BincangMuslimah.Com – Sebagai manusia yang tak luput dari dosa, seringkali menyesali perbuatan salah yang dilakukan. Akan tetapi, kesalahan atau dosa tak henti dilakukan. Lalu bertanya-tanya, adakah Allah selalu mengampuni sekalipun kita berbuat dosa berkali-kali?
Allah menciptakan manusia dengan akal dan nafsu. Bilamana dirinya dikuasai oleh nafsu, maka celakalah. Namun jika dirinya dikuasai oleh pikiran, maka selamatlah. Tetapi, tak selamanya nafsu bisa ditaklukkan sepenuhnya. Seringkali perbuatan dosa tetap dilakukan, meski menyesal dan memohon ampun.
Tapi salah satu sifat Allah adalah Maha Penyayang, Maha Welas Asih kepada hamba-hambaNya. Allah menciptakan manusia memang diilhami kecenderungan berbuat baik dan berbuat buruk. Lalu Allah anugerahi manusia akal pikiran untuk bisa membedakan mana yang harus diikuti dan mana yang harus ditinggalkan. Sebagaimana firman Allah dalam surat as-Syams ayat 7 dan 8,
وَنَفْسٍ وَّمَا سَوّٰىهَاۖ
demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)Nya,
فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ
maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,
Sifat Pengampunan Allah juga berkali-kali disampaikan dalam Alquran, seperti dalam QS. Al-Baqoroh (173), QS. Ali Imran (31), QS. An-Nisa (32), QS. Al-Maidah (34), dan banyak lagi. Tapi Allah juga menjamin pengampunan bagi siapapun yang mau mengakui kesalahan dan memohon ampun kepada Allah.
Allah juga melarang hamba-Nya agar tak putus harapan dari rahmat Allah. Untuk selalu yakin pada Pengampunan-Nya, sebagaimana dalam surat az-Zumar ayat 53-53,
قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.
وَاَنِيْبُوْٓا اِلٰى رَبِّكُمْ وَاَسْلِمُوْا لَهٗ مِنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُوْنَ
Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong.
Dalam kitab tafsir Ma’alim at-Tanzil karya Imam Baghawi, ada beberapa riwayat hadis yang menjelaskan sebab turunnya ayat ini. Salah satunya hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar bin Khattab berkata,
نزلت هذه الآيات في عياش بن أبي ربيعة والوليد بن الوليد ونفر من المسلمين كانوا قد أسلموا ثم فتنوا وعذبوا، فافتتنوا فكنا نقول: لا يقبل الله من هؤلاء صرفًا ولا عدلا أبدًا، قوم أسلموا ثم تركوا دينهم لعذاب عذبوا فيه، فأنزل الله تعالى هذه الآيات، فكتبها عمر بن الخطاب بيده ثم بعث بها إلى عياش بن ربيعة والوليد بن الوليد وإلى أولئك النفر فأسلموا وهاجروا
“ayat ini turun kepada ‘Iyash bin Abi Rabi’ah dan Walid bin Walid dan kelompok muslim yang berbuat kerusakan dan disiksa. Lalu kami berkata: Allah tidak akan menerima mereka secara adil selama-lamanya, kaum yang telah masuk Islam dan meninggalkan agama mereka akan terkena azab, disiksa di dalamnya. Kemudian Allah menurunkan ayat ini, lantas Umar bin Khattab menulis dengan tangannya sendiri lalu mengirimkannya kepada ‘Iyash bin Abi Rabi’ah, Walid bin Walid, dan sekelompok muslim itu, kemudian mereka kembali ke Islam dan hijrah.”
Riwayat lain menyebutkan, ayat ini turun berkenaan dengan ketakutan sahabat Nabi yang merasa tidak memiliki amal baik. Mereka hanya merasa terus-terusan melakukan dosa sehingga selalu merasa cemas dan mencela sahabat lain yang jikalau melakukan keburukan.
Maka dalam ayat 54, ada perintah untuk kembali kepada Allah, yaitu kembali taat dan memurnikan tauhid selama masih hidup dan mendapat kesempatan untuk memperoleh ampunan. Sikap putus asa ini tidak boleh ada dalam diri muslim yang itu sama saja mengingkari sifat Penyayang dan Pengampun Allah.
Demikian perintah Allah untuk tidak berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah. Tetap memohon ampun dan terus berbuat baik. Jikalau khilaf dalam berbuat salah, maka segeralah bertaubat dan kembali taat. Wallahu a’lam.