsi Zaman Rasulullah

Kasus Korupsi pada Zaman Rasulullah

Ditulis oleh

Alumni Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Pegiat Sastra Arab, dan Gender Islam.

Komentari

Komentari

Terbaru

Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga

Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga

Berita

Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif

Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif

Berita

Apakah Komentar Seksis Termasuk Pelecehan Seksual?

Diari

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Muslimah Talk

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Mapan Dulu, Baru Nikah! Mapan Dulu, Baru Nikah!

Mapan Dulu, Baru Nikah!

Keluarga

Trending

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Siapa yang Paling Berhak Memasukkan Jenazah Perempuan Ke Kuburnya?

Ibadah

keadaan dibolehkan memandang perempuan keadaan dibolehkan memandang perempuan

Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

Kajian

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak

Hukum Orangtua Menyakiti Hati Anak

Keluarga

ayat landasan mendiskriminasi perempuan ayat landasan mendiskriminasi perempuan

Manfaat Membaca Surat Al-Waqiah Setiap Hari

Ibadah

Connect