Ikuti Kami

Kajian

Dua Tokoh Penting dalam Hermeneutika Feminisme

hermeneutika feminisme

BincangMuslimah.Com – Hermeneutika feminisme memang tergolong disiplin ilmu baru. Namun, sudah ada banyak tokoh feminis Islam yang mengembangkan pemikiran tentang metodologi tafsir Al-Qur’an diantaranya adalah Aminah Wadud, Musdah Mulia, Aysha A. Hidayatullah dan Kecia Ali.

Amina Wadud

Dalam Qur’an and Women, Rereading the Sacred Text from a Woman’s Perspective, Amina Wadud mengembangkan pemikiran tentang metodologi tafsir Al-Qur’an. Ia merujuk pada pemikiran tokoh pembaharu Islam kontemporer, Fazlur Rahman untuk membongkar bias gender dalam tradisi tafsir Al-Qur’an.

Melalui metode tersebut, Amina membedah ayat-ayat dan kata kunci dalam Al-Qur’an yang memiliki makna dan tendensi untuk membatasi peran perempuan baik secara individua tau dalam kehidupan sosial.

Saat menemukan aspek kesetaraan dan keadilan gender dalam Al-Qur’an, ia menggunakan reinterpretasi ayat-ayat gender dalam Al-Qur’an dari perspektif perempuan tanpa stereotipe yang dibuat oleh kerangka interpretasi laki-laki.

Ia menggagas hermeneutika yang berbasis feminis yakni metode penafsiran Al-Qur’an yang mengacu kepada ide kesetaraan dan keadilan gender dan menolak sistem patriarki. Ia mengkritik tafsir klasik termasuk metode, perspektif dan isinya.

Ia lalu menawarkan penafsiran Al-Qur’an yang bercorak holistik yakni mempertimbangkan seluruh metode tafsir tentang berbagai persoalan kehidupan sosial, politik, budaya, moral, agama dan perempuan serta memecahkan masalah secara komprehensif.

Ia kemudian memperlihatkan kaitan teoritis dan metodologis antara penafsiran Al-Qur’an dengan siapa yang memunculkannya dan bagaimana kemunculannya. Beberapa fokus yang menjadi konsentrasi Amina adalah apa yang dikatakan Al-Qur’an, bagaimana Al-Qur’an mengatakannya dan apa yang dikatakan terhadap Al-Qur’an serta siapa yang mengatakan.

Melalui hermeneutika berbasis feminis, ia menafsirkan ulang ayat-ayat gender dalam Al-Qur’an dan menghasilkan tafsir berbasis keadilan gender. Tafsir berkeadilan gender yang dihasilkan tidak hanya dalam teks tapi dipraktikkan juga dalam kehidupan sosial.

Baca Juga:  Pascamanusia dan Pascaperempuan: Perspektif Feminis di Masa Depan

 

Aysha A. Hidayatullah

Aysha A. Hidayatullah adalah tokoh feminis Islam yang mengembangkan pemikiran tentang metodologi tafsir dalam karya berjudul Feminist Edges of the Qur’an (2014). Aysha adalah Asisten Profesor Universitas San Fransisco yang menyajikan analisis secara komprehensif dari tafsir feminis kontemporer terhadap Al-Qur’an.

Ia memadukan penafsiran Al-Qur’an berbasis feminis dari tokoh-tokoh feminis dan memberikan pengantar penting untuk bidang ilmu tafsir Al-Qur’an berbasis feminis. Aysha melaksanakan hal tersebut berdasarkan penyelidikan mendalam dan kritik radikal pada metode-metode penafsiran Al-Qur’an berbasis feminis dan pendekatannya.

Aysha mengemukakan bahwa ada tiga metode penafsiran Al-Qur’an berbasis feminis yakni metode kontekstualisasi sejarah, metode intratekstualitas, dan metode paradigma tauhid.

Paradigma tauhid berhubungan dengan konsep utama Islam yakni tauhid. Paradigma tauhid memiliki arti keesaan Allah Swt. di mana Allah Swt. tidak bisa dibagi dan dibandingkan. Dalam paradigma tauhid, paham yang membedakan gender atau familiar disebut seksisme bisa dianggap pemberhalaan, sebab semua manusia adalah khalifah di bumi.

Aysha menyatakan bahwa apabila perempuan dikatakan kapasitasnya tidak sempurna, maka pernyataan tersebut jelas sebuah kekeliruan dalam memahami maksud Tuhan tentang manusia sebagai khalifah di bumi.

Apabila perempuan dipandang tidak sempurna, maka perempuan tidak bisa memenuhi perannya sebagai wali Allah Swt. Untuk itulah, paradigma tauhid sangat penting dijadikan sebagai dasar dari kesetaraan dan keadilan gender.[]

Rekomendasi

Pro Kontra Feminisme dalam Islam Pro Kontra Feminisme dalam Islam

Islam dan Feminisme; Sejalankah Keduanya?  

Sekolah Literasi Feminis, Perkuat Narasi Feminis dan Keberagaman

sekolah perempuan indonesia maju sekolah perempuan indonesia maju

Sekolah Perempuan Indonesia; Gerbang Negara yang Lebih Maju

Pro Kontra Feminisme dalam Islam Pro Kontra Feminisme dalam Islam

Pro Kontra Feminisme dalam Islam

Ditulis oleh

Tim Redaksi Bincang Muslimah

Komentari

Komentari

Terbaru

Niat puasa malam hari Niat puasa malam hari

Mengapa Niat Puasa Boleh Dilakukan sejak Malam Hari?

Ibadah

Peran Perempuan Turunnya Alquran Peran Perempuan Turunnya Alquran

Peran Perempuan dalam Peristiwa Turunnya Alquran

Khazanah

suntik vitamin saat puasa suntik vitamin saat puasa

Hukum Suntik Vitamin, Gizi dan Infus saat Puasa?

Kajian

doa terhindar dari keburukan doa terhindar dari keburukan

Doa yang Diajarkan Rasulullah kepada Aisyah Agar Terhindar Keburukan

Ibadah

mengqadha puasa orang meninggal mengqadha puasa orang meninggal

Cara Mengqadha Puasa Orang yang Sudah Meninggal

Kajian

Keutamaan Melaksanakan I’tikaf Ramadhan Keutamaan Melaksanakan I’tikaf Ramadhan

Keutamaan Melaksanakan I’tikaf di Bulan Ramadhan

Kajian

doa nuzulul quran diamalkan doa nuzulul quran diamalkan

Doa Nuzulul Quran yang Bisa Diamalkan

Ibadah

Doa Setelah Shalat Witir

Ibadah

Trending

doa terhindar dari keburukan doa terhindar dari keburukan

Doa yang Diajarkan Rasulullah kepada Aisyah Agar Terhindar Keburukan

Ibadah

perempuan tulang punggung keluarga perempuan tulang punggung keluarga

Dua Pahala yang Dijanjikan untuk Perempuan yang Jadi Tulang Punggung Keluarga

Kajian

Benarkah Janin yang Gugur Menjadi Syafaat Bagi Orang Tuanya Kelak?

Kajian

Dalil Kewajiban Puasa Ramadhan dalam Al-Qur’an dan Hadis

Ibadah

Hijab Menurut Murtadha Muthahhari Hijab Menurut Murtadha Muthahhari

Konsep Hijab Menurut Murtadha Muthahhari

Kajian

Doa Setelah Shalat Witir

Ibadah

Zainab Fawwaz Penggerak Pembebasan Zainab Fawwaz Penggerak Pembebasan

Zainab Fawwaz, Penggerak Pembebasan Perempuan Mesir

Khazanah

Mengapa Masih Ada Maksiat di Bulan Ramadhan Padahal Setan Dibelenggu?

Kajian

Connect