Ikuti Kami

Kajian

Hari Perempuan Internasional sebagai Awal Perjuangan Perempuan

hari perempuan internasional
freepik.com

BincangMuslimah.Com – Hari Perempuan Internasional atau International Womes Day (IWD) adalah hari dimana seluruh dunia merayakan prestasi perempuan secara social, ekonomi, budaya, dan politik. Tidak hanya itu, IWD juga merupakan ajakan untuk semua elemen masyarakat untuk menciptakan, bergerak dan memperjuangkan kesetaraan gender serta hak perempuan. Hari ini diperingati setiap tanggal 8 Maret setiap tahun.

Dewasa ini, perempuan tidak menjadikan IWD sebagai momen merayakan namun menjadi momen kritik atas segala bentuk ketidakadilan gender yang terjadi. Dalam sejarahnya, Hari Perempuan Internasional dirayakan pertama kali lebih dari satu abad lalu, tepatnya di tahun 1911. Hari peringatan ini juga menjadi seruan untuk mempercepat kesetaraan gender.

Temma Kaplan dalam tulisannya “On the Socialist Origins of International Women’s Day”, dimuat dalam Feminist Studies (1985), menyebutkan riwayat perayaan Hari Perempuan Sedunia berawal pada 8 Maret1857. Kala itu tulis Kaplan, terjadi protes dari perempuan buruh yang bekerja di pabrik tekstil di New York. Tindakan semena-mena dan upah rendah menjadi alasan aksi tersebut. Namun, belum ada dampak lanjutan yang signifikan setelah unjuk rasa itu. Tepat 50 tahun berselang, tanggal 8 Maret 1907, seperti yang tertulis dalam buku The Feminism Book: Big Ideas Simply Explained (2019), dikabarkan telah terjadi aksi demonstrasi yang melibatkan lebih dari 15 ribu perempuan buruh pabrik tekstil di New York.

Ada beberapa kalangan yang meragukan peristiwa itu, termasuk dari kalangan sejarawan. Tapi, tidak sedikit pula yang percaya. Kaum feminis Eropa, terutama di Perancis, misalnya, dikutip dari Internationalism in the Labour Movement 1830-1940 (1988), meyakini kejadian tersebut merupakan ide awal tercetusnya Hari Perempuan Internasional. Selanjutnya 1908 ini para perempuan melakukan aksi damai secara luas dan perdebatan kritis di kalangan perempuan.

Baca Juga:  Hai Ladies, Yuk Turut Serta Menjadi Aktor Kunci Menjaga Toleransi!

Penindasan dan ketimpangan terhadap perempuan mendorong perempuan menjadi lebih vocal kemudian sounding juga aktif dalam kampanye menuntut perubahan. Selanjutnya, 15000 perempuan melakukan longmarch menembus kota New York menuntut jam kerja yang lebih pendek , gaji yang lebih baik, dan diberikan hak pilih. Pada 28 Februari 1909 Hari Perempuan Nasional dirayakan di wilayah Amerika bersamaan dengan deklarasi Partai Sosialist Amerika. Perempuan selalu merayakan Hari Perempuan Nasional di hari Minggu terakhir di bulan Februari hingga tahun 1913.

Berlanjut pada 1910 dilaksanakan Konferensi International Pekerja Perempuan dilaksanakan di Copenhagen. Clara Zetkin seorang Ketua ‘Perempuan Kantor’ dari partai Sosial Demokrat di Jerman) mengusulkan gagasann Hari Perempuan Internasional. Beliau mengusulkan gagasab Hari Perempuan International. Beliau mengatakan bahwa Hari Perempuan harus dirayakan di setiap negara di dunia di hari yang sama, sebagai media advokasi untuk menekan tuntutan mereka.

Konferensi ini dihadiri oleh 100 perempuan dari 17 negara ini, mewakili beberapa serikat pekerja , partai-partai sosialis, asosiasi perempuan karier, dan dihadiri 3 perempuan pertama yang terpilih di Parlemen Finlandia yang juga mendukung gagasan Clara. Hasilnya, kita merayakan tanggal 28 Februari sebagai Hari Perempuan International.

Bergulir pada 1911 untuk pertama kalinya Austria, Denmark, Jerman dan Switzerland merayakan pada tanggal 19 Maret. Lebih dari satu perempuan dan laki-laki merayakan IWD dengan aksi damai menuntut hak-hak perempuan untuk bekerja, mendapat hak pilih, hak dilatih kerja, hak menempati posisi di kantor-kantor pelayanan masyarakat, dan penghapusan diskriminasi.

Beberapa hari setelah konferensi, pada tamggal 25 Maret terjadi insiden ‘Triangle Fire’ di New York yang mengorbankan 140 perempuan pekerja. Mayoritas dari mereka adalah perempuan keturunan Italy dan pendatang Yahudi. Tidak lama setelah itu sehari sebelum perang Dunia I tahun 1913, Perempuan Rusia merayakan IWDA dengan mengkampanyekan perdamaian di hari Minggu terakhir di bulan Februari.

Baca Juga:  Hukum Saweran Shalawat dalam Islam, Bolehkah?

Sebagai kelanjutan dari peringatan tersebut, muncul gagasan untuk mengganti hari perayaan IWD di bulan Maret, yang kemudian diberlakukan secara global sejak itu. Pada tahun 1914, perempuan di kawasan Eropa melakukan aksi anti perang dan mengekspresikan solidaritas antar perempuan.Pada 1917 seorang perempuam Rusia melakukan demontrasi untuk ‘roti dan perdamaian’sebagai respon tewasnya 2 juta tentara Rusia di medan perang pada Minggu terakhir di bulan Februari.

Namun aksi ini mendapat kecaman dari pemimpin politik tapi perempuan Rusia tetap melanjutkan demontrasi, 4 hari kemudian Czar ditekan untuk mengundurkan diri dari pemerintah sementara memberikan hak pilih kepada perempuan. Tanggal dimana perempuan Rusia melakukan demontrasi ini hadalah hari Minngu tanggal 23 Februari, dalam kalender Julian yang digunakan Rusia ketika itu, sama dengan kalender Gregorian yang jatuh pada tanggal 8 Maret.

Hingga dalam rentang waktu 1918-1999 sampai sekarang IWD telah tumbuh dan berkembang semakin kuat setiap tahunnya. Selama beberapa tahun PBB juga telah menggelar konferensi untuk mengoordinasi upaya-upaya Internasional untuk memperbaiki hak-hak perempuan dan partisipasi dalam proses social, politik, maupun proses ekonomi. Pada tahun 1975, PBB menetapkan ‘Tahun Perempuan Internasional’.

Organisasi-organisasi perempuan dan pemerintah di seluruh dunia setiap tanggal 8 Maret dengan mengelar acara-acara dalam skala besar untuk menghormati peran dan prestasi perempuan. Mengutip dari situs resmi International Women’s Day, perayaan untuk semua perempuan di seluruh dunia tahun ini akan mengangkat tema #ChooseToChallenge. Choose to challenge artinya memilih untuk menantang. Tapi apa yang dipilih dan apa yang perlu ditantang?

Rekomendasi

Peran Pejuang Perempuan Bagi Kesejahteraan Kaum Hawa di Masa Kini

perempuan berperan kebijakan Islam perempuan berperan kebijakan Islam

Perempuan yang Berperan dalam Kebijakan Islam di Masa Rasulullah

hari ibu hak perempuan hari ibu hak perempuan

Hari Ibu dan Pengakuan Hak Perempuan dalam Islam

Hari Perempuan Internasional Hari Perempuan Internasional

Hari Perempuan Internasional 2022: Wujudkan Keadilan Gender Lewat Pendidikan

Ditulis oleh

Mahasiswi UIN Jakarta dan volunter di Lapor Covid

Komentari

Komentari

Terbaru

Etika Mengadakan Acara di dalam Masjid

Kajian

Ummu Sulaim Ummu Sulaim

Ibu Sempurna dalam Pandangan Masyarakat

Diari

Kisah Nabi Muhammad Bergurau Dengan Istrinya Kisah Nabi Muhammad Bergurau Dengan Istrinya

Kisah Nabi Muhammad Bergurau Dengan Istrinya

Keluarga

Hukum Menguntit dalam Islam dan Undang-Undang

Kajian

Bolehkah Menjamak Shalat Bukan Karena Uzur Syar’i?

Kajian

Kisah cinta Zainab binti Rasulullah Kisah cinta Zainab binti Rasulullah

Maulid Nabi dan Revolusi Kemanusiaan Perempuan

Khazanah

Syekh Ahmad Thayyib dan Paus Fransiskus Role Model Dalam Beragama

Khazanah

Momentum Maulid Nabi: Mengurai Peristiwa Penting Dalam QS al-Fiil Momentum Maulid Nabi: Mengurai Peristiwa Penting Dalam QS al-Fiil

Momentum Maulid Nabi: Mengurai Peristiwa Penting Dalam QS al-Fiil

Ibadah

Trending

Hukum Masturbasi dalam Islam Hukum Masturbasi dalam Islam

Hukum Menghisap Kemaluan Suami

Kajian

doa baru masuk islam doa baru masuk islam

Doa yang Diajarkan Rasulullah pada Seseorang yang Baru Masuk Islam

Ibadah

Doa Nabi Adam dan Siti Hawa saat Meminta Ampunan kepada Allah

Ibadah

Doa menyembelih hewan akikah Doa menyembelih hewan akikah

Doa yang Diucapkan Ketika Menyembelih Hewan Akikah

Ibadah

Murtadha Muthahhari: Perempuan Butuh Kesetaraan, Bukan Keseragaman

Kajian

Mengeraskan Bacaan Niat Puasa Mengeraskan Bacaan Niat Puasa

Doa Qunut: Bacaan dan Waktu Pelaksanaannya

Ibadah

mona haedari pernikahan anak kdrt mona haedari pernikahan anak kdrt

Suami Boleh Saja Memukul Istri, Tapi Perhatikan Syaratnya!

Kajian

Resensi Buku: Perempuan Ulama di Atas Panggung Sejarah

Diari

Connect