BincangMuslimah.Com – Juwairiyah adalah putri dari al-Harits bin Abi Dhirar al-Khuza’iyyah al-Musthaliqiyyah yakni kepala suku Bani Musthaliq. Nama aslinya adalah Barrah dan Rasulullah saw. mengganti namanya menjadi Juwairiyah, lengkapnya yakni Juwairiyah binti al-Harits yang kemudian hari menjadi istri Rasulullah dan membawa banyak berkah bagi sekitar.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Juwairiyah digambarkan sebagai perempuan menawan yang selalu menarik perhatian. Siapa pun yang melihatnya akan terpesona. Juwairiyah menjadi tawanan Tsabit bin Qois bin Syammas sesudah pembagian ghanimah dari perang al-Muraisi’ (5/6 H) yang sering disebut sebagai Perang Bani Musthaliq.
Nasib Juwairiyah tak mujur. Sang suami, Musafi’ bin Shofwan al-Musthaliqi terbunuh dalam perang dan ayahnya melarikan diri. Sementara itu, Juwairiyah menjadi tawanan perang umat Islam. Padahal, Juwairiyah adalah perempuan terhormat di kabilahnya. Demi membebaskan diri, ia lantas membuat perjanjian pembebasan diri dengan tuannya yakni dengan cara membayar.
Suatu hari, Juwairiyah binti al-Harits datang ke Rasulullah saw. untuk meminta bantuan tentang perjanjian pembebasannya. Saat Juwairiyah berdiri di depan pintu rumah Rasulullah saw., Aisyah r.a. mulai memperhatikannya dari balik pintu kamarnya.
Saat itu, terasa ada rasa cemburu yang timbul dalam hatinya. Sungguh Aisyah r.a. pun kagum melihat betapa cantiknya paras Juwairiyah dan Aisyah r.a. pun tahu bahwa Rasulullah Saw. pasti akan melihat Juwairiyah sebagaimana cara Aisyah r.a. melihat Juwairiyah.
Ketika bertemu dengan Rasulullah Saw., Juwairiyah pun berkata, “Wahai Rasulullah Saw., aku adalah Juwairiyah binti al-Harits. Engkau pasti sudah mengetahui permasalahanku. Aku menjadi tawanan Tsabit bin Qais bin Syammas setelah pembagian ghanimah, dan aku telah membuat perjanjian pembebasanku. Maka, aku datang kepadamu untuk meminta pertolongan perjanjian pembebasanku”.
Rasulullah saw. kemudian bertanya, “apakah engkau mau mengambil sesuatu yang lebih baik dari hal itu (pembebasan)?”
“Apa itu wahai Rasulullah?” Juwairiyah bertanya balik.
Maka, beliau pun bersabda, “Aku bayarkan perjanjian pembebasanmu dan aku akan menikahimu.”
Betapa terkejutnya Juwairiyah mendengar pernyataan Rasulullah saw. tersebut. Juwairiyah pun menerima tawaran Rasulullah saw. dengan hati yang penuh bahagia. Rasululllah saw. pun akhirnya menikahi Juwairiyah di bulan Sya’ban pada tahun keenam.
Tatkala umat Islam mendengar kabar pernikahan Rasulullah saw. dengan Juwairiyah, mereka berkata, “para tawanan itu adalah kerabat (besan) Rasulullah saw.” Mereka pun akhirnya membebaskan tawanan kaum Bani Musthaliq yang ada pada mereka. Pernikahan Rasulullah saw. dengan Juwairiyah pun menjadi sebab dibebaskannya seratus keluarga Bani Musthaliq. Juwairiyah binti al-Harits disebut-sebut sebagai perempuan yang paling banyak berkahnya.
Hal ini sebagaimana pengakuan Aisyah r.a, “kami tidak melihat seorang perempuan yang lebih besar berkahnya bagi kaumnya ketimbang Juwairah. Oleh sebab itu, seratus keluarga Bani Musthaliq dibebaskan.”
Kisah Juwariyah binti al-Harits berlanjut. Juwairiyah binti al-Harits wafat di Madinah pada bulan Rabiul Awal tahun 56. Juwairiyah binti al-Harits adalah salah satu istri Rasulullah saw. yang turut serta meriwayatkan hadits Nabi. Dalam kutubusittah, hadis yang disandarkan kepadanya berjumlah 17 hadits.
Murid-murid yang meriwayatkan hadis dari Juwairiyah binti al-Harits diantaranya adalah Ibnu Abbas, Ibnu ‘Umar, Jabir, Abu Ayyub al-‘Ataki, ‘Ubaid bin as-Sabbaaq, dan ath-Thufail yakni keponakan Juwairiyah sendiri.
Demikian profil tentang kisah Juwairiyah binti al-Harits, istri Rasulullah yang membawa banyak berkah bagi kaumnya. Semoga kisah ini bermanfaat bagi para pembaca dan bisa diambil hikmahnya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Wallahu A’lam.[]