Ikuti Kami

Khazanah

Gadis Arivia, Pendiri “Jurnal Perempuan”

gadis arivia jurnal perempuan
Photo by Oleh Crisco 1492 - Karya sendiri, CC BY-SA 4.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=51716297

BincangMuslimah.Com – Gadis Arivia merupakan Doktor filsafat Universitas Indonesia, aktivis perempuan dan pendiri “Jurnal Perempuan”. Ia lahir New Delhi, India, pada 4 September 1964. Masa kecil hingga  dewasa dihabiskan Gadis melanglang buana dari satu negara ke negara lain.  Hal ini dalam upaya mengikuti ayahnya Arif Effendi, berdarah Melayu Deli, yang melakukan pekerjaan di British Council, sebuah lembaga kebudayaan kerajaan Inggris. Sementara, bakat aktivis diwarisi dari ibunya Atikah, berdarah campuran Aceh dan Minang, kelahiran Pematang Siantar, yang semasa mudanya aktif sebagai aktivis Aisyah, organisasi perempuan Muhammadiyah.

Kala Gadis baru berumur dua hari pertama, keluarga besarnya  pindah ke Ethiopia, mengikuti kepindahan tugas Sang Ayah. Dua tahun keluarga tinggal di Ethiopia. Setelah itu pulang ke Indonesia. Setelah tiga tahun menetap di Indonesia, keluarganya  pindah mengikuti sang ayah yang ditugaskan ke Budapest, Hongaria, selama empat tahun. Di sini, Gadis masuk sekolah landasan di British Embassy School di Budapest. Kemudian  keluarganya mengikuti ayahnya kembali lagi ke Indonesia. Ia dan keluarganya tinggal di kawasan Tebet, Jakarta. Gadis pun masuk ke sekolah menengah pertama di Tebet, namun, hanya hingga kelas satu. Saat itu, Gadis mengalami kesusahan mengikuti mata pelajaran yang memakai bahasa Indonesia. Ia lebih lancar berbicara Inggris.

Gadis merupakan  anak ketujuh dari sembilan bersaudara (empat perempuan dan lima laki-laki) lahir di New Delhi tempat ayahnya bekerja. Namun, saat itu, ayahnya Arif Effendi sedang bekerja ke Ethiopia. Nama Arivia berasal dari nama ayahnya Arif (Ari) digabung dengan nama neneknya Lathifah (Via). Pada Juli 1977 ayahnya meninggal, Gadis pun ikut kakaknya nomor dua, Arrizal Effendi, yang bekerja sebagai diplomat di Washington. Gadis melanjutkan sekolah menengah di McLean High School, Virginia, Amerika. Saat sekolah di Virginia, Gadis banyak membaca buku-buku para filsuf Perancis seperti Albert Camus, Simone de Beauvoir, dan Jean Paul Sartre.

Baca Juga:  Qasidah Imam Busyiri, Bentuk Cinta Kepada Nabi

Setelah lulus sekolah menengah di Virginia, Gadis pulang ke Indonesia. Di Jakarta, ia melanjutkan studi di Program Diploma III Sastra Prancis Universitas Indonesia. Saat kuliah Sastra Perancis, awal 1980-an, Gadis sering mengunjungi perpustakaan di Centre Culturel Francais atau Pusat Kebudayaan Prancis, Jalan Salemba Raya Jakarta. Di situ dia banyak membaca buku tokoh-tokoh filsafat Prancis. Setelah program diploma Sastra Perancis selesai, Gadis pun melanjutkan studi filsafat di Universitas Indonesia. 

Pada 1990-an, Gadis  tertarik pada pemikiran baru tentang postmodernisme. Saat itu, Asikin Arif, dosen filsafat Universitas Indonesia, pulang dari Jerman membawa pemikiran postmodernisme. Suatu gerakan yang berasal dari kritik seni, arsitektur dan filsafat, selanjutnya berkembang berlaku skeptisisme yang sistematis terhadap teori-teori lama tentang modernisasi dan industrialisasi. 

Gadis tertarik atas pemikiran itu dan ikut aktif membentuk himpunan diskusi Lingkaran Studi Filsafat. Hingga selanjutnya, Gadis mampu berjumpa Jacques Derrida, sekaligus untuk melanjutkan studi filsafat di perguruan tinggi pengetahuan sosial, École des hautes études en sciences sociales, tempat Derrida mengajar. Selama dua tahun (1992 -1994), ia mengikuti kuliah Jacques Derrida dan aktif membaca dan berdiskusi dengan para mahasiswa. Sepulang dari Perancis, Gadis mengajar studi feminisme dan filsafat kontemporer di Universitas Indonesia. Saat itu, mahasiswanya mengalami kesusahan lantaran bahan-bahan bacaan berbicara Indonesia sulit ditemukan. Gadis pun membikin buletin. Dicetak sekitar 200 eksemplar dan langsung berkesudahan.

Pada 1996, Gadis Arivia bersama Toeti Heraty Noerhadi dan Asikin Arif membangun lembaga yang dinamai Yayasan “Jurnal Perempuan“. Inisiatif untuk menerbitkan sebuah jurnal feminisme bernama “Jurnal Perempuan” ini lebih ditujukan dalam rangka melengkapi bahan perkuliahan paradigma feminisme di fakultas Sastra Universitas Indonesia. 

Baca Juga:  Kisah Isra Mi'raj Rasulullah Ditemani Malaikat Jibril

Ketertarikan Gadis soal studi feminisme ada ketika masa kuliah filsafat. Kala itu, di Indonesia, feminisme sedang menjadi teori atau wacana yang dianggap baru. Salah satu pemikir feminisme yang dikaguminya merupakan Barbara Smith. Barbara dalam bukunya All the Women are White, All the Blacks are Men, But Some of Us are Brave, yang berasal dari pidatonya pada 1979 menyebut feminisme merupakan teori dan praktik politik yang berjuang untuk membebaskan (pembebasan total) seluruh perempuan. Di dalam negeri, dia mengagumi seorang dosennya Toeti Herati Nurhadi yang banyak meminjamkan buku-buku feminisme untuk Gadis.

Gadis Arivia mulai dikenal ketika peristiwa penangkapannya saat berdemonstrasi bersama puluhan ibu yang lain yang tergabung dalam Suara Ibu Peduli, menyuarakan isu kelangkaan susu bayi di bundaran Hotel Indonesia Jakarta, Februari 1998. Saat itu Gadis bersama dua ibu yang lain Wilasih Noviana dan Karlina Supeli ditangkap polisi. Pada 2006 ia  sering menulis dan menjadi pembicara seputar kontroversi Rancangan Undang-Undang Antipornografi dan Pornoaksi. Sekarang ia berdomisili di Amerika dan mengajar filsafat di sebuah universitas.

Rekomendasi

Pray the Devil Back Pray the Devil Back

Pray the Devil Back to Hell, Cerita Powerfull Perempuan Mengusung Perdamaian

muslimah posthuman Pascamanusia Pascaperempuan perspektif feminis muslimah posthuman Pascamanusia Pascaperempuan perspektif feminis

Menjadi Cyberfeminis dengan Memaksimalkan Media Sosial

Ning Khilma Anis Ning Khilma Anis

Ning Khilma Anis; Bu Nyai Muda yang Berdakwah Melalui Karya Sastra

Biografi Siti Suryani Thahir Biografi Siti Suryani Thahir

Biografi Siti Suryani Thahir: Perintis Majelis Taklim Jakarta

Ditulis oleh

Mahasiswi UIN Jakarta dan volunter di Lapor Covid

2 Komentar

2 Comments

Komentari

Terbaru

Apakah Komentar Seksis Termasuk Pelecehan Seksual?

Diari

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Muslimah Talk

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Mapan Dulu, Baru Nikah! Mapan Dulu, Baru Nikah!

Mapan Dulu, Baru Nikah!

Keluarga

Melatih Kemandirian Anak Melatih Kemandirian Anak

Parenting Islami ; Bagaimana Cara Mendidik Anak Untuk Perempuan Karir?

Keluarga

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

Trending

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Siapa yang Paling Berhak Memasukkan Jenazah Perempuan Ke Kuburnya?

Ibadah

keadaan dibolehkan memandang perempuan keadaan dibolehkan memandang perempuan

Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

Kajian

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak

Hukum Orangtua Menyakiti Hati Anak

Keluarga

ayat landasan mendiskriminasi perempuan ayat landasan mendiskriminasi perempuan

Manfaat Membaca Surat Al-Waqiah Setiap Hari

Ibadah

Connect