BincangMuslimah.Com – Manusia memang tercipta untuk mencintai perhiasan dunia. Dan salah satu perhiasan dunia itu adalah perempuan. Namun hal yang demikian bukan berarti perempuan adalah sumber segala masalah dan persoalan bagi laki-laki. Laki-laki bukanlah satu-satunya objek dalam mencintai, dan perempuan bukan juga sebagai objek yang melulu dicintai.
Mungkin sebagian orang ada yang memaknai perempuan sebagai perhiasan dunia yang mewarnai dan menghiasi laki-laki, perempuan dipersepsikan sebagai sumber pesona, yang menggoda, dan menggiurkan sehingga laki-laki harus waspada terhadapnya. Sehingga dari persepsi tersebut, timbullah anggapan bahwa perempuan adalah sumber persoalan bagi laki-laki.
Bukankah dalam ayat yang membicarakan konteks tersebut diakhiri dengan sebuah peringatan bahwa semua yang di sisi Allah itu lebih kekal dibandingkan semua pesona (termasuk pesona perempuan)? Dalam QS Ali Imran ayat 14 Allah berfirman:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
Secara mubadalah (setara dan kesalingan), perempuan juga bisa diajak bicara oleh ayat tersebut dan menjadi orang yang diminta waspada dari segala kemungkinan yang berasal dari perhiasan dunia. Dengan demikian perempuan bukanlah sumber permasalahan bagi laki-laki.
Layaknya perempuan tidak selalu menjadi penggoda bagi laki-laki, perempuan juga bisa digoda oleh lelaki sehingga tergelincir dan jauh dari jalan kebenaran. Keterangan yang demikian yang dipaparkan Faqihuddin Abdul Qadir dalam karyanya Qira’ah Mubadalah.
Sejenak merujuk pada ayat keimanan yang sama antara laki-laki dan perempuan, anjuran untuk berbuat baik, dan waspada tergelincir pada perbuatan yang buruk. Sebuah prinsip Islam yang berlaku tanpa pandang bulu, laki-laki maupun perempuan. Dalam QS At Taubah ayat 71 disebutkan:
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Dalam tafsir Ibn Kasir dijelaskan bahwa ayat tersebut juga senada dengan himbauan Allah untuk saling menyeru pada kebaikan dan saling mencegah dari yang mungkar. Tidak membedakan laki-laki dan perempuan. Titah Allah tersebut tidak hanya berlaku untuk laki-laki yang diminta menjaga dirinya dari pesona dunia yang memalingkan, perempuan juga. Laki-laki dan perempuan sama-sama menjadi subjek dari perintah, larangan, dan perintah Allah.
Dengan demikian, beberapa contoh perhiasan yang disebutkan dalam QS Ali Imran ayat 14 tersebut hanyalah contoh yang disebutkan, namun gagasan utamanya kewaspadaan dari pesona perhiasan dunia. Kewaspaan tersebut berlaku untuk semua orang, tidak khusus laki-laki.
Laki-laki dan perempuan sama-sama diminta untuk tidak menebar pesona dan diminta waspada dari kemungkinan pesona pihak lain. Alhasil dengan metode interpretasi Mubadalah inilah perempuan bukanlah sosok yang menjadi sumber permasalah bagi laki-laki.